[Perjalanan Menuju FKUI] Karