[Perjalanan Menuju FKUI] Fanny Prima Irmawati

Nama saya Fanny Prima Irmawati, saya lahir di Jakarta pada tanggal 27 Februari 1998. Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan saya berawal dari SDI Al-Azhar 6 Jakapermai, kemudian saya melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Labschool Jakarta. Menjadi dokter adalah cita-cita saya sejak kecil. Di saat anak-anak lain memiliki cita-cita yang berubah-ubah, saya tetap konsisten dengan cita-cita saya untuk menjadi dokter. Saya merasa bahwa menjadi dokter adalah panggilan untuk saya.

Sejak SMP, saya ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Karena sepengetahuan saya saat itu, UI merupakan universitas terbaik di Indonesia dan FKUI merupakan fakultas yang prestigius di Indonesia. Saat SMA, saya mulai mencari-cari informasi tentang fakultas kedokteran di universitas lain baik negeri maupun swasta. Saya sempat bingung memilih antara dua universitas dengan beberapa pertimbangan, namun pada akhirnya pilihan saya jatuh kepada FKUI. Saya pun berusaha untuk mencapai mimpi saya tersebut.

Sejak awal, saya memang tidak begitu mengharapkan dapat diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN. Karena, dari SMA saya jarang sekali yang dapat diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN. Maka dari itu, sejak awal saya belajar sungguh-sungguh untuk mengikuti jalur tulis. Saya mengikuti bimbel di INTEN sejak awal kelas XII. Saya tahu bahwa target saya tinggi, maka dari itu saya selalu serius dalam mengikuti bimbel. Sebulan sebelum SBMPTN, saya semakin rajin dan pada titik tersebut saya optimis dapat diterima melalui jalur SBMPTN karena saya merasa persiapan saya sudah cukup. Saya lebih optimis SBMPTN daripada SIMAK. Karena dari yang pernah saya dengar, tingkat kesulitan SIMAK jauh lebih tinggi daripada SBMPTN.

Namun ternyata pada kenyataannya, saya salah. Soal SBMPTN tidak seperti yang saya bayangkan dan saya sangat kesulitan dalam mengerjakannya. Di situ saya merasa perjuangan saya selama ini sia-sia. Saya merasa sangat down saat itu. Saya merasa tidak akan diterima di FKUI. Namun saya harus bangkit lagi mengingat masih ada SIMAK yang tinggal beberapa hari lagi, Saya pun berusaha melupakan SBMPTN dan fokus untuk menghadapi SIMAK. Saya selalu berdoa agar diberikan hasil terbaik dalam SBMPTN dan dimudahkan dalam mengerjakan SIMAK. Alhamdulillah pada saat SIMAK, saya dapat mengerjakannya dengan cukup baik. Saya pun bingung kenapa saya lebih lancar mengerjakan SIMAK daripada SBMPTN. Pada saat itu muncul kembali setitik harapan untuk masuk di FKUI.

Jeda pengumuman yang cukup panjang dan diselingi bulan Ramadhan, saya isi dengan banyak berdoa dan sholat sunnah karena memang tidak ada yang bisa dilakukan lagi selain berdoa. Saya berdoa agar saya dapat diterima di FKUI. Pada hari H pengumuman SBMPTN, ternyata saya tidak lolos SBMPTN. Saya memilih FK UI, Unair, Undip, dan saya tidak diterima dimanapun. Di situ saya merasa tidak ada harapan lagi untuk masuk kedokteran. Saya sudah pasrah berpikir tidak akan diterima juga di SIMAK. Karena secara logika, SIMAK lebih sulit. Tapi saya tetap berdoa agar saya diberikan yang terbaik. Saya sudah berikhtiar, sekarang saya tinggal bertawakkal. Saya sampai berpikir ‘yang penting jadi dokter’ dan sudah mulai mengikhlaskan FKUI. Pada saat hari pengumuman SIMAK, saya tidak berani buka karena takut kecewa lagi. Ternyata pada saat saya buka, alhamdulillah saya diterima di FKUI. Antara percaya dan tidak. Perasaan saya campur aduk saat melihat pengumuman. Orang tua saya pun tidak kalah senangnya. Dan saya pun bertambah senang melihat orang tua saya senang karena saya diterima. Saya merasa semua usaha yang telah saya lakukan akhirnya terbayar dan saya merasa bangga dapat menjadi bagian dari FKUI 2016. Dari situ pula saya percaya bahwa kekuatan doa itu ada dan jika kita berusaha serta diikuti niat baik, insya Allah segala urusan kita akan dimudahkan.
Diterima di FKUI bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari sebuah perjuangan baru. Perjuangan bersama orang-orang baru yang belum saya kenal sebelumnya. Saya berharap dengan diterimanya saya di FKUI, saya dan teman-teman dapat saling belajar dari satu sama lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Karena seperti yang orang-orang tahu, menjadi dokter bukanlah perjalanan yang mudah. Menjadi dokter adalah perjalanan yang panjang. Selama perjalanan itu pula saya pasti akan membutuhkan teman-teman dan begitu pula sebaliknya. Maka dari itu, saya berharap dapat berkontribusi lebih dan berguna bagi FKUI terutama angkatan FKUI 2016. Sebagai seseorang yang bercita-cita sebagai dokter, pasti saya juga berharap menjadi dokter yang hebat suatu hari nanti. Menjadi dokter yang berguna untuk masyarakat luas dan terus membanggakan kedua orang tua saya. Saya benar-benar berterima kasih kepada kedua orang tua saya karena mereka tidak pernah berhenti mendukung apapun yang saya inginkan selama hal tersebut positif.

Ibu saya selalu berkata bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Tuhan, tinggal bagaimana manusia berusaha untuk mendapatkannya. Dan kalau memang kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita mau, mungkin memang itulah jalan terbaik yang Tuhan berikan. Karena sesungguhnya, yang baik menurut manusia belum tentu yang terbaik menurut-Nya. Maka dari itu, quote ini sangat menggambarkan perjuangan saya untuk menuju FKUI; If it's destined to be yours, never in a million years will it be for somebody else.

Komentar

Posting Komentar