[Perjalanan Menuju FKUI] Calvin Wijaya


Salam kawan - kawan, bagi siapapun yang membaca ini, terimakasih sudah berkomentar ya. Nama saya Calvin Wijaya, saya berasal dari sebuah keluarga yang beranggotakan empat orang, saya, orang tua saya, dan kakak perempuan saya yang lebih tua tiga tahun dari saya. Saya dan keluarga saya selalu merasa bahwa pekerjaan sebagai dokter adalah pekerjaan yang bersifat mengabdi, pekerjaan yang selalu menolong orang yang membutuhkan menggunakan ilmu yang dipelajari dalam kurun waktu yang lama sekali, bukan seperti yang dipikirkan beberapa kalangan, yang menyebutkan bahwa pekerjaan dokter adalah pekerjaan untuk cepat kaya, dan sebagainya. Dalam hidup saya, pandangan inilah yang tertanam pada diri saya, dan ini menjadi motivasi saya untuk menjadi dokter. Menyembuhkan pasien, menyelematkan nyawa, menemukan obat dan peralatan medis baru untuk mengerjakan tugas mulia ini, dokter di mata saya adalah superhero yang patut dikagumi.

Perjalanan saya untuk mencapai profesi mulia ini dapat dikatakan normal, dalam arti banyak orang lain tentu mencapainya dengan hal serupa, namun hal yang saya merasa berbeda adalah bahwa saya memulai perjalanan saya ini dengan masuk universitas nomor 1 di Indonesia, universitas yang mengambil nama 'Indonesia' menjadi bagian dari namanya, Universitas Indonesia. Untuk masuk universitas tersohor ini tentu tidaklah perjalanan yang lurus, namun berkelok kelok mengitari banyak gunung dan lembah hidup yang pasti dilalui semua orang. Namun, satu hal yang dapat saya pastikan, perjalanan panjang ini akan worth it kalau kawan - kawan sekalian melakukannya dengan jujur, semangat dan persistensi. Usaha yang saya lakukan untuk masuk Fakultas Kedokteran UI banyak diikuti oleh orang lain juga, yaitu melewati bimbingan belajar Bimbingan Tes Alumni / BTA, secara spesifik, BTA 8 yang sekarang ada di Tebet. Saya mengikuti program satu tahun BTA dan sesi intensif mereka, dan untuk kawan - kawan saya sangat menganjurkan mengikuti program ini, karena, yang mengajari kalian adalah kakak - kakak alumni beragam universitas, sehingga kalian dapat menerima banyak pengalaman mereka dan juga pengetahuan mereka. Saya melaksanakan program BTA ini sampai selesai, dan mengikuti SBMPTN dan SIMAK UI, dan saya dapat katakan ini berdasarkan pengalaman saya kepada kawan - kawan sekalian, beberapa saat sebelum mengerjakan tes ini, janganlah belajar, karena apabila kalian belajar dan saat mengerjakan tes dan ternyata ada perbedaan yang cukup besar dari apa yang kalian pelajari, kalian akan panik dan membuat mengerjakan tes ini lebih sulit.

Saat saya sudah selesai mengerjakan tes - tes itu, saya tidak merasa senang, saya merasa terbebani oleh beratnya potensi masa depan saya, karena saya hanya menuliskan satu prodi pada kedua jalur masuk universitas. Saat menunggu hasil yang akan keluar, tentu semua merasakan tegang, saya tidak terkecualikan, dan merasa sangat khawatir. Saat pengumuman SBMPTN diluncurkan, saya dan keluarga saya kalah momentum dengan rekan sejawat saya yang juga ingin melihat pengumuman, sehingga saya harus menunggu tiga jam agar server tidak terlalu terbebani lagi. Hasil yang keluar sangat mengecewakan saya, karena saya dianggap gagal dalam jalur ini. Namun saya tidak putus asa! Saya lanjut dengan meletakkan seluruh masa depan saya pada tangan pengumuman SIMAK UI. Jujur saja, belajar dari pengalaman SBMPTN, saya standby saat pengumuman SIMAK UI, yang telah dimajukan satu hari, dengan cara mengklik tombol refresh secara berkali kali. Yang membuat saya kaget adalah pada salah satu refresh itu, saya melihat sebuah kata, yaitu 'selamat', dan saya terpaku pada kata itu bagaikan kata itu adalah kata terindah di seluruh dunia selama 1 menit sebelum saya berteriak memanggil keluarga saya bahwa saya diterima FKUI, walaupun saya sebenarnya belum membaca pengumuman itu. Secara keseluruhan, kesan yang saya dapatkan dalam menunggu hasil pengumuman ini terasa hilang bagaikan asap saat saya membaca pengumuman itu, saya merasa beban hidup saya berkurang sebagian, dan digantikan beban tanggung jawab baru yang saya harus pikul mulai dari sekarang, yaitu, belajar tanpa mensia-siakan kesempatan ini.

Saya berharap dengan saya menjadi anggota FKUI ini saya dapat mengembangkan potensi diri saya agar dapat mencapai profesi dokter yang saya dambakan. Kepada keluarga saya, saya berharap mereka dapat mendukung saya dari doa maupun motivasi langsung, karena hal itulah yang telah membantu saya selama saya hidup. Untuk kawan - kawan seperjuangan saya, saya berharap kita bisa saling bergaul dan bisa saling membantu sehingga dapat berjalan bersama langkah demi langkah tanpa ada yang tertinggal. Untuk mengakhiri, saya ingin menuliskan kata - kata yang saya buat sendiri, namun saya tidak tahu apakah sudah ada orang yang menggunakannya atau belum, karena temanya terlalu umum. Semoga kawan - kawan dapat membacanya dan dapat menerima sesuatu dari kata - kata ini, terimakasih sudah membaca, sampai bertemu di FKUI!


'Who I am' is not the correct statement to describe oneself, but it's supposed to be 'Whomever I am', as humans are a fragile race, shall we not reconcile and pave a road towards happiness, together?

Komentar

Posting Komentar