[Perjalanan Masuk FKUI] Joshua Alward H



Nama saya Joshua Alward H, biasa di panggil alward atau joshua. Saya lahir di Jakarta pada 19 april 1998. Mungkin anda mempunyai anggapan jika saya telah masuk universitas Indonesia maka saya adalah salah satu pentolan/orang terpintar di sekolah saya, tetapi kenyatannya  tidak secerah itu.
Pada saat usia remaja, saya memasuki salah satu sekolah sma ternama yang ada di Jakarta dengan harapan setinggi langit. Tetapi harapan itu tidak bertahan lama sampai pembagian rapor semester 1. Hasil rapor semester 1 itu sangat tidak memuaskan sampai rasanya ingin saya buang.
Perjalanan saya bukanlah perjalanan yang gampang dan mudah di lewati. Saya juga bukan orang yang paling cerah dan yang paling dapat diandalkan. Kadang saya juga menahan diri untuk mengambil kesempatan-kesempatan emas untuk penebusan karena saya meragukan diri saya sendiri.
Saat saya mengatakan bahwa saya ingin menjadi dokter, teman saya menertawakan saya, guru-guru di sekolah juga mempertanyakan saya, dan bahkan orang tua saya sendiri saja tidak yakin bahwa saya sanggup untuk menjadi dokter. Setelah pendaftaran snmptn terbuka, saya pun tidak bisa mendaftarkan diri saya ke snmptn karena saya termasuk dalam rank 75% kebawah.
Walaupun saya mengikuti khursus, masalah selalu saya alami baik dalam pelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengikuti khursus, beberapa teman saya juga ikut turut membantu dalam kegiatan belajar bersama. Dalam kegiatan belajar bersama kita dapat saling bertukar pikiran tentang problem-problem soal yang kita hadapi dan juga cara cepat untuk menyelesaikan problem-problem tersebut.
Hari pengumuman snmptn pun datang. Banyak teman saya yang dapat dan juga banyak yang tidak. Para pelajar-pelajar di khursus pun banyak yang menangis karena senang dan juga karena sedih. Jjujur saja saya justru merasakan kehampaan. Sebagian diri saya merasa senang bagi teman-teman saya yang sudah keterima di universitas-universitas idaman mereka, tetapi di sebagian diri saya yang lain saya merasa kehilangan mereka semua. Saya merasa rindu di saat kita belajar bareng dan di saat kita diskusi dalam menyelesaikan problem.
Kehilangan teman bukan berarti kehilangan semangat, saya terus belajar mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan SBMPTN dan juga ujian-ujian mandiri lainnya. Saya juga meminta kepada teman-teman saya yang telah lolos SMPTN untuk membantu saya dalam belajar.
Tes yang paling pertama adalah tes SIMAK UI KKI, jujur saja saya tidak merasa siap saat hari itu datang. Saya hanya bisa berdoa kepada Tuhan untuk membantu proses belajar saya. Semua usaha saya sudah lakukan, tetapi dalam diri saya, saya belum merasa siap untuk menghadapi tes tersebut.
Tes telah saya jalani, saya tidak dapat berpikir positif tentang hasil tes tersebut. Saya merasa akan gagal dan juga merasa tidak percaya bahwa saya akan lolos tes tersebut.
Hari SBMPTN pun datang, dan juga saya mengalami permasalahan yang sama saat saya tes SIMAK UI KKI, saya belom merasa siap sama sekali. Walaupun banyak hal yang telah saya lakukan dan juga banyak soal-soal yang telah saya tuntaskan, tetapi saya masih merasa kurang.
Doa saya pun terkabul, ternyata saya memang kurang bisa mengerjakan soal-soal tersebut. Pada saat setelah ujian saya hanya bisa tertawa, meratapi semua hal yang telah terjadi di sekeliling saya. Tetapi saya tidak boleh menyerah, karena SIMAK UI reguler hampir tba.
Saya terus belajar dan belajar, terus berdoa dan berdoa. Tetapi saya tidak bisa melihat sesuatu hal yang positif di tes SIMAK ini. Hal yang saya inginkan terjadi lagi, ternyata walaupun saya cukup siap, banyak orang sudah lebih siap lagi dalam mengerjakan tes tersebut.
