[Perjalanan Menuju FKUI] Jatmiko Gustinanda



Halo teman-teman! Nama saya Jatmiko Gustinanda. Saya dipanggil Iko. Saya berasal dari Jakarta. Saya tinggal di daerah Pancoran, Jakarta Selatan. Saya menempuh pendidikan menengah atas di SMA Negeri 26 Jakarta. Kini, akhirnya saya berhasil sudah menjadi mahasiswa tepatnya di Universitas Indonesia. Saya mengambil jurusan Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya sangat senang.
Saya sempat tidak tertarik masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia karena dulu saya menganggap untuk masuk FKUI dan menyelesaikan studi di FKUI butuh biaya yang luar biasa besar. Selain itu, anggapan saya bahwa untuk benar-benar menjadi dokter butuh waktu 10 tahun. Walaupun memang saya akui kualitas FKUI termasyhur di mana-mana. Tapi ternyata, kabar-kabar tersebut tidak benar (dulu mungkin benar). Saya mendapat informasi bahwa studi di Fakultas Kedokteran UI paling mahal membutuhkan biaya 10 juta per semester dan gelar dokter sudah bisa diraih paling cepat 5,5 tahun. Saya langsung bersemangat dan termotivasi untuk masuk Fakultas Kedokteran UI.
Saya paham betul bahwa persaingan untuk masuk FKUI benar-benar ketat. Saya saat itu juga mengetahui ada jalur undangan dan jalur tes. Persaingan melalui jalur tes pasti lebih ketat karena angkatan selain 2016 boleh ikut seleksi juga. Sehingga kemudian saya berpikir untuk memaksimalkan kesempatan saya di jalur undangan atau SNMPTN. Sayangnya nilai saya yang bagus saat saya duduk di kelas X tidak bisa saya pertahankan di kelas XI semester 1, nilai dan peringkat saya turun. Untungnya saya berhasil memperbaikinya di semester 2.
Menurut kabar yang saya dengar, sulit untuk tembus SNMPTN dengan nilai yang tidak stabil. Apalagi dari sekolah saya di tahun sebelumnya hanya ada satu orang yang masuk FKUI. Akhirnya, saya mempersiapkan diri saya untuk ikut jalur tes seperti SBMPTN dan SIMAK. Saya mengikuti bimbingan belajar saat saya kelas XII. Pada saat pendaftaran SNMPTN, saya memilih hanya satu pilihan yakni Jurusan Pendidikan Dokter Universitas Indonesia. Saya tidak memilih pilihan lainnya. Pikir saya saat itu jika saya tidak diterima melalui jalur undangan, saya akan berjuang melalui jalur tes tertulis.
Selama saya menunggu pengumuman SNMPTN, saya tidak merasa takut tidak diterima. Saya pasrah karena memang saya sadar posisi saya kurang menguntungkan yakni nilai saya yang tidak stabil. Saya lantas seolah-olah berpikir bahwa saya pasti tidak diterima melalui jalur undangan atau SNMPTN. Saya intensif belajar SBMPTN di dua tempat bimbingan belajar yang berbeda. Saya sangat lelah saat berada di momen tersebut dan sempat muncul ketakutan-ketakutan pada diri saya, namun saya selalu percaya bahwa usaha yang kita berikan senilai dengan hasil yang akan kita peroleh. Nilai Try Out SBMPTN saya memenuhi standar namun saya tidak cukup puas dengan itu. Saya seharusnya bisa lebih dari ini.
Saat momen pengumuman SNMPTN, saya berada di sekolah bersama teman-teman SMA saya. Pada saat itu saya tidak memiliki keberanian untuk membuka internet. Salah satu teman saya mengakses internet terlebih dahulu dan ia dinyatakan diterima di FK UI. Tubuh saya langsung lemas saat itu. Saya pikir saya tidak mempunyai harapan lagi, hanya satu orang dari sekolah kami yang biasanya dapat undangan. Di saat saya sudah menyerah, teman saya tidak. Dia mengakses internet untuk saya dan ia berkata bahwa saya diterima di FK UI. Saya terkejut dan tidak percaya. Sepanjang jalan pulang saya melompat-lompat kegirangan meskipun sedang hujan.
Harapan saya terhadap diri saya sendiri adalah saya mampu mengemban amanah yang diberikan oleh orang tua, sekolah, dan universitas untuk menjadi dokter yang bertanggung jawab. Selain itu saya berharap saya dapat menjadi dokter yang dapat berkarya untuk bangsa dan negara. Saya berharap keluarga saya selalu mendoakan dan mendukung saya, juga tetap mengerti saya dengan segala kesibukan yang akan saya jalani nantinya. Harapan saya terhadap FKUI adalah FKUI dapat membimbing saya menjadi manusia yang selalu bertakwa pada Tuhan dan dokter yang tulus mengabdi kepada masyarakat.
Pesan saya kepada teman-teman adalah kita harus selalu yakin bahwa kita bisa. Bersikap pesimis hanya akan merusak niat dan motivasi kita di awal. Bersikap optimis adalah salah satu ciri dari orang sukses. Kita harus mampu bersikap nothing to lose dan terus mencoba. Dengan mencoba, kita sudah meletakkan satu kaki kita di tangga kesuksesan dan cita-cita.

Komentar

  1. Semoga cita-citamu untuk menjadi dokter yang berkarya akan tercapai!!

    BalasHapus
  2. Bagus Iko, pantang menyerah dan terus mencoba!!

    BalasHapus
  3. Terus optimis! tidak ada hasil yang mengkhianati prosesnya..

    BalasHapus

Posting Komentar