[Perjalanan Menuju FKUI] Ahmad Muhammad Basalamah


Nama saya Ahmad Muhammad Basalamah, saya adalah mahasiswa FK UI Kelas Internasional 2016 yang diterima melalu jalur SIMAK UI. Saya berasal dari Purwokerto, Banyumas dan lulus dari SMAN 1 Purwokerto, yang merupakan salah satu sekolah paling favorit di daerah saya. Sejak saya kecil, kuliah di FK UI merupakan mimpi yang selalu ada di hati, karena menurut saya FK UI merupakan fakultas kedokteran yang terbaik di Indonesia.
Saya adalah anak dari seorang dokter spesialis anak bernama, Muhammad Basalamah, yang merupakan lulusan FK UI dan Ibu saya merupakan ibu rumah tangga bernama, Kamilah Afiff. Sejak kecil, ayah saya selalu menceritakan dan mengarahkan saya dan kakak saya agar bisa mengikuti jejak ayah saya ke FK UI. Salah satu anaknya diterima di FK UI merupakan impian dari ayah saya. Namun, kakak saya tidak berhasil diterima di FK UI dan diterima di salah satu FK di perguruan tinggi lainnya.
Sejak awal masuk SMA, FK UI merupakan target utama saya, saya berusaha semaksimal mungkin agar diterima melalu jalur SNMPTN, namun usaha saya tidak begitu berhasil karena di akhir kelas 11, saya baru menyadari bahwa untuk bisa diterima di FK UI, nilai saya masih harus jauh lebih tinggi. Pada saat itu, saya masih berharap agar bisa menaikkan nilai saya agar bisa diterima di FK UI, namun satu semester kemudian, nilai saya masih belum cukup tinggi, bahkan menurut guru saya, nilai tersebut masih terlalu rendah untuk masuk fakultas kedokteran yang bagus. Pada saat itu, saya merasa putus asa, bahkan merasa bahwa kedokteran bukan fakultas yang tepat untuk saya. Namun, orang tua saya tetap memberikan dukungan mereka kepada saya, dan saya sadar bahwa masih banyak cara lain untuk masuk ke FK UI selain SNMPTN. Sejak saat itu, saya lebih fokus belajar dan selalu berharap agar bisa diterima di FK UI melalui jalur SIMAK.
Untuk mengejar impian saya agar diterima di FK UI melalui jalur SIMAK, saya mengikuti salah satu program “camp” yang diadakan oleh salah satu lembaga ternama di Bogor. Disana saya harus tinggal di camp selama kurang lebih 8 minggu, tanpa bertemu orang tua, bahkan tanpa mengenal siapapun. Sebelum mengikuti camp, saya mengikuti tes TOEFL karena saya berniat untuk mengikuti SIMAK KELAS INTERNASIONAL. Setelah kurang lebih 6 minggu di camp, tibalah saatnya untuk melakukan pendaftaran berbagai macam jalur ujian, seperti SBMPTN dan SIMAK. Saya memutuskan untuk hanya mendaftar SIMAK KELAS INTERNASIONAL karena merasa saya tidak mampu masuk ke Universitas Indonesia. Hari-haripun saya lewati dengan mempelajari soal-soal SIMAK INTERNASIONAL tahun-tahun sebelumnya. Saya pulang dari camp pada tanggal 27 Mei dan langsung menginap di hotel yang terletak di Jakarta karena ujian SIMAK KKI akan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei.
Setelah ujian SIMAK, saya merasa sedikit optimis karena saya bisa mengerjakan soalnya dan juga saya merasa tenang karena saya selama ini telah meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan saya percaya bahwa ”Allah SWT. akan memberikan segala sesuatu yang diminta oleh hambanya” dan kepercayaan saya benar. Pada tanggal 13 Mei, saya mendapat panggilan untuk menghadiri Interview, yang merupakan seleksi tahap selanjutnya. Sejak mendapat panggilan, saya mulai merasa cemas, karena sebelumnya saya tidak tahu bahwa akan ada interview dan juga karena sedikitnya info yang ada tentang interview tersebut. Saya akhirnya berangkat ke Jakarta untuk menghadiri interview dengan modal info yang ada dan kepercayaan diri. Setelah interview, saya merasa takut apabila tidak diterima di UI karena saya sangat ingin kuliah di UI dan saya sangat ingin membanggakan ayah saya. Hari-hari saya lalui dengan doa dan ibadah. Pada tanggal 30 Juni, saya mendapat kabar bahwa pengumuman SIMAK UI dipercepat satu hari, pada saat itu saya sangat takut dan merasa tidak nyaman, namun saya berpikir kembali bahwa “Allah SWT. akan memberikan segala sesuatu yang diminta oleh hambanya.” Sayapun menjadi tenang dan bertawakal kepada Allah SWT. Pada saat itu, saya hanya sendirian saja di rumah dan membuka website pengumuman sendirian. Sungguh rasa syukur dan nikmat yang sangat disaat saya melihat bahwa saya diterima di FK UI Kelas Internasional. Saya merasa berhasil membuat ayah saya bangga dan juga seluruh keluarga saya. Namun, saya sadar bahwa diterima di FK UI Kelas Internasional hanyalah sebuah permulaan dan masih banyak yang harus diperjuangkan.
Harapan saya setelah diterima di FK UI adalah saya bisa menjadi mahasiswa terpelajar dan bisa memperoleh ilmu sebanyak mungkin agar saya bisa menjadi dokter yang baik dan bisa menolong manusia yang membutuhkan dan bisa mendapat berkah dari hal tersebut.

Komentar

Posting Komentar