[Perjalanan Menuju FKUI] Averina Geffanie Suwana

Nama saya Averina Geffanie Suwana, saya dari SMAK 1 BPK Penabur. Saat ini, saya tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Saya anak terakhir dari tiga bersaudara, dan sejak dulu, saya selalu bercita-cita menjadi dokter. Lalu waktu saya berumur 10 tahun saya  mengalami kejadian yang sangat menakutkan bagi saya dan keluarga saya, yaitu kakak saya menjadi korban dari salah diagnosa. Akibatnya, kakak saya coma selama dua hari. Saat kakak saya coma saya memikirkan banyak kemungkinan yang negatif dan melihat orang tua saya juga ketakutan mengenai kondisinya. Akhirnya setelah pulih dari coma, kejadian ini menyakinkan saya untuk menjadi dokter yang mampu memberi layanan yang baik untuk pasien.

Maka mulailah perjalanan saya untuk belajar di Bimbingan Tes Alumni (BTA) agar lolos tes masuk jurusan kedokteran di Universitas Indonesia. Saya mulai belajar untuk SBMPTN pada pertengahan augustus di BTA. Di awal BTA, nilai tes saya tidak bagus, hanya masuki kategori 100 besar. Namun saya tidak patah semangat dan terus berjuang. Namun karena di kelas 3 SMA sangat sibuk maka ewaktu untuk belajar untuk SBMPTN pun juga terbatas. Maka kemajuan nilai saya tidak stabil, hanya saat selesai UN adalah waktunya saya rajin dan fokus terhadap mengejar nilai di SBMPTN.

Tidak lama kemudian bulan Febuari datang, dan saya daftar untuk talent scouting. Lalu saya dipanggil untuk interview dan tes MMPI di rumpun ilmu kesehatan pada bulan Mei. Setelah interview berjalan lancar saya yakin akan diterima melalui talent scouting. Tidak lama kemudian hasil seleksi keluar, dan saya kecewa dan sedih saat melihat bahwa saya tidak lolos hasil seleksi talent scouting. Hari itu saya tidak bisa konsentrasi dan belajar seperti normal, namun ibu saya hibur dan menasehati saya untuk terus semangat karena masih ada kesempatan di SBMPTN dan di SIMAK. Maka malam pada hari itu  saya mulai belajar lagi.

Di awal bulan Juni, saya baru mulai daftar untuk tes SBMPTN dan SIMAK. Saat lagi mendaftar untuk SIMAK KKI saya baru menyadari bahwa saya sama sekali belum memulai belajar untuk tes tersebut dan saya mulai panik. Lalu saya mengikuti kelas tambahan khusus di BTA bagi pendaftar SIMAK KKI. Saya belajar setiap hari dengan semangat hingga SIMAK KKI. Saya selalu mempunyai kebiasaan untuk tidak belajar sehari sebelum ujian karena saya percaya bahwa kita harus ketenangan hati dan kekuatan mental sebelum mengerjakan tes. Beberpa minggu pun lewat dan saya sudah mengikuti semua tes yang saya daftar.

Pengumuman hasil SBMPTN keluar, dan waktu saya melihat hasilnya saya ada rasa sedih namun juga rasa senang karena saya lolos masuk kedokteran gigi di UI namun ini berarti saya tidak lolos masuk kedokteran. Tiga hari pun lewat dan hasil SIMAK keluar dan saya lolos masuk Fakultas Kedokteran kelas internasional. Walaupn tidak lewat yang reguler  saya sangat bersyukur karena berhasil lolos seleksi. Saat seleksi keluar, tentu keluarga saya sangat bahagia untuk namun kita tidak merayakannya karena semua pada sibuk mengurusi kakak saya yang tidak lama lagi pergi ke luar negri untuk belajar.

Setelah mengenang perjalanan ini saya teringat oleh kutipan dari Albert Einstein yaitu, “ Learn from the past, focus on the present and hope for the future.” Kutipan ini merefleksikan perjalanan panjang yang saya tempuh untuk lolos tes seleksi. Karena walaupun saya gagal seleksi di talent scouting, bukan berarti itu akhir dari harapan saya masuk UI dan saya belajar dari masalalu dan tetap fokus untuk mengejar oportunitas yang di depan saya. Munkin kalau saya tidak berpikir begitu, saya tidak berada di FKUI maka saya selalu berusaha untuk terus semangat menghadapi apa yang ada di kemudian hari. Saya bersyukur dapat keterima di FKUI dan saya akan berusaha menjadi mahasiswa yang baik dan dapat menjadi dokter yang menginspirasi generasi-generasi muda Indonesia untuk melayani masyarakyatnya di kemudian hari.