[Perjalanan Menuju FKUI] Jogi Saut P

Masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memang tidak mudah. Dari sekian banyak pendaftar, hanya sekitar 200 orang yang berhasil masuk di FKUI setiap tahunnya. Melihat hal itu, dapat kita simpulkan bahwa persaingan masuk FKUI memang ketat dan orang-orang yang berhasil lolos bukanlah orang-orang yang hanya mengandalkan keberuntungan semata, melainkan mereka yang memang sudah berjuang dan mempersiapkannya sebaik mungkin. Dan perjalanan saya menjadi mahasiswa FKUI 2016 telah membuktikan hal-hal tersebut.
Saya berasal dari SMA Regina Pacis Bogor, salah satu sekolah swasta di kota Bogor. Saya merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, dan dalam riwayat keluarga saya belum ada satu orang pun yang berprofesi sebagai dokter. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk memilih Dokter sebagai profesi saya kelak. Perjuangan saya sesungguhnya dimulai ketika saya dinyatakan tidak lolos dalam seleksi SNMPTN 2016. Saya tidak menyangkal jika saya sempat mengalami kekecewaan mendalam. Namun di saat itulah, saya teringat suatu perkataan motivasi bahwa “Kegagalan dalam satu hal adalah pertanda bahwa akan ada keberhasilan dalam hal berikutnya”. Berbekal keyakinan itulah, saya bertekad untuk terus berjuang lewat jalur selanjutnya, yaitu jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Saya sadar , untuk masuk FKUI saya butuh usaha yang lebih keras dari sebelumnya. Maka, saya memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar intensif selama sebulan penuh, untuk mempersiapkan SBMPTN sedini mungkin. Intensif ini sangatlah menguras waktu dan tenaga saya, tapi saya tidak mempermasalahkan itu, karena saya berpikir bahwa untuk meraih suatu hal yang sulit butuh pengorbanan yang tidak sedikit.
Tak terasa sebulan begitu singkat. Tibalah saatnya saya menghadapi tes SBMPTN. Kebetulan saya mendapat lokasi tes di SMAN 3 Bogor yang tidak terlalu jauh dari rumah saya. Pukul 07.00 saya tiba di lokasi, dan langusung mengecek ruangan tes. Bel berbunyi 30 menit kemudian, pertanda tes SBMPTN akan segera dimulai. Jujur, saya merasa sangat gugup saat itu, namun saya teteap berusaha tenang dan fokus.
Tes SBMPTN pun saya lewati, namun saya masih harus menunggu hasilnya, yang diumumkan sebulan kemudian. Masa-masa ini benar-benar menguji kesiapan mental saya. Di satu sisi, saya berharap untuk lulus di FKUI lewat jalur SBMPTN. Tapi di sisi lain, saya merasa kurang percaya diri untuk bisa lolos, mengingat betapa sedikit daya tampung FKUI bila dibandingkan dengan ribuan pesaing lain. Akhirnya, saya mencapai satu titik dimana saya sudah berserah pada Yang Maha Kuasa. Saya yakin bahwa selama kita sudah berjuang, Tuhan pasti akan mengabulkannya. Dan ternyata benarlah demikian. Saya dinyatakan lolos SBMPTN 2016, Jurusan Pendidikan Dokter S1 Reguler, sesuai dengan yang saya impikan selama ini. Tentu, saya merasa senang dan bangga terhadap diri saya, karena bisa menjadi “72 orang terpilih” sebagai mahasiswa FKUI 2016 jalur SBMPTN. Namun , saya juga melihat hal ini sebagai tanggung jawab besar bagi saya, karena tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan ini. Saya bertekad, untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan aktif di berbagai kegiatan, sehingga saya tidak hanya menjadi dokter yang hanya pandai dalam urusan ilmu semata, namun juga memiliki tingkat kepedulian sosial yang tinggi pada sesamanya.
Kita, mahasiswa FKUI 2016, memang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Namun yang pasti, kita semua disatukan oleh satu tujuan, yaitu “Menjadi Dokter yang Mengabdi Penuh pada Masyarakat”. Harapan saya, sebagai salah satu bagian dari keluarga Mahasiswa FKUI 2016, tentunya saya ingin agar Keluarga FKUI 2016 bisa selalu melangkah bersama-sama. Harus kita sadari bahwa kita sendiri tidak akan mampu menangani seluruh penderita penyakit di Indonsia ini. Oleh karena itu, Sebagai sesama calon dokter di masa depan, sudah seharusnya kita mendukung satu sama lain, karena pada akhirnya kita semua-lah yang akan menentukan perkembangan kesehatan di Indonesia. Selain itu, saya juga berharap agar tali silahturahmi antar angkatan dapat terjalin dengan baik. Dengan begitu, kita akan mampu menghilangkan garis batas senior-junior, dan melambangkan keutuhan Keluarga “Calon-Calon Dokter” dari FKUI ini.
Terus terang saya katakan, FKUI bukanlah tempat bagi orang-orang yang mudah menyerah dan bermental lemah. FKUI merupakan tempat bagi orang yang mau belajar dari kesalahan-kesalahannya di masa lampau, dan selalu siap menghadapi segala tantangan yang dapat muncul.  Memang sedikit yang terpilih, tapi tidak menutup kemungkinan bagi salah satu dari kalian, calon pejuang FKUI berikutnya, untuk lolos menjadi bagian dari FKUI ini. Selama kita berusaha, niscaya hasilnya takkan mengecewakan kita.



Komentar

  1. selamat yaa! semoga sukses menjadi dokter!

    BalasHapus
  2. Keren22! Selamat ya perjuangan lo panjang dan hebat bgtttt semoga sukses terus Amin!

    BalasHapus
  3. selamaaaat Jooo!!! sukses terus dehh.. semoga cita-citanya tercapai!

    BalasHapus
  4. Bapak Jogie ..
    Udah banyak berjuang banget!! salut sama semangat jogie
    Serius juga perlu jogieeee
    jangan kebanyakan main mulu ;)

    semoga kamu jadi dokter seperti yang kamu inginkan

    BalasHapus
  5. Pak Jogie sekarang bisa sembuhin kaki bengkaknya sendiri ya.. Keren, keren..

    BalasHapus
  6. Muhammad Farel Ferian15 Agustus 2016 pukul 21.12

    Hebat jog, semoga suskes ya

    BalasHapus

Posting Komentar