[Perjalanan Menuju FKUI] Ashila Putri Disamantiaji

Nama saya Ashila Putri Disamantiaji. “Shila”, begitulah saya biasa dipanggil. Almamater saya sebelum diterima sebagai mahasiswi UI ialah SMA Negeri 5 Surabaya. Layaknya siswa-siswi SMA lainnya pada saat itu, saya memiliki mimpi dan cita-cita. Sedari  kecil saya ingin menjadi seorang dokter. Keinginan tersebut tidak pernah sekali pun berubah sampai saat ini. Melalui orang tua dan kakek saya, saya mulai mengerti betapa mulianya tugas, hati, serta pengorbanan seorang dokter. Perasaan tersebut berkembang dari yang semula hanyalah sebuah kekaguman menjadi keinginan untuk turut terlibat.
    Pada akhir semester kelas X, mulai terbesit sebuah pertanyaan dalam diri saya. Mau saya kemanakan mimpi dan cita-cita ini? Di manakah saya harus melanjutkan studi saya nantinya? Saat itu, saya menganggap bahwa di mana pun saya bersekolah nantinya, selama saya belajar mengenai kedokteran, hal tersebut bukanlah suatu masalah. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu saya menyadari bahwa jika saya menjadi dokter, pasien saya kelak berhak mendapatkan pelayanan dan pengobatan terbaik dari dokternya. Dokter yang tidak hanya baik secara akademis, tetapi juga memiliki soft skill yang dibutuhkan untuk berinteraksi dengan pasiennya. Ini adalah turning point di mana saya sadar bahwa saya ingin menjadi bagian dari FK UI 2016.
    Perjuangan saya yang sesungguhnya dimulai ketika saya duduk di kelas dua belas. Saat teman-teman saya sedang menikmati libur puasa atau libur kenaikan kelas, saya mencoba membiasakan diri saya dengan soal-soal SBMPTN. Setiap ada waktu luang, saya mengisinya dengan mereview materi kelas X, dan XI serta mengerjakan berbagai macam model soal yang ada. Ketika sesi bimbingan belajar saya berakhir pada pukul delapan malam, saya tidak langsung pulang. Saya bertahan di tempat bimbel saya untuk memastikan bahwa saya benar-benar menguasai materi atau soal yang diberikan sebelumnya. Hal ini saya lakukan karena menurut saya, kunci dari mengerjakan soal-soal tes standar PTN ialah dengan belajar secara aktif, yaitu dengan mencicil materi yang ada sedini mungkin, berinisiatif mengerjakan berbagai variasi jenis soal yang ada, menolong teman yang kesulitan dalam mengerjakan soal, dan yang paling penting ialah membagikan ilmu yang telah kita peroleh kepada orang lain. Jenuh memang. Berada di lingkungan dengan aktivitas yang sama setiap waktu, setiap harinya. Akan tetapi jika saya mengingat cita-cita saya kembali, saya merasa apa yang telah saya usahakan tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang ingin saya raih.
    Selama ini, saya selalu bersyukur memiliki orang tua serta anggota keluarga yang suportif. Mereka tidak pernah mengekang pilihan saya. Mereka selalu melimpahkan nasihat, kasih sayang, serta perhatian kepada saya agar saya bisa menjadi individu yang lebih baik serta bermanfaat nantinya. Mereka juga tidak pernah lelah untuk mengingatkan saya untuk memperbanyak ibadah sunnah, serta beristirahat.
SNMPTN saya memang gagal. Tetapi saya tidak kecewa karena saya tidak mengharapkan apapun dari jalur tersebut. Saya tetap berusaha, berdoa, dan mencoba ujian-ujian masuk PTN pada saat itu. Pada saat saya menunggu pengunguman, awalnya saya merasa kosong. Saya tidak bersemangat untuk melakukan hal-hal yang saya sukai. Di waktu senggang tersebut, saya mencoba untuk berpikiran positif karena prasangka buruk hanya akan membuat saya capai secara psikologis.
Melalui segenap ujian dan banyak rangkaian kegiatan lainnya, mata saya terbuka. Ke depannya, saya harap diri saya akan mampu berkembang menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Lebih baik budinya, peka terhadap sesama, lebih percaya diri, pandai memanajemen diri dan waktu, bermanfaat bagi orang lain, serta menjadi seseorang yang mampu membawa dan menempatkan dirinya di mana pun dia berada. Saya ingin agar keluarga saya yang telah mengajarkan banyak hal kepada saya merasa bangga karena telah mendidik anaknya dengan baik. Semoga FK UI nantinya dapat menjadi wadah bagi saya untuk bertemu dengan manusia-manusia inspiratif lainnya, dan mendidik saya untuk menjadi dokter yang memiliki nilai-nilai lebih untuk nantinya bermanfaat bagi masyarakat banyak. Sesungguhnya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bagi hambanya yang mau berusaha, berikhtiar, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

Komentar

  1. Pejuang kesehatan dari Surabaya:) Semangat shila

    BalasHapus
  2. shilaaaa!!udah kamu mah udah dokter banget lah,empatinya besar bangeeet!

    BalasHapus
  3. shilaaaa!!udah kamu mah udah dokter banget lah,empatinya besar bangeeet!

    BalasHapus
  4. Shilaa intan juga sama gaberharap sama undangan, tapi tetep berharap suatu miracle dapat terjadi..

    BalasHapus
  5. ENDANG FARIHATUL IZZA15 Agustus 2016 pukul 21.59

    bu doktell dari surabaiaaa ini :(( sukses terus yakkk

    BalasHapus

Posting Komentar