[Perjalanan Menuju FKUI] Ni Made Sarastri Widyani

Sebelum saya memulai cerita kilas balik perjalanan ini biarkan saya memperkenalkan diri saya, Nama saya Ni Made Sarastri Widyani. Nama panggilan saya adalah Saras/Made. Sekarang, saya adalah mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, selanjutnya yang akan saya singkat dengan FKUI. Iya, mahasiswa baru, masih sangat segar di memori segala langkahnya. Saya diterima menjadi mahasiswa FKUI lewat Talent Scouting, jalur non-tulis untuk Kelas Khusus Internasional (KKI). Sungguh merupakan kehormatan dan menurut pendapat saya, keajaiban. Oke, saya akan mulai ceritanya. Cerita ini diawali oleh sebuah akhiran.
    Akhir Kelas XII semester I, awal dari segala akhir hidup SMA. Akhir dari rumah selama tiga tahun. Suatu akhir yang mengawali hidup baru, dan mengajukan pertanyaan yang sangat akrab terdengar dan terpikir  oleh semua Murid kelas XII, “Mau Kuliah Dimana?” dan tahun lalu hal ini, tak luput juga dari saya. Saya memang sudah yakin, menginginkan kuliah pendidikan dokter karena panggilan hati dan ketertarikan sendiri. Setiap saya mengungkapkan hal ini ke teman-teman terdekat mereka kaget, karena menurut mereka saya bukan stereotype anak-anak yang mau masuk fakultas kedokteran. Menurut kesaksian mereka, saya adalah gambaran anak teknik atau anak hukum. Tipikal orang yang aktif, suka eksperimen, aneh-aneh, suka debat. Jauh dari bayangan tipikal dokter yang menurut mereka kalem dan tenang. Omongan itu tak membuat mundur saya, malah semakin memotivasi saya. Bahwa saya akan memecah segala pandangan itu, mendobrak stigma-stigma itu. Saya akan menjadi dokter yang baik, yang bias menolong orang.  Saya ingin memiliki pendidikan terbaik, maka pilihan pertama saya adalah Universitas Indonesia. Universitas tertua di negeri ini. Universitas dengan alma mater dengan caliber luar biasa. Universitas yang Fakultas Kedokterannya tidak hanya menghasilkan dokter tapi juga penggerak bangsa. Fakultas untuk menurut legenda, hanya orang terbaik yang menduduki kursinya. Sebuah tantangan yang saya tampik. Saya selalu mengejar yang terbaik. Awalnya, masuk ke KKI tak sedikitpun terbersit di pikiran saya. Namun, orangtua saya sangat mendukung dan menyarankan saya untuk mencoba semua jalur masuk. Seperti mengutip kata-kata mama saya “Coba semua, ras, lagian Bahasa inggris kan bukan masalah buat kamu”. Usulan ini membuka jalan di tengah kebuntuan  melihat statistic nilai saya diantara teman-teman saya, kebuntuan mencoba memperbaiki persentase try out-try out saya. Jadilah saya mempunyai motivasi baru, FKUI KKI. Mengejar TOEFL (yang mendapatkan hasil yang sangat memuaskan), membuat essay dengan cara membawa kertas folio kemanapun, ketika ada inspirasi menulis (agak abstrak memang). Masa-masa ini sangat menarik. Mengajari banyak. Setelah segala berkas memenuhi saya memasuki periode yang paling menyiksa, menunggu.
    Selama penantian itu saya isi dengan belajar keras untuk mengejar jalur tulis. Berharap yang terbaik harus, tapi saya harus bersiap-siap untuk keadaan terburuk. Lalu, suatu pagi di bulan April, setengah penantian itu terjawab, saya lulus tes berkas. Satu langkah lebih dekat menuju FKUI. Tapi ini hanya awal, saya pun mengikuti rangkaian tes. Diawali dengan tes kesehatan mental di Salemba lalu berlanjut ke tes wawancara. Tes wawancara yang paling menegangkan buat saya, karena berbeda dengan yang biasa saya lakukan. System pos, mini interview membuat waktu menjawab danberpikir lebih singkat, menguji saya lagi suatu tantangan. Setelah rangkaian tes selesai, saya menunggu. Lagi.
    Penantian terakhir saya hadapi dengan belajar lebih keras lagi, saya tahu betul FKUI bukan suatu hal yang mudah, jauh dari itu. Sangat menantang. Pengumuman SNMPTN, yang merupakan H-7 pengumuman Talent Scouting memberi tamparan bagi saya. Melihat tanda merah itu menampar saya, memacu saya untuk berjuang lebih keras, menuntut saya berdoa lebih keras. Tanya siapapun yang saya kenal saat momen-momen itu, saya cemas, sangat, sedikit paranoid bahkan. Momen gelap itu. Lalu, 19 Mei 2016, 15:45 segalanya berubah. Momen dimana saya tertegun melihat layar laptop saya, kaget luar biasa. Kata congratulation tidak pernah terdengar dan terlihat lebih manis. Bertepatan dengan prom, malam itu benar-benar tak terlupakan. Setelah itu segala kegiatan mahasiswa baru saya lakukan dengan niat. Saya melakukan sesuatu di tempat yang saya impikan. Tapi sekarang saya hanya mahasiswa baru yang ilmu nya sangat rendah. Saya perlu terus belajar. Dari segala hal, dari semua orang. Akhir cerita saya diterima FKUI, mengawali cerita lain, cerita yang saya belum tahu berakhir dimana, hanya waktu yang akan memberi tahu. Apakah ini awal dari tragedi, atau komedi? Jalani saja.
    Masuk FKUI memberi saya harapan. Bahwa segala mimpi itu mungkin dicapai. Sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin menjadi mungkin. Harapan saya adalah terus melakukan yang terbaik dengan sepenuh hati. Dalam bentuk apapun, di segala bidang. Untuk keluarga, saya berharap saya dapat membanggakan mereka, terus didukung dalam perjalanan jauh ini. Untuk angkatan 2016, saya berharap dapat berkontribusi semaksimal mungkin, karena sekarang saya adalah bagian dari keluarga besar angkatan 2016 dan selayaknya anggota keluarga, hanya yang terbaik untuk mereka, saya juga berharap angkatan 2016 sukses dan menjadi juara di segala hal yang dilakukan, seperti yang kami teriakkan dalam jargon. Semoga angkatan 2016 juga memberikan support dan dukungan bagi saya. Saya berharap besar bagi segala komponen FKUI.
    Saya harap cerita ini dapat memberi inspirasi. Minimal mengajak untuk mengejar mimpi, untuk percaya, untuk terus berusaha. Pesan yang saya berikan adalah terus berusaha dan percaya. Bila cerita ini dibaca oleh pengejar FKUI, tips yang saya berikan adalah cobalah segala jalan, persiapkan segalanya dari awal, dan percayalah kalian pada mimpi kalian ,seabstrak apapun. Akan ada banyak cerita lain, cerita orang lain menuju FKUI, rute yang berbeda dengan saya. Semua sama berarti dan inspiratifnya. Semua bermaksud sama. Motivasi. Tidak lengkap rasanya jika saya tidak menutup cerita ini dengan sebuah motto, motto dari Bahasa yang menurut banyak orang telah mati. Tapi bagi saya selalu memberikan inspirasi dan abadi. Latin dan motto motivasi saya dalam melalui ini adalah “alis grave nil” yang berarti tidak ada yang berat bagi mereka yang mempunyai sayap. Perjuangan dan percaya adalah sayap saya dalam hal ini. Kita semua mempunyai sayap, tapi mungkin kita belum pernah mengepakkannya. Carilah sayap kalian, kepakkan lah sayap kalian dan percayalah bahwa selama kalian memiliki sayap kalian, tidak ada yang berat. Terima kasih! Semoga cerita dan paparan ini bermanfaat.

Komentar

  1. Saras cocok koq kelas internasional, semangat yaa! -Kania

    BalasHapus
  2. JEREMY RAFAEL TANDAJU14 Agustus 2016 pukul 21.40

    Benar-benar perjuangan yang sangat hebat, salut!

    BalasHapus
  3. semoga kita bisa mengepakkan sayap kita bersama di FKUI ini ya!

    BalasHapus
  4. Terbang setinggi mungkin ya ras!

    BalasHapus
  5. SYAFIRA NURLAILA DEWI14 Agustus 2016 pukul 23.53

    Keren banget ras! Sukses KKI-nya:))

    BalasHapus
  6. Mantap banget perjuangannya. Sukses selalu menggapai apapun impianmu !!

    BalasHapus
  7. Semoga semua impianmu bisa tercapai...Semangat!

    BalasHapus
  8. suka sekali sama quotes mu saraass, terus semnagat dan semoga impian mu tercapai ya

    BalasHapus
  9. terus berjuang ya Saras! intinya jangan menyerah!! Dan sukses selalu ya

    BalasHapus

Posting Komentar