Saya hanya bisa berdoa dan berdoa kepada Tuhan agar saya mendapatkan apa yang Ia inginkan bukan yang saya inginkan. Pikiran saya juga mulai memburuk, hanya hal-hal negatif yang terbayang dalam pikiran saya. Saya juga mulai belajar lagi dalam mengantisipasi jika saya tidak keterima. Saya harus mempermatang diri saya untuk menghadapi ujian-ujian mandiri yang akan datang.
Tiba-tiba pada suatu hari saya mendapatkan telephone, bahwa saya akan menhadai ujian interview untuk SIMAK UI KKI. Saya sangat amat senang, saya tidak bisa berkata-kata. Pikiran negatif-negatifpun mulai menghilang sedikit demi sedikit dari pikiran saya. Saya langsung berdoa berterima kasih kepada Tuhan karena saya sudah melewati salah 1 ujiannya, dan sedikit lagi saya akan mendapatkan apa yang saya impikan dari masa-masa SMA.
Tiba saat-saat saya akan di interview. Saya sangat gugup saat saya datang ke ruang tunggu. Beberapa teman saya juga mendapat panggilan untuk interview. Kita mengobrol dan diskusi panjang tentang interview ini hingga waktu pun habis. Kami perkelompok di panggil ke ruang interview, jujur saja saya merasa sangat nyaman dan percaya diri pada saat itu.
Interview berjalan dengan sangat cepat. Pada saat itu, saya kagum dengan sistem interview yang diterapkan oleh UI, saya merasa konsep interview yang mereka berikan sangat kreatif dan out of the box. Satu persatu ruang inteview saya lewati, saya merasa gugup namun di saat yang bersamaan saya merasa senang dan cukup percaya diri.
Hasil pengumuman SBMPTN akhirnya muncul di internet. Walaupun saya tahu kemungkinan saya hampit mustahil, saya tetap berharap bahwa hasil yang saya akan lihat ternyata lebih baik dari dugaan saya. Tetapi malah dugaan saya yang terjadi lagi, saya tidak lolos SBMPTN.
Pada beberapa jam pengumuman simak, saya sudah mulai merasa minder. Saya pergi ke bank untuk membayar pembayaran yang dibutuhkan untuk mengikuti ujian-ujian mandiri universitas lainnya. Tetapi transaksi yang saya lakukan di atm selalu gagal. Saya mulai panik. Saya bingung, padahal di malam hari saya telah mengurus pendaftaran diri saya dengan lancar dan benar.
Setelah hasil SIMAK diumumpak saya mendapat kabar yang mengagetkan. Saya bingung bagaimana saya harus meresponi hal ini, karena ternyata saya lolos SIMAK UI KKI. Campur-aduk perasaan saya. Saya merasa senang tetapi di satu sisi saya juga merasa sedih karena tidak lolos SIMAK UI reguler dan juga saya merasa takut.
Saya benar-benar kaget saat saya menerima pengumuman tersebut. Dugaan saya kali ini meleset dan Tuhan memberikan jawaban yang sangat sangat saya tidak dapat duga dalam pikiran. Saat menerima pengumuman tersebut saya langsung berdoa berterima kasih kepada Tuhan. Saya tidak dapat berkata-kata lagi karena rencana indah Tuhan yang telah diberikan kepada saya. Mungkin itu alasan mengapa saya tidak dapat bayar untuk ujian mandiri universitas lainnya, karena Tuhan tidak mau uang orang tua saya menjadi sia-sia karena saya sudah keterima di perguruan tinggi terbaik yang ada di Indonesia.
Semua pujian saya panjatkan kepada Tuhan. Tanpa Tuhan saya bukanlah siapa-siapa. Semua yang telah saya tempuh itu karena Tuhan dan hanya Tuhanlah kunci jawaban dari semua yang telah saya lewati. Tetapi selain berdoa kepada Tuhan, jangan pernah lupakan tentang kerja keras. Kerja keras juga merupakan faktor yang krusial di hidup ini. Tanpa Tuhan dan kerja keras kita tidak bisa menjadi apa yang kita impi-impikan.

Komentar

  1. Favian Ariiq Rahmat15 Agustus 2016 pukul 19.47

    Sangat menginspirasi...Lanjutkan bang josh!

    BalasHapus
  2. Ni Nyoman Berlian AMP15 Agustus 2016 pukul 19.52

    Kisahmu memotivasi sekali :)

    BalasHapus
  3. Saya tersentuh oleh ceritamu joshie :))

    BalasHapus
  4. Bruh, jangan lebay deh ckckck. Tapi mantap cerita kau nak.

    BalasHapus
  5. sangat memotivasi josh. Berkembang terus ya tapi yang berkembang jangan badannya hehe, pokoknya jadi dokter yang berguna ya josh dan tetep humoris

    BalasHapus
  6. 10/10 can relate

    BalasHapus

Posting Komentar