[Perjalanan Menuju FKUI] Chairunnisa Putri

Nama saya Chairunnisa Putri, biasa dipanggil Icha. Saya berasal dari SMAN 28 Jakarta. Sekarang, saya adalah mahasiswi baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2016. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 20 Maret 1999. Umur saya saat ini baru 17 tahun, lebih muda setahun dibandingkan teman-teman seangkatan saya pada umumnya. Saya tidak pernah mengikuti program akselerasi di SMP maupun SMA. Saat saya duduk di bangku TK, ayah saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan program magister di International Islamic University of Malaysia di Kuala Lumpur. Kami sekeluarga memutuskan untuk ikut pindah ke Malaysia. Di Malaysia, ibu saya memutuskan untuk tidak menyekolahkan saya dulu, karena di sana, hampir semua TK berbahasa pengantar Inggris, sementara saya belum lancar berbahasa Inggris. Namun, setelah beberapa waktu di rumah dan tidak melakukan apa-apa, saya mulai bosan dan melakukan hal-hal yang malah menambah pekerjaan ibu saya. Karena ibu saya melihat saya adalah anak yang aktif, ia memutuskan untuk langsung memasukkan saya ke SD. Sekolah yang dipilih ibu saya saat itu adalah Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK). Sekolah tersebut adalah sekolah perwakilan Indonesia di Kuala Lumpur. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Melayu sehingga saya tidak kesusahan untuk memahami pelajaran. Selain itu, murid-muridnya pun banyak yang berasal dari Indonesia, sehingga saya merasa mudah untuk berteman.
Setelah 3 tahun bersekolah di SIK, ayah saya menyelesaikan studinya sehingga kami dapat kembali pulang ke tanah air. Di Jakarta, saya bersekolah di SD Islam Al-Azhar 2 Pasar Minggu sebagai murid baru kelas 3. Saya sempat diejek dan ditertawakan oleh teman seangkatan saya karena saya seharusnya adalah adik kelas mereka. Saat itu, saya sering menangis, namun ibu saya memberitahu saya untuk tidak menghiraukan mereka dan fokus kepada sekolah saya. Setelah beberapa waktu, teman-teman saya mulai bisa menerima saya sebagai teman mereka. Namun, ada juga yang masih tidak mau berteman dengan saya setelah tau bahwa peringkat saya di kelas lebih tinggi dari mereka. Tapi saya tidak peduli, saya hanya ingin membuktikan kepada orang-orang yang pernah mengejek saya bahwa saya bisa sebaik, bahkan lebih baik dari mereka walaupun saya lebih muda dari mereka.
Berhasil masuk ke FKUI, apalagi melalui jalur SNMPTN, adalah sebuah pencapaian yang sangat membanggakan untuk saya. Sejak saya berada di sekolah menengah pertama, saya sudah bercita-cita untuk masuk ke FKUI. Saya ingin sekali menjadi dokter karena saya menyukai pelajaran biologi dan kimia, dan saya ingin dalam pekerjaan saya nantinya saya bisa membantu banyak orang. Alasan saya memilih FKUI adalah karena FKUI merupakan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia. Selain itu, UI hanya berjarak kurang lebih 10 km dari rumah saya. Saya ingin belajar banyak dari UI. Saya ingin meningkatkan kemampuan akademik dan nonakademik saya, ingin lebih aktif dalam kelas, dan banyak lagi.
Sejak kelas 10, karena sudah mengetahui bagaimana susahnya untuk diterima di FKUI, saya selalu belajar semaksimal mungkin. Teman-teman saya seringkali bercanda dan mengatakan bahwa saya terlalu ambis, tapi saya tidak tersinggung. Saya hanya merasa apabila saya ingin masuk ke jurusan dan kampus terbaik, saya harus sungguh-sungguh. Nilai demi nilai harus saya kumpulkan dengan maksimal. Kalimat yang sering memotivasi saya adalah “I hated every minute of training, but I said, don’t quit. Suffer now and live the rest of your life as a champion.” Kalimat tersebut membuat semangat saya kembali muncul untuk memperjuangkan apa yang ingin saya capai. Kalimat tersebut mengingatkan saya bahwa apapun bisa kita dapatkan asalkan kita mau berusaha. Walaupun terus belajar, tentunya saya tetap menyisihkan waktu untuk mengikuti kegiatan nonakademik lainnya sebagai penyeimbang dan refreshing apabila saya sedang tidak belajar.
Pengumuman SNMPTN jatuh pada tanggal 9 Mei 2016 pukul 13.00. Pada pagi hari tanggal 9 tersebut, sekolah saya juga mengadakan upacara kelulusan sekaligus pengumuman hasil ujian nasional. Pagi itu, saya datang ke sekolah dengan hati berdebar. Berdebar menunggu hasil UN dan pengumuman SNMPTN. Setelah sampai dan melihat hasil pengumuman UN, saya merasa agak kecewa. Hasil UN saya tidak sebagus yang diharapkan. Saya merasa menyesal karena saya belum bisa memberikan yang terbaik di UN kali ini. Karena itu, saya sangat berharap dapat menerima kabar yang lebih baik siangnya.
Setelah upacara selesai, saya pulang ke rumah. Saya terus berdoa agar diberikan kabar baik pada pukul 13.00. Tepat pukul 13.00, saya beserta ibu dan adik saya membuka website SNMPTN. Ketika pengumuman terbuka dan saya dinyatakan lulus seleksi SNMPTN dan diterima di FKUI, perasaan saya campur aduk. Lega, haru, senang, bangga. Ibu saya menangis dan memeluk saya sambil terus berkata bahwa beliau bangga melihat saya. Menurut saya, tidak ada perasaan yang lebih menyenangkan daripada melihat orangtua saya tersenyum karena saya.
Saya berharap setelah diterima di FKUI, saya tidak akan menjadi besar kepala dan tetap rendah hati. Saya ingin sekali mendapatkan banyak hal yang belum saya dapatkan di SMA di FKUI. Saya ingin menghilangkan rasa takut dan gugup saya setiap kali berbicara di depan banyak orang. Saya rasa saya bisa, karena di UI, sistem pembelajaran menggunakan pembelajaran aktif. Saya ingin lebih mudah bersosialisasi dan mendapatkan pengalaman dalam berorganisasi. Saya berjanji kepada diri saya sendiri untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang tersedia di UI. Saya berharap FKUI dapat membantu saya mewujudkan mimpi-mimpi saya yang belum tercapai sehingga saya dapat membanggakan orangtua dan keluarga.

Komentar

Posting Komentar