[Perjalanan Menuju FKUI] Dina Fitriana

Nama saya Dina Fitriana Sholikhah, saya biasa dipanggil Dina. Saya berasal dari Sukoharjo dan SMA saya di SMA Negeri 1 Sukoharjo.  Saya lahir di Sukoharjo pada tanggal 19 Februari 1997.  Saya adalah anak pertama dari dua bersaudara, saya memiliki satu adik perempuan yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Saya hidup bersama keluarga yang sederhana yang saling mendukung cita-cita satu sama lain. Dan mereka sangat mendukung cita-cita saya menjadi dokter.
    Menurut saya, profesi dokter adalah profesi yang mulia. Dokter adalah orang yang dengan tulus membantu orang lain. Mereka banyak bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Dan saya ingin menjadi dokter karena saya ingin bisa menjadi orang yang bermanfaat. Saya juga ingin menolong orang sakit, saya tidak tega melihat orang kesakitan, seperti ketika saya melihat Ayah saya 7  tahun yang lalu mengalami sakit kanker paru-paru dan tidak bisa ditolong. Saya sangat sedih karena saat itu saya tidak bisa berbuat apa-apa. Karena itu saya bertekad ingin bisa menolong orang sakit.
Sebelum menjadi dokter kita haruslah melewati masa sekolah di kedokteran. Alhamdulillah sekarang saya sudah diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Bagi saya, FKUI adalah fakultas kedokteran yang paling bagus di seluruh Indonesia. FKUI memiliki alumni-alumni yang tidak sedikit menjadi orang hebat di masyarakat. FKUI juga membentuk mahasiswa-mahasiswanya untuk kelak bisa menjadi dokter yang tulus dalam menolong pasien, dan menjalani profesinya dengan sepenuh hati. Saya sangat bangga akhirnya bisa menjadi salah satu anggota keluarga dai FKUI. Saya ingin menjadi dokter dan memimpikan bisa masuk FKUI sudah sejak SMA.
    Ketika di kelas 3 SMA di tahun 2014, saya ingin mendaftar di kedokteran lewat SNMPTN. Saya sudah sangat berniat untuk memilih kedokteran di pilihan SNMPTN saya. Tapi ketika mendekati berakhirnya masa pendaftaran SNMPTN, saya berpindah haluan karena saya merasa nilai rapor saya tidak bisa bersaing dengan teman-teman saya yang juga mendaftar ke kedokteran. Akhirnya saya mencari jalan aman, saya memilih Biologi UGM, dan hanya itu. Ketika pengumuman, Alhamdulillah saya diterima. Mau tidak mau saya harus daftar ulang di sana dan akhirnya saya menjalani  kuliah selama dua semester.
    Selama kuliah di Biologi UGM, cita-cita saya ingin menjadi dokter belum juga berubah. Saya masih ingin menjadi dokter, sehingga di penghujung semester dua saya belajar untuk mengikuti SBMPTN 2015. Saya belajar untuk UAS di kampus sekaligus mengejar materi untuk SBMPTN. Rasanya sangat tidak mudah. Saya memilih kedokteran UNS, Unej, dan Unsoed waktu itu. Saya rasa passing gradenya tidak terlau tinggi. Ketika sudah terlewati SBMPTNnya, pengumuman tiba dan ternyata saya gagal. Saya tidak diam diri setelah itu, saya tetap mencoba mengikuti ujian mandiri UNS, UGM, dan Unsoed. Hari demi hari berlalu, satu persatu pengumuman menyatakan saya gagal untuk bisa diterima di kedokteran tahun 2015. Saya sangat sedih saat itu. Saya berdoa kepada Allah SWT untuk memberikan petunjuk kepada saya. Dan hati saya memilih untuk tidak melanjutkan kuliah di Biologi UGM. Saya memutuskan resign.
    Awalnya memang Ibu saya tidak menyetujui akan keputusan saya. Beliau takut jika tahun depan saya mengalami nasib yang sama seperti di tahun 2015. Tapi saya yakinkan Ibu untuk percaya pada saya, saya berjanji akan membuat kesempatan terakhir saya mengikuti SBMPTN menjadi kesempatan terbaik saya. Akhirnya Ibu membiarkan saya memilih pilihan saya sendiri.
    Di awal masa itu, saya merasa sangat takut. Sama takutnya seperti yang Ibu saya rasakan. 2016 adalah kesempatan terakhir saya, apakah saya bisa mendapatkan cita-cita saya atau akan gagal lagi seperti tahun lalu. Keluarga besar, teman-teman, dan tetangga-tetangga saya menyayangkan dengan keluarnya saya dari Biologi UGM. Tapi saya hanya bisa diam saja, belum bisa menjelaskan, belum bisa memberi mereka pengertian tentang apa alasan saya dibalik keputusan saya. Mereka belum tentu mengerti akan penjelasan saya.
