Semua hal di dunia ini memiliki awal. Begitu pula dengan diri saya. Saya memulai hidup saya kurang lebih 18 tahun yang lalu pada tanggal 5 Juni 1998 di Jakarta. Joshua Eldad Frederich merupakan nama yang diberikan oleh kedua orang tua saya pada waktu itu. Nama tersebut terus saya sandang hingga saat ini, walaupun panggilannya berbeda-beda dari waktu ke waktu. Dulu ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar, ‘Joshua’ merupakan panggilan saya, lalu dari SMP hingga SMA menjadi ‘Eldad’. Sekarang, saya memasuki fase baru lagi dan saya memperkenalkan diri sebagai ‘Joshua’. Mungkin saja nama itu berubah lagi, tidak ada yang bisa tahu.
Seperti nama saya, cita-cita saya untuk menjadi seorang dokter juga sudah menjadi identitas. Sejak kecil semua orang tahu bahwa saya ingin menjadi dokter. Hal tersebut tidaklah mengherankan mengingat ayah saya yang berprofesi sebagai dokter. Saya sangat memandang tinggi ayah saya dan dirinya merupakan salah satu motivasi terbesar saya menjadi seorang mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia.
Menurut saya, menjadi seorang dokter merupakan suatu pekerjaan yang mulia. Namun saya juga tahu bahwa perjalanan untuk menjadi seorang dokter yang andal merupakan suatu proses yang panjang dan melelahkan. Saya selalu menganggap mahasiswa kedokteran dan juga para dokter sebagai orang-orang yang pekerja kersas dan pantang menyerah. Banyak orang tidak sanggup untuk masuk ke dalam dunia ini. Banyak pekerjaan lain yang lebih menjamin kekayaan dan jauh lebih mudah untuk dilakukan daripada menjadi seorang dokter. Mungkin orang menganggap bahwa menjadi seorang dokter itu buang-buang waktu. Saya mengetahui bahwa saya akan tua belajar. Namun, saya merasa bahwa semua itu sepadan.
Saya baru sadar akan sulitnya perjuangan masuk ke dalam FKUI pada saat kelas 3 SMA. Memang terlambat sekali. Saya sudah tidak memiliki harapan untuk masuk dalam jalur SNMPTN karena nilai saya yang jauh dari baik pada saat kelas 2. Saya panik pada waktu itu. Saya mengikuti bimbingan belajar agar kemungkinan saya masuk ke dalam jalur SBMPTN dan SIMAK lebih besar. Nilai tryout saya cukup menjanjikan, sehingga saya mulai semangat kembali untuk masuk ke dalam fakultas kedokteran UI. Saya tidak mau fakultas selain kedokteran dan sejujurnya, saya juga tidak mau universitas lain selain UI.
Suatu hari, guru BK sekolah mengumumkan kalau ada jalur talent scouting untuk program FKUI KKI. Saya iseng-iseng mendaftarkan diri saya. Walaupun talent scouting ini bukanlah tujuan utama saya, tetap saja saya sangat senang ketika dipanggil untuk melakukan seleksi tahap II, yaitu wawancara. Saya mempersiapkan diri saya semaksimal mungkin karena saya tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini. Antusiasme dan juga ketegangan membanjiri diri saya. Saya mengetahui risiko apabila saya tidak diterima ini. Saya tidak ingin harus berlomba-lomba lagi dengan ribuan siswa lain saat SBMPTN dan SIMAK. Saya pun mengikuti wawancara dengan perasaan campur aduk dan keluar dari ruangan wawancara dengan perasaan yang lebih berantakan lagi.
Ketika pengumuman hasil SNMPTN, walaupun saya tahu saya tidak akan diterima, tetap saja ada rasa kecewa di dalam diri saya. Banyak dari teman-teman saya yang diterima di berbagai universitas negeri ternama di seluruh Indonesia. Sayangnya, tidak ada satupun yang diterima di FKUI. Pengumuman talent scouting masih satu minggu lagi, pikir saya. Saya hanya bisa mengusap dada dan terus belajar untuk mempersiapkan diri demi SBMPTN dan SIMAK.
Hari pengumuman talent scouting pun tiba. Saya saat itu sedang tryout untuk kesekian kalinya dan saya izin untuk pergi ke toilet hanya agar dapat melihat hasil talent scouting.
Saya mencoba masuk ke dalam situs resmi UI. ‘Server error’, begitu tulisnya. Saya mencobanya lagi. Alhasil, tetaplah tulisan ‘server error’. Saya semakin tegang dan takut. Sudah 15 menit saya di toilet terus menerus mencoba dan hasilnya tetap sama. Ketika saya sudah hampir menyerah dan ingin kembali melanjutkan tryout, saya mendapatkan hasil selain ‘server error’. Untungnya, hasil tersebut adalah hasil yang saya inginkan, yaitu tulisan bahwa saya diterima.
Saya sangatlah senang melihat tulisan itu. Saya baca berulang-ulang kali agar yakin. Saya tahu bahwa hal ini merupakan permulaan dari mimpi saya untuk menjadi dokter. Saya mengikuti semua persyaratan yang harus saya lakukan hingga akhirnya saya sampai di sini, melakukan tugas PSAF.
Memulai kehidupan saya sebagai mahasiswa sekarang ini merupakan suatu hal yang saya idamkan. Mungkin pandangan saya bahwa kehidupan mahasiswa fakultas kedokteran yang berat benar, mungkin juga salah. Saya sangat antusias untuk memulai segalanya. Saya berharap agar saya tidak mengecewakan orangtua saya yang sudah mengusahakan semuanya agar saya dapat bersekolah di sini. Saya ingin belajar. Itu tujuan saya di sini. Namun bukan hanya belajar anatomi Sobotta atau biokimia, tetapi belajar untuk menjadi mahasiswa, untuk menjadi seorang dokter, dan juga belajar untuk hidup.
“The beginning is the most important part of the work.”
-Plato
Good luck di med. school joshua
BalasHapusGood luck di med. school joshua
BalasHapuswiiih,kerenn,sukses trus ya pak dokter!
BalasHapusYa ampun eldad nunggu pengunguman di toilet :)))) kocak dah
BalasHapusweb pengumumannya pengen try outnya diselesaian dulu wkwk
BalasHapusGREATTT good luck!
BalasHapuswkwk ampe cabut ke toilet
BalasHapussemangaaat eldaaad!!
BalasHapusKalau gua jadi lo, gua bakal keluar dari BTAnya sambil ngerobek kertas TOnya...
BalasHapus