[Perjalanan Menuju FKUI] Aulia Nafi Syifa Putri Khumaini.



            Halo. Perkenalkan nama saya Aulia Nafi Syifa Putri Khumaini. Teman – teman saya biasa memanggil saya dengan panggilan Aulia atau Aul. Saya berasal dari Kota Semarang. Saya lulusan SMA Negeri 3 Semarang tahun 2015. Saya sempat merasakan gap-year. Saya pernah merasakan pengalaman yang mungkin tidak semua orang dapat rasakan. Saya pernah merasakan kegagalan dalam perjalanan saya menuju FK UI 2016.
            Saya sempat tidak menyangka, saya bisa berada di sini, menjadi bagian dari mahasiswa FKUI 2016. Dalam perjalanan saya menuju FKUI 2016, saya sempat beberapa kali ditolak di beberapa Perguruan Tinggi Negeri.
            Dalam masa sekolah di SMA, saya sudah mempersiapkan nilai - nilai akademis saya, yang nantinya akan terpakai untuk penilaian SNMPTN. Saya mengetahui peluang saya dan SMA saya. SMA saya berada di Semarang. Oleh karena itu, saya memilih FK UNDIP pada tahun 2015. Tetapi sepertinya Tuhan berkehendak lain. Nilai - nilai yang sudah secara maksimal saya persiapkan, perjuangan saya selama 3 tahun di SMA untuk mendapatkan nilai yang cukup, masih dinilai kurang cukup untuk memasuki kriteria yang diterima FK UNDIP. Saya mencoba berpikir ke depan. Masih ada SBMPTN 2015 serta jalur Ujian Mandiri 2015 yang menunggu saya. Saya, yang kala itu mengikuti bimbingan belajar di Ganesha Operation, tetap melakukan pembelajaran sembari menunggu jadwal tes yang sudah ditetapkan. Memang sedikit ada keraguan di dalam diri saya. Tahun lalu, saya memang merasa belum siap dengan persaingan yang begitu ketat dalam dunia SBMPTN dan belum terbiasa dengan soal soal yang super hebat dalam seleksi masuk perguruan tinggi ini. Saya memilih FK UNDIP di SBMPTN 2015. Lagi-lagi, ada rencana lain yang mungkin sudah dipersiapkan Tuhan untuk saya. Saya masih tetap merasa optimis.
            Saya mengikuti berbagai ujian mandiri yang diselenggarakan universitas. Saya juga mengikuti tes ikatan dinas di STIS. Pada tahap ini, saya ingat betul, saat saya sudah tidak lolos di SBMPTN 2015, namun saya sudah lolos tahap ke-2 tes STIS. Saya sedikit mendapatkan pencerahan. Walaupun, jauh di dalam lubuk hati saya, saya masih belum rela untuk melepaskan cita-cita saya untuk menjadi dokter, untuk masuk ke sebuah ikatan dinas (STIS).
            Saya merasa terpanggil untuk menjadi dokter. Dokter memang merupakan cita – cita saya sejak saya kecil. Mungkin juga karena lingkungan kerja orang tua saya di rumah sakit, saya seperti sudah terbiasa dan tertarik ingin menyelami dunia kesehatan lebih dalam. Saya ingin kelak saya dapat menggunakan ilmu dan keahlian yang saya miliki untuk menolong dan meringankan beban orang lain, melalui profesi dokter.
Dalam masa menunggu pengumuman tes tahap ke-3 STIS, saya mengikuti berbagai ujian mandiri yang diselenggarakan universitas. Saya mengikuti UM UNDIP 2015, UTUL UGM 2015, UM UNSOED 2015, UM UPN Veteran Jakarta 2015.Saya memang tidak mengikuti SIMAK UI 2015 karena saya merasa saya sangat tidak siap untuk itu. Tidak ada satupun pintu terbuka untuk saya, berbagai universitas yang saya ikuti jalur mandirinya, tidak ada yang menerima saya. Saya sudah cukup pesimis akan masa depan saya. Rasa-rasanya setiap motivasi yang diberikan setiap orang kepada saya tidak memiliki efek yang nyata. Satu-satunya pegangan saya kala itu hanyalah STIS.
            Pengumuman seleksi STIS tahap ke-3 pun diumumkan. Saya sudah siap, jika saya memang harus merelakan mimpi saya untuk jalan yang lain karena saya pikir mungkin menjadi dokter bukanlah jalan saya. Namum apa daya, nama saya hanya menjadi cadangan dalam hasil seleksi tahap ke-3 STIS. Saya masih harus menunggu panggilan, jikalau ada yang mengundurkan diri. Dan pada masa yang telah ditentukan untuk menunggu, saya tidak mendapat panggilan.
            Sudah tidak ada lagi harapan untuk masuk ke dalam perguruan tinggi. Saya sempat merasa bahwa diri saya ini sungguh bodoh. Hal yang paling saya sedihkan adalah saya tidak bisa membanggakan dan membuat orang tua bahagia dengan kabar gembira bahwa saya diterima di salah satu universitas yang baik.
            Orang tua saya sempat memberikan pilihan. Pilihan untuk melanjutkan kuliah di Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sambil tetap mempersiapkan SBMPTN 2016 atau tidak berkuliah di PTS dan hanya fokus pada bimbingan belajar sepenuhnya untuk mempersiapkan SBMPTN 2016.
            Ada sedikit kebimbangan. Di satu sisi, saya memang tidak memiliki niat dan semangat untuk berkuliah di PTS. Namun, melihat kedua orang tua saya, saya tidak tega, jika mereka mendapat pertanyaan dari rekan kerjanya, tetangga, atau bahkan keluarga. “Anaknya kuliah di mana sekarang?”. Saya tidak ingin mereka sedih karena pertanyaan-pertanyaan mengenai saya yang orang lain ucapkan pada mereka secara tidak sengaja melukai hati mereka.
