[Perjalanan Menuju FKUI] Fabiola Cathleen

Nama lengkap saya adalah Fabiola Cathleen, namun lebih akrab dipanggil dengan nama

Febi. Saya lahir di Jakarta, pada tanggal 19 November 1998 sebagai anak ketiga dari empat

bersaudara. Pada tanggal 8 Mei yang lalu, saya baru saja menjadi alumni dari SMA Santa

Ursula Jakarta, salah satu SMA terbaik di Jakarta yang semua muridnya adalah perempuan.

Kini, saya melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bertempat

di Depok. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk tinggal di Kos Hypocrates di dekat Stasiun

Pondok Cina.

Sudah sejak kecil saya mempunyai keinginan untuk menjadi seorang dokter, tepatnya

dokter anak. Keinginan tersebut semakin menjadi hingga akhirnya pada liburan kelulusan SMP,

saya memutuskan bahwa saya ingin dan harus berusaha untuk masuk Fakultas Kedokteran di

Universitas Indonesia yang terbaik di Indonesia. Saya memandang bahwa Universitas Indonesia

adalah tempat yang paling cocok bagi saya untuk mengembangkan diri sebaik-baiknya, dari sisi

akademis maupun nonakademis. Selain itu, lokasinya yang tergolong dekat dengan Jakarta

semakin memantapkan keputusan saya.

Walaupun begitu, tentunya ada ketidakyakinan dan ketidakpercayaan dalam diri saya.

Saya terus bertanya, apakah mungkin saya bisa tembus dan menjadi mahasiswa di FKUI, di

saat begitu banyak pendaftar yang tak sebanding dengan kuota yang diterima. Oleh karena itu,

saya mengeluarkan semua kemampuan saya dan mengikuti semua jalur tes yang diberikan,

mulai dari SNMPTN, SBMPTN, SIMAK UI regular, dan SIMAK UI International. Saya juga

mencari tahu berbagai info agar dapat diterima melalui SNMPTN dan di mana tempat les yang

paling baik untuk SBMPTN dan SIMAK UI.

Perjuangan saya masuk FKUI kria-kira sudah dimulai sejak saya duduk di bangku kelas 1

SMA. Saya berusaha belajar dengan keras dan mempertahankan nilai-nilai saya agar tidak

turun, sehingga memperbesar kemungkinan saya untuk masuk lewat jalur undangan. Saya

mengikuti OSN Biologi, namun gugur di tingkat propinsi. Saya juga berhasil memperoleh nilai

kumulatif tertinggi berturut-turut selama 3 tahun di SMA. Namun sayang, semua itu kurang

cukup untuk lolos seleksi SNMPTN. Hal itu sempat membuat saya menangis dan terpuruk

selama satu hari. Saya merasa bahwa perjuangan saya selama 3 tahun tidak ada artinya. Saya

juga sempat merasa ingin menyerah, mengesampingkan mimpi saya, dan masuk perguruan

tinggi lain. Namun, saya berhasil bangkit dan membuat keputusan bulat untuk tetap berjuang

dan belajar lebih keras lagi untuk seleksi masuk SBMPTN dan SIMAK.

Di saat teman-teman saya berlibur, saya harus pergi ke tempat les pilihan saya yaitu BTA

45 di Tebet dari pagi jam 7 hingga malam jam 8. Awalnya, saya merasa hal itu seperti sebuah

malapetaka yang sangat saya tidak sukai. Nilai TO pertama saya juga hanya menyentuh angka

48, sangat jauh dari syarat FKUI. Namun, semakin saya belajar, semakin saya merasa bahwa

les intensif selama kurang lebih sebulan tersebut bukanlah suatu yang merugikan. Saya sadar

bahwa dengan les, saya terus memperluas pengetahuan dan kemampuan akademis saya.

Begitu banyak soal-soal TO dan buku-buku yang saya kerjakan, baik di les maupun di rumah

hingga akhirnya saya berhasil menyentuh angka 60 untuk nilai TO, yang merupakan nilai

standar untuk FKUI.