    Selama setahun penantian SBMPTN 2016, saya memilih untuk mengikuti les khusus alumni di GO Surakarta. Saya bertemu banyak teman yang sama-sama pernah mengalami kegagalan. Kita di sana bersama-sama berusaha untuk membuat kegagalan itu menjadi kabar baik di tahun 2016 nanti. Di GO kami les dari hari senin sampai hari jumat. Hanya 90 menit setiap harinya. Selain itu saya lebih banyak belajar di rumah, banyak berlatih mengerjakan soal dan mengulang kembali pelajaran-pelajaran yang sudah agak lupa. Di sini kami juga diberikan Try Out SBMPTN setiap bulan sekali. Di awal, nilai saya sangatlah jelek karena memang saya masih lupa dengan pelajaran SMA. Selain belajar, saya juga banyak memperbaiki diri. Saya berusaha untuk bisa selalu membantu ibu, menolong orang, dan memperbanyak ibadah saya kepada Allah SWT.
    Bulan demi bulan, nilai Try Out saya mulai naik. Hingga akhirnya di Try Out terakhir nilai saya bisa melampaui nilai FKUI. Saya cukup optimis untuk mendaftar di kedokteran. Dan saya beranikan diri untuk mendaftar FKUI sebagai pilihan pertama saya. Saya sangat berharap kepada Allah SWT untuk meridhoi cita-cita saya. Di hari SBMPTN, saya tidak begitu lancar mengerjakannya, soalnya sangat susah. Bahkan saya sempat pesimis bisa mendapatkan FKUI. Saya pun pasrah, apapun yang diberikan nanti saya harus ikhlas.
    Selama menunggu pengumuman itu saya merasa tenang karena saya memasrahkan semua hasilnya kepada-Nya. Saya tetap berharap namun juga pasrah. Setiap hari selalu mempersiapkan mental saya untuk menerima kemungkinan terbaik maupun kemungkinan terburuk di pengumuman nanti. Ketika hari pengumuman tiba, saya dan Ibu saya menunggu setengah jam sebelum pengumuman. Kami berdoa untuk diberi kekuatan atas apapun hasilnya nanti. Dan ketika dibuka, Alhamdulillah saya panjatkan kepada Alah SWT karena saya diterima di FKUI. Saya bahkan tidak percaya, saya berpikir bahwa web itu bohong. Saya ulangi berkali-kali membuka pengumumannya, tapi ternyata itu tidaklah bohong. Saya langsung memeluk ibu saya, menangis bahagia. Saya bisa menepati janji saya satu tahun yang lalu. Saya bisa membuat ibu saya bangga terhadap saya.
    Saya tidak tau lagi harus berbuat apa untuk mengungkapkan rasa syukur saya. Seluruh keluarga besar dan teman-teman mengucapkan selamat. Saya sangat terharu. Di keluarga besar saya belu pernah ada yang menjadi dokter. Saya akan menjadi pelopor untuk adik-adik saya nanti agar mau berjuang untuk menjadi dokter.
    Saya sangat berharap setelah perjalanan hidup ini, saya bisa menjadi orang yang lebih baik, lebih bijaksana, lebih gigih lagi dalam berjuang, dan lebih mendejatkan diri kepada-Nya. Saya melakukan ini semua ini bukan hanya karena diri saya sendiri, saya juga ingin membanggakan keluarga, dan membahagiakan mereka.
    Saat kuliah di FKUI, saya ingin bisa melakukan yang terbaik dengan usaha sekuat tenaga dalam menimba ilmu di sana. Saya juga berharap semoga FKUI semakin baik dalam hal apapun. Saya sangat mendukung FKUI sepenuh hati saya. Semoga FKUI tetap mempertahankan gelar terbaiknya di bidang kedokteran.
    Motivasi saya selama ini adalah Man Jadda wa Jada, yang artinya barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Saya sangat percaya itu. Ketika kita mau berusaha apapun dengan bersungguh-sungguh, baik dalam belajar, bekerja, maupun beribadah, pasti kita akan menemukan waktu di mana kita bertemu dengan keberhasilan. Saya akan mencoba selalu melakukan hal itu untuk ke depannya. Dan sekali lagi, saya sangat bangga bisa menjadi anggota keluarga FKUI.

Komentar

  1. KAKAKKUUUUU dina huhu tersentuh bacanya:") selamat dinn sukses terus di fkui!!!

    BalasHapus
  2. suksess dinn di fkui semangatt

    BalasHapus
  3. sukses dan semangat terus yaa dinaa

    BalasHapus
  4. Aji Wahyu Wardhana16 Agustus 2016 pukul 03.25

    Sebuah keputusan yang penuh pertimbangan. Semangat terus ya Dina!

    BalasHapus

Posting Komentar