            Butuh waktu yang cukup lama untuk saya memutuskan. Saya masih dihantui perasaan tidak tega jika harus melihat orang tua saya terluka hatinya oleh pertanyaan itu selama mungkin,satu tahun ke depan.
            Akan tetapi, setelah beberapa waktu, saya mantapkan pilihan saya. Saya memilih untuk “menganggur” selama satu tahun, fokus pada SBMPTN 2016, demi impian saya sejak kecil. Butuh waktu untuk saya meyakinkan kedua orang tua saya. Saya bermaksud untuk menguatkan mereka, bahwa saya siap akan segala konsekuensi atas pilihan yang saya pilih kala itu.
            Saya mempersiapkan mental saya, meyakinkan diri saya sendiri, bahwa pilihan yang saya pilih ini, InsyaAllah akan menuntun saya pada pencapaian terhadap impian saya.
            Saya seperti memulai hidup kembali, setelah melewati masa keterpurukan yang cukup lama. Saya memutuskan untuk mengikuti kelas alumni di salah satu tempat bimbingan belajar. Di sini lah saya mulai menyadari bahwa saya tidak berjalan sendiri. Saya sadar, masih banyak juga orang – orang yang memiliki nasib mirip dengan saya. Sama – sama gagal untuk meraih impiannya pada kala itu.
            Saya mulai memperbaiki niat saya. Saya melakukan ini untuk diri saya sendiri. Saya tidak peduli dengan pandangan, komentar, dan pikiran orang orang yang mungkin saja merendahkan saya karena status saya sebagai “pengangguran”. Saya memilih untuk tetap fokus pada diri saya sendiri.
            Saya mulai membenarkan kebiasaan saya. Mengikuti kelas bimbingan belajar dengan antusias dan semangat, memilih tempat duduk paling depan di setiap jamnya (dengan tujuan agar tetap fokus). Bahkan, saat jam di kelas bimbingan belajar saya sudah selesai, saya tetap memanfaatkan waktu saya untuk melahap habis soal – soal hebat yang dulu sempat terlewatkan oleh saya, semata-mata agar saya terbiasa dengan soal SBMPTN. Memang, saya memahami betul bahwa perjuangan untuk bisa menjadi pemenang dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi ini membutuhkan kemampuan yang tidak biasa. Kita harus kerja ekstra untuk mendapatkan hasil yang ekstra juga. Saya juga mengikuti Try Out simulai SBMPTN yang diselenggarakan di manapun, selagi saya mendapatkan info, saya akan ikut Try Out tersebut, agar saya dapat mengukur kemampuan saya untuk mengikuti SBMPTN 2016.
            Masa SBMPTN 2016 tiba. Saya siap, saya siap untuk mencoba mengetuk pintu – pintu yang ada untuk kedua kalinya. Saya siap mempertanggungjawabkan jerih payah saya pada masa pengangguran saya selama setahun. Saya memilih FK UI, FK UNDIP, dan FKG UI pada SBMPTN 2016.
            Saya meyakinkan diri saya, bahwa perjuangan saya selama setahun belakang ini akan membuahkan hasil manis. Saya yakin dan saya percaya. Dengan bantuan usaha, doa, semangat dari orang – orang di sekitar saya, serta restu orang tua, Alhamdulillah saya diterima di FK UNDIP 2016. Saya tidak henti – hentinya bersyukur atas hasil yang saya dapatkan. Melihat kedua orang tua saya menangis bangga atas usaha saya, sungguh membuat saya terharu. Tidak ada yang lebih indah selain melihat kedua orang tua saya menangis dan tersenyum bahagia.
            Saya masih harus tetap berjuang di SIMAK UI 2016. Cukup menakutkan bagi saya karena pada tahun sebelumnya saya tidak mengikuti SIMAK UI. Saya hanya mengandalkan soal – soal yang tersebar di internet, mencoba mengerjakan dan melahap habis soal – soal simak dari 10 tahun belakangan.
            Saya memasrahkan diri saya. Jika memang Tuhan memang menghendaki keputusan saya untuk berkuliah di Universitas Indonesia, universitas terbaik di Indonesia.
            Pada saat saya membuka laman web pengumuman SIMAK UI 2016, saya sempat tidak menyangka bahwa nama saya tercantum sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2016. Saya merasa bahwa ini adalah kado terindah yang dapat terindah saya berikan kepada kedua orang tua saya dan orang – orang di sekitar saya yang setia menemani saya di dalam masa saya menanjak jalan menuju cita – cita saya.
            Walaupun begitu, saya masih harus tetap berjuang, tidak boleh merasa puas, apalagi sombong. Saya sadar, bahwa beban yang saya tanggung akan semakin berat, saya harus menjaga almamater FK UI  dengan baik. Saya berharap saya dan teman – teman FKUI 2016 dapat menjunjung nama FK UI dengan baik dan kami dapat bekerja sama secara kolaboratif, suportif, dan kooperatif.
            Pengalaman saya yang mengantarkan saya menjadi pribadi seperti sekarang ini. Pengalaman saya yang membentuk diri saya yang sekarang. Saya bersyukur atas segala lika -  liku dan rintangan yang terjadi pada saya. Saya yakin bahwa Tuhan memberikan beban tidak mungkin melewati batas kemampuan hamba-Nya. Kita juga harus ingat, bahwa kita bisa saja berencana, tetapi tetap Tuhan yang memutuskan dan berkehendak dan juga Nothing worth having comes easy.
           

