[Perjalanan Menuju FKUI] Afra Intan Nurlaili



Halo, nama saya Afra Intan Nurlaili, biasa dipanggil Intan. Saya berasal dari SMAN 28 Jakarta dan sekarang saya adalah mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2016 di Universitas Indonesia. Dari kecil saya ingin sekali menjadi dokter. Orang tua saya juga sangat mendukung cita-cita saya dan mereka sering sekali membelikan saya buku-buku tentang anatomi manusia dan kesehatan.
Perjalanan saya untuk diterima di sini sangatlah susah dan panjang. Pada awal naik ke kelas 12, saya merasa sudah tidak ada harapan untuk masuk fakultas kedokteran Universitas Indonesia yang sangat terkenal dapat memproduksi dokter-dokter hebat lewat jalur undangan, karena banyak murid lain di sekolah saya yang nilai-nilai rapornya jauh lebih tinggi dan stabil, dan nilai-nilai rapor saya justru lemah di pelajaran biologi. Oleh karena itu saya memutuskan untuk fokus belajar soal-soal ujian masuk universitas sejak awal kelas 12. Pada awalnya saya sangat semangat sampai sering membawa soal-soal SBMPTN ke sekolah. Namun, pada saat itu saya belum terlalu mengerti beberapa materi seperti materi-materi yang baru diajarkan di kelas 12. Akhirnya saya jadi tidak serius dalam mengerjakannya. Saya juga sering membawa buku latihan soal simak ke sekolah dan mengerjakannya pada saat istirahat, namun setelah beberapa minggu di kelas 12 saya mulai melenceng dari rencana awal saya dan jadi lebih sering main pada saat istirahat dibanding belajar. Saya juga ikut bimbingan belajar, tetapi bukan bimbel yang dari awal kelas 12 sudah belajar mengerjakan SBMPTN, karena orang tua saya ingin sekali nilai rapor semester lima saya tinggi agar saya bisa mendapat undangan kedokteran. Setelah satu semester berjalan, ternyata nilai saya tidak begitu tinggi. Barulah saya mulai semangat lagi mengerjakan soal-soal SBMPTN dan simak. Saya juga sering mengikuti try out SBMPTN yang marak diadakan saat itu, dan dari situ saya bisa mengukur kemampuan saya dibandingkan dengan peserta lain. Nilai try out saya jarang sekali mencapai 50%, padahal kata teman-teman saya yang nilainya sudah mencapai 50% saja belum tentu bisa masuk kedokteran. Saya sering ketakutan sendiri dengan nasib saya nanti jika tidak diterima di perguruan tinggi, karena susah sekali untuk masuk kedokteran di universitas mana pun. Ibu saya sering mengingatkan saya untuk banyak berdoa buat yang terbaik, bukan supaya masuk kedokteran karena hanya Allah SWT yang tau terbaik untuk kita, belum tentu dengan saya masuk kedokteran itu adalah yang terbaik bagi saya. Nasihat dari ibu saya tersebut selalu berhasil untuk membuat saya bisa tenang.
Pada hari yang ditunggu-tunggu saya malah pergi ke bioskop untuk menonton “Finding Dory” bersama teman-teman saya. Saya pikir dengan refreshing saya tidak jadi stress memikirkannya. Sampai setelah film habis pada jam dua lewat, saya baru membuka handphone dan melihat pesan yang dikirim ibu saya di whatsapp, tulisannya "alhamdulilah". Melihat itu saya berfikiran bahwa saya diterima di pilihan ketiga, yaitu kedokteran Universitas Diponegoro, karna tidak mungkin sekali rasanya saya dapat diterima di pilihan pertama saya yaitu kedokteran UI, dengan nilai perhitungan saya. Bahkan diterima lewat jalur SBMPTN ini saja saya sudah kaget, saya sampai menangis ketika mengoreksi jawaban saya yang ternyata banyak tidak teliti. Ketika saya membuka gambar screenshot pengumumannya, ternyata ada tulisan universitas indonesia, saya sangat kaget dan langsung membalas pesan ibu saya "Ini beneran ma? Mama gaboong kan?". Ternyata ayah saya juga mengirimkan pengumumannya dan saya benar diterima di kedokteran UI.
Dengan diterimanya saya di FKUI, saya berharap bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi. Saya juga ingin keluarga saya terus mendukung saya untuk terus semangat meraih cita-cita saya. Terakhir harapan saya untuk FKUI yaitu untuk FKUI terus tetap mencetak dokter-dokter hebat yang dapat membanggakan bangsa.

Komentar

Posting Komentar