Jujur, saya merasa kurang maksimal saat mengerjakan soal SBMPTN. Oleh karena itu,

selama satu bulan menunggu, saya merasa sangat pesimis. Pada hari pengumuman pun, saya

merasa ogah-ogahan untuk membuka hasil, tapi sekaligus merasa takut. Ditambah lagi dengan

sulitnya membuka website karena terlalu penuh dikunjungi ribuan orang. Setelah saya berhasil

membukanya, pelan-pelan saya baca kalimat “Selamat! Anda dinyatakan lulus seleksi SBMPTN

2016 di PENDIDIKAN DOKTER, UNIVERSITAS INDONESIA”. Saya ingat sekali bahwa yang

hanya bisa saya lakukan adalah tercengang, diam, bingung, tak percaya, dan tidka tahu harus

melakukan apa. Kemudian pelan-pelan saya mengucap syukur kepada Tuhan, dan segera

memberitahu orang tua yaitu mama. Saat itu, air mata langsung berlinang dari mata saya dan

mama saya. Benar-benar tak disangka bahwa saya dapat lolos seleksi ke Fakultas Kedokteran

terbaik di Indonesia ini.

Kejadian yang tak disangka-sangka ini pun saya ambil sebagai berkat dari Tuhan yang

Maha Esa, Saya percaya bahwa Tuhan telah mempercayakan saya untuk masuk ke dalam

FKUI, oleh karena itu saya harus berjuang sekuat tenaga untuk bisa berhasil di FKUI. Saya

harus mempunyai IP 3,5-4, bahkan menjadi mahasiswa berprestasi, entah dengan olimpiade

nasional atau internasional. Saya juga berniat untuk lebih mengaktifkan diri lagi dalam

organisasi, dari jurusan, fakultas, hingga tingkat UI.

Selain itu, saya juga berharap agar orang tua tetap berada di sisi saya, walau dalam

saat-saat yang sulit seperti nilai saya yang menurun. Saya harap mereka terus mendukung saya

dan menasehati dalam segala kegiatan yang saya lakukan untuk masa depan saya. Begitu juga

dengan FKUI, saya harap bahwa teman-teman seangkatan dapat membantu saya dalam

kegiatan pembelajaran, sehingga kita semua dapat lulus menjadi dokter yang terbaik semampu

kita semua.

Tips dari saya adalah kita harus sadar kapan waktunya belajar dan kapan waktunya

untuk bermain. Lebih lagi, kita harus sadar akan kemampuan masing-masing. Bermain itu boleh,

tapi pada saatnya harus belajar, terutama karena nilai kita yang kurang memuaskan, kita semua

harus sadar dan fokus meningkatkan kemampuan. Seperti contohnya saya yang fokus les dan

belajar untuk SBMPTN, walaupun sudah libur kelulusan SMA. Jika saya mampu untuk

mengesampingkan niat untuk bermain bersama teman dan liburan, maka semua orang mampu

melakukannya, hanya harus didasari niat yang kuat.

“Mimpi itu boleh, asal diperjuangkan” itulah motivasi hidup dari saya. Saya telah berani

bermimpi dan saya telah memperjuangkannya. Saya berharap agar orang lain juga turut

termotivasi untuk berani bermimpi dan tak pernah putus asa untuk menggapainya. Semua pasti

Tuhan berikan jalan. Percaya pada diri sendiri, karena kalau bukan kita, siapa lagi?

Komentar

  1. Cerita yang sangat menginsiprasi,feb.Terlihat sekali perjuangan keras km hingga sampai di titik ini.Tetap semangat ya!perjalanan kita masih panjang������

    BalasHapus
  2. Wiiii perjalanannya panjang bgt yaaa! Sukses terus Feb buat kedepannya semoga dilancarkan jadi dokternya! Amin!!

    BalasHapus
  3. Selaamaat feb! semoga cita-cita kamu tercapai

    BalasHapus
  4. Temen seperjuangan lulus SBMPTN !!!!
    Kita sama-sama berjuang lagi ya feb untuk lulus jadi dokter

    BalasHapus
  5. Ea.. Febi bangkit. Semangat ke atas terus, Feb! Semoga lancar dalam meraih kesuksesanmu menjadi dokter ya!

    BalasHapus
  6. Muhammad Farel Ferian15 Agustus 2016 pukul 21.16

    Hebaat bgtt sip jd dokter sukses dehh

    BalasHapus
  7. Mantap bos febii! Keep up the good woork :)

    BalasHapus

Posting Komentar