Komentar

  1. Satu lagi dari jalur simak, pasti pinter bangeet ! Kereen banget deh Aull semangaat yaa. Semoga kita bisa lulus bareng-bareng

    BalasHapus
  2. Nduk, perjalanan panjangmu ada yg perlu diluruskn, yaitu tentang masa belajarmu di sma n 3 Smg adalah 2 tahun (program akselerasi) & msh bnyk yg blm dimasukkan, antara lain : saat itu juga th2015 mendaftar di um uns, tp tdk lolos. Selanjutnya, memasuki th 2016 dg bekal tlh ikut les bahasa di LIA & Rumah Bahasa serta ikut GO klas alumni, Alhamdulillah bisa diterima di jurusan kimia iup ugm Jogya. Bahkan orang tuamu tlh melunasinya Rp14juta (sbg antisipasi klo di sbmptn 2016 & simak ui 2016 tdk diterima). Selanjutnya dg tetap terus tekun dalam les2 tsb, ikut juga TO di berbagai PTN, Alhamdulillah hasilnya tnyta menggembirakan, bahkan lbh bnyk menduduki ranking 1 (tnyt ada panitia TO ptn yg agak nakal, hadiahku berupa ponsel, sbg ranking 1 tdk bisa diberikn dg alasan "peserta sdh pulang") dan alasan lain panitia yg tdk logis. Sekali lagi, Allah SWT tnyt tlh mempersiapkn kpd siapapun yg dg usaha keras, ketekunan & doa mewujudkan semua harapan hambaNYA, Alhamdulillah Allah SWT memberikan kado terindah, sbmptn 2016 diterima di fk undip & simak ui 2016 diterima di fk ui Jkt. Dengan Bismillah, Ridla Allah SWT, Restu & dukungan kelg besar, akhirnya memilih Jurusan Pendidikan Dokter Umum FK UI 2016.

    BalasHapus
  3. Nduk, perjalanan panjangmu ada yg perlu diluruskn, yaitu tentang masa belajarmu di sma n 3 Smg adalah 2 tahun (program akselerasi) & msh bnyk yg blm dimasukkan, antara lain : saat itu juga th2015 mendaftar di um uns, tp tdk lolos. Selanjutnya, memasuki th 2016 dg bekal tlh ikut les bahasa di LIA & Rumah Bahasa serta ikut GO klas alumni, Alhamdulillah bisa diterima di jurusan kimia iup ugm Jogya. Bahkan orang tuamu tlh melunasinya Rp14juta (sbg antisipasi klo di sbmptn 2016 & simak ui 2016 tdk diterima). Selanjutnya dg tetap terus tekun dalam les2 tsb, ikut juga TO di berbagai PTN, Alhamdulillah hasilnya tnyta menggembirakan, bahkan lbh bnyk menduduki ranking 1 (tnyt ada panitia TO ptn yg agak nakal, hadiahmu berupa ponsel, sbg ranking 1 tdk bisa diberikn dg alasan "peserta sdh pulang") dan alasan lain panitia yg tdk logis. Sekali lagi, Allah SWT tnyt tlh mempersiapkn kpd siapapun yg dg usaha keras, ketekunan & doa mewujudkan semua harapan hambaNYA, Alhamdulillah Allah SWT memberikan kado terindah, sbmptn 2016 diterima di fk undip & simak ui 2016 diterima di fk ui Jkt. Dengan Bismillah, Ridla Allah SWT, Restu & dukungan kelg besar, akhirnya memilih Jurusan Pendidikan Dokter Umum FK UI 2016.

    BalasHapus

Posting Komentar