[Perjalanan Menuju FKUI] Afif Rasyad

Nama saya adalah Afif Rasyad, Saya sekarang merupakan mahasiswa baru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2016. Saya lahir di Bandung, 4 September 1997. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Saya bukanlah seorang yang sangat pintar, namun saya rasa saya juga tidak bodoh. Saya merupakan orang yang sering merasa gugup apabila berbicara di depan umum, dan sering kali apa yang ada di dalam pikiran saya tidak tersampaikan apabila sedang terjadi sebuah diskusi.  Saya berasal dari Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandung, dan sebenarnya Saya adalah lulusan angkatan 2015. Sebelum Saya diterima sebagai mahasiswa FKUI, saya sempat berkuliah di Politeknik Negeri Bandung, jurusan D3 Aeronautika Garuda Maintenance Facility. Hampir semua orang langsung menanyakan kepada saya ketika mengetahui bahwa saya diterima di FKUI, mengapa saya tiba-tiba pindah dari Teknik menjadi Kedokteran.
Semenjak saya kecil, menjadi dokter adalah salah satu impian saya, prospek dapat menolong orang dan dihormati dikalangan masyarakat merupakan pekerjaan yang saya impikan. Selain menjadi seorang dokter, saya juga bermimpi untuk menjadi Insinyur di bidang arsitektur atau mesin yang dapat membangun Negara Indonesia. Kedua Orang Tua saya pun mendukung mimpi-mimpi saya tersebut, dan mulailah perjalanan saya untuk berjuang merealisasikan mimpi-mimpi tersebut.  
Mimpi saya tidak berubah saat saya masih berada di jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Pertama. Pada tahun 2012, saya lulus dari SMPN 5 Bandung, dan lolos seleksi masuk SMAN 3 Bandung. Pada saat saya bersekolah di SMAN 3 Bandung, saya bertemu dengan banyak orang yang bermimpi sama dengan saya, yaitu menjadi seorang dokter. Waktu itu saya pun merasa tidak percaya diri, karena waktu itu saya berfikir bahwa dibandingkan dengan teman-teman saya yang berbagi mimpi dengan saya, saya tidak akan bisa bersaing dengan mereka. Pada SBMPTN tahun 2015 saya tidak memilih Fakultas Kedokteran sebagai pilihan saya. Waktu itu saya memilih ITB sebagai tujuan saya selanjutnya, namun saya gagal dan tidak lolos SBMPTN 2015.
Realita bahwa saya tidak lolos SBMPTN 2015 bukanlah hal yang mudah untuk diterima, apalagi hampir semua teman saya lolos SBMPTN dan sedang bersuka cita atas hasil yang mereka terima. Bangkit dari hal tersebut tidaklah mudah, namun setelah akhirnya saya bisa menerima bahwa saya tidak lolos SBMPTN, saya diterima di Politeknik Negeri Bandung, di Jurusan Teknik Mesin, Program Studi D3 Aeronautika GMF. Diterima sebagai mahasiswa di Polban menjadi pengalaman yang penting bagi saya. Menjadi seorang mekanik pesawat tidaklah mudah, tanggung jawab yang diemban begitu besar, karena apabla terjadi kesalahan, nyawa ratusan penumpang pesawat tersebut yang menjadi taruhannya. Selama saya berkuliah di Polban, saya juga mencoba mengikuti berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa, kepanitiaan, bahkan juga menjadi pembawa acara suatu seminar yang diadakan oleh Perusahaan Airbus. Walaupun sudah mengikuti berbagai acara tersebut, rasa gugup saya apabila berbicara di depan umum masih belum bisa hilang.
Selama saya kuliah di Polban, mimpi saya menjadi seorang dokter masih terngiang-ngiang di pikiran saya. Saya sering menghibur diri, bahwa mekanik juga merupakan seorang dokter, dokter yang pasiennya merupakan pesawat. Setelah menjalani kuliah selama satu setengah semester, Orang Tua saya pun menyarankan agar saya mengikuti kembali seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri agar tidak ada rasa keingintahuan lagi, dan akhirnya saya mendaftar untuk mengikuti SBMPTN dan SIMAK UI tahun 2016.  Persiapan saya untuk mengikuti SBMPTN dan SIMAK 2016 tidak berlebihan, saya hanya menyisihkan waktu belajar saya sehari minimal dua jam untuk mengulas kembali materi SMA, dan waktu itu saya fokuskan pada mata pelajaran matematika dan fisika. Tidak lupa juga untuk selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk diberikan hasil yang terbaik dari usaha yang saya lakukan selama ini. Saat mengerjakan SIMAK saya juga merasa lebih tenang karena tidak seperti tahun lalu, beban untuk diterima di SIMAK tidaklah sebesar tahun sebelumnya.
Saat menunggu hasil seleksi, rasa cemas dan takut memang ada, namun dengan kesibukan berkuliah saya dapat mengesampingkan rasa-rasa tersebut. Tanpa dirasa, hari pengunguman SIMAK pun tiba. Saat saya membuka borang SIMAK UI, saya tidak berharap bahwa saya dapat diterima di FKUI, waktu itu saya hanya berharap setidaknya saya diterima di pilihan kedua, agar saya dapat menghilangkan rasa kecewa saya selama ini.
Melihat hasil pengunguman SIMAK UI merupakan salah satu momen yang paling indah di hidup saya selama ini. Rasa tidka percaya, gembira, kaget, terharu bercampur aduk dalam hati saya. Tibalah momen saya mengabarkan kedua orang tua saya, dan segala rasa sedih, marah, dan kecewa yang selama ini saya pendam pun meluap.
Harapan saya untuk diri saya sendiri selama berkuliah di FKUI adalah saya harus bisa merubah kebiasaan saya. Saya ingin rasa kurang percaya diri yang selama ini saya miliki akan hilang. Saya juga sadar bahwa diterima di FKUI merupakan suatu anugerah yang tidak boleh saya sia-siakan, dan karena itu saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengecewakan orang-orang disekitar saya. Saya akan berusaha untuk memberikan kontribusi di Fakultas Kedokteran dan Universitas Indonesia. Saya berharap bahwa dengan diterimanya saya di FKUI, keluarga saya tidak akan merasa kecewa lagi dan akan mendukung saya sepenuhnya sampai saya lulus dari Universitas Indonesia.
Perjalanan saya untuk masuk FKUI mungkin tidak sesulit teman-teman saya yang lainnya, namun perjalanan ini memberikan pengalaman yang tidak tergantikan untuk saya. Jatuh dan bangun saya selama ini mengajarkan saya untuk tidak menyerah begitu saja, untuk selalu berusaha, dan bahwa kerja keras yang kita lakukan tidak akan menghianati kita. “You may fall now and then, but remember that hard work always pays.”

Komentar

  1. Semoga jauh dari rumah akan terus membuatmu lebih mandiri ya fif, goodluck kuliahnya nanti:)

    BalasHapus
  2. Keren perjuangan dan semangatnya! pertahankan ya bro

    BalasHapus
  3. Hebat masih mau berjuang untuk kedua kalinya. Semoga jalan ini yang terbaik buat afif

    BalasHapus
  4. Wow, cerita yang sangat menginspirasi sekali..semangat afif!

    BalasHapus
  5. afif berani bangett, semangat teruss

    BalasHapus
  6. kita senasib ya! sukses terus afif!

    BalasHapus
  7. semangat afif, mungkin masuk fkui adalah jodohmu. so, be the best buat nunjukin lo yang terbaik.

    BalasHapus

Posting Komentar