[Perjalanan Menuju FKUI] Ahmad Khalid


Nama saya Harits Ahmad Khalid, akrab dipanggil Harits. Lahir di Bogor 17 tahun yang lalu, tepatnya 19 April 1999. Saya adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakak saya  perempuan yang selisih usianya sekitar 6 tahun dibanding saya.
Saya akan bercerita mengenai perjalanan hidup saya dalam menggapai salah satu cita-cita saya, yaitu bersekolah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Semua ini berawal ketika saya menginjakkan kaki di sekolah dasar. Saya bersekolah di SD Islam Al-Azhar 20 Cibubur. Menurut saya bersekolah di tempat tersebut merupakan salah satu keputusan terbaik kedua orang tua saya. Kedua orang tua saya memilih sekolah agama dengan mempertimbangkan pondasi yang akan terbentuk dalam diri saya. Jujur, saat ini saya merakasan sebuah perbedaan di dalam diri saya dibanding orang lain.
6 tahun perjalanan di sekolah dasar tidaklah terasa lama. Namun hingga lulus dari SD, belum juga terpikirkan untuk bersekolah di FKUI. Entah karena memang belum cukup umur untuk berpikir hal tersebut, ataupun karena memang saya sendiri yang tidak punya pilihan.
Langkah selanjutnya adalah sekolah menengah pertama. Hanya tiga tahun bersekolah di SMP, terlalu cepat untuk bisa mengenang momen-momen di SMP. Masa SMP adalah masa transisi dari SD ke SMP, sehingga siswa SMP belum terlalu diberi kebebasan oleh sekolah. Mungkin ini karena siswa SMP masih dianggap sebagai siswa SD yang usianya sedikit bertambah. Tetapi siswa SMP sudah memiliki kemauan yang cukup kuat. Oleh karena itu, masa-masa SMP bisa dibilang sedikit terkekang.
Menurut saya sekolah menengah atas adalah masa yang paling abstrak dan kompleks. Berbagai kesenangan, kesedihan, dan rasa takut ada disini, dan di tempat inilah saya menemukan serpihan cita-cita saya. Berkuliah di FKUI adalah serpihan tersebut, dan perjalanan sesungguhnya untuk menggapai itu dimulai dari  sini.
Sejak awal semester lima saya sudah sering bolak-balik ke ruang bimbingan konseling. Tidak, saya tidak memiliki banyak masalah hingga sering dipanggil ke ruang BK, tapi  saya datang untuk melihat ranking angkatan. Saat itu saya berada di peringkat 38 angkatan, dan saya tahu bahwa mustahil untuk menembus FKUI melalui jalur SNMPTN. Bahkan setelah berakhirnya semester lima dan muncul ranking angkatan yang sudah final, peringkat saya hanya naik 2 anak tangga. Hal tersebut membuat saya memilih Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya untuk bertarung di jalur SNMPTN. Saya cukup  percaya diri dapat lolos, mengingat hanya butuh ranking 60-an untuk dapat lolos ke FKUB melalui jalur SNMPTN tahun lalu.
Hari pengumuman tiba, dan saya tidak diterima. Kecewa dan senang campur aduk, kecewa karena tidak diterima, tapi senang karena masih diberi kesempatan untuk masuk FKUI. Hari demi hari saya jalani untuk mempersiapkan SBMPTN, jalur kedua untuk menembus FKUI. Bukan di sekolah, melainkan di tempat bimbingan belajar, Inten. Rutinitas saya jalani setiap hari, terkadang timbul rasa iri ketika melihat teman-teman yang sudah dapat sekolah.
Hari SBMPTN tiba, dan ternyata ruang ujiannya tidak memiliki pendingin, jam dinding, dan bahkan saya harus melepas jam tangan. Ini seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula, sudah panas buta waktu pula. Setelah SBMPTN, tidak sampai seminggu saya juga mengikuti UM Undip dan Simak UI. Tapi untuk UM dan Simak nasib saya lebih beruntung, paling tidak ruangannya dingin.
Kurang lebih satu bulan saya harus menunggu pengumuman. Saat itu saya ditemani oleh bulan penuh berkah, Bulan Ramadhan. Selama menunggu saya menyibukkan diri dengan lebih banyak beribadah. Selain untuk menenangkan diri, saya juga berdoa agar diberikan yang terbaik. Bagi  saya, keinginan saya belum tentu baik bagi saya, tapi keinginan Allah SWT sudah pasti yang terbaik bagi saya. Sebagai tambahan, beribadah membuat diri saya melupakan fakta bahwa nasib saya belum jelas, dan terbukti, waktu terasa berjalan lebih cepat.
Hari pengumuman SBMPTN tiba, tersisa 10 menit sebelum laman pengumuman bisa dibuka. Saya mencoba tenang tetapi hati tidak bisa berbohong. Bayang-bayang kegagalan SNMPTN tiba –tiba muncul. Bayangan jika jika tidak diterima dan harus mengikuti ujian mandiri lainnya terbesit di dalam pikiran. Jantung berdegup kencang tapi otak berusaha mengabaikan. Satu menit lagi, komputer sudah di depan mata, nomor ujian dan tanggal lahir sudah ditulis di layar kaca. Tepat pukul 14:00 WIB tombol Enter saya tekan.
“Selamat Anda dinyatakn lulus seleksi SBMPTN 2016 di Pendidikan Dokter Universitas Padjajaran.”
Saya langsung sujud syukur. Senang, tenang, dan bangga, semua muncul begitu saja. Bayangan menunggu kesempatan kuliah tahun depan sirna begitu saja. Aku mahasiswa FK.
Dua hari  kemudian saya mendapat info bahwa pengumuman Simak UI dimajukan satu hari. Itu artinya hari itu adalah hari pengumuman Simak UI. Tanpa diperintah saya langsung membuka komputer, membuka laman pengumuman Simak UI, ternyata masih satu jam sebelum pengumuman bisa dibuka. Saat itu adalah satu jam yang paling mendebarkan, tapi masih kalah mendebarkan dibanding pengumuman SBMPTN. Waktu berjalan sangat lambat, mencoba tenang tetapi keinginan untuk bersekolah di FKUI begitu kuat. Saat waktu yang ditentukan telah tiba, lengsung saja nomor ujian saya masukkan, tanpa aba-aba saya menekan tombol Enter.
“Selamat, Anda diterima sebagai calon mahasiswa baru Universitas Indonesia program studi Pendidikan Dokter.”
Saya diam seribu bahasa. Kaget dan tidak percaya, itulah kesan pertama saya ketika melihat pengumuman tersebut, dan saya langsung sujud syukur. Akhirnya  tercapai. Aku mahasiswa FKUI.

Banyak orang berkata bahwa keberhasilan adalah awal sebuah perjalanan, dan saya setuju dengan kalimat tersebut. Bagi saya, menjadi seorang mahasiswa FKUI adalah langkah awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Saya berharap suatu nanti dapat menjadi dokter yang berkompeten dan ikhlas dalam menjalani tugas. Saya juga berharap kelarga dan FKUI dapat membantu saya menggapai impian tersebut. Amin.

Komentar

  1. Aamin, sukses terus ya haritss, oh iya bagus banget essaynya semoga bisa jadi motivasi buat adik2 kita kelak yaa

    BalasHapus
  2. Widih.. perjuangannya mantabb .. jangan pernah berhenti berjuang !!

    BalasHapus
  3. rits, kalau bisa masuk ke FKUI itu bukan sekadar keberuntungan... tetapi karena kau memang mampu... semangat rits!

    BalasHapus
  4. sangat inspiratif, selalu semangat yaaah rits!

    BalasHapus
  5. Semangatt ya haritss! Good Luck againnn!

    BalasHapus

Posting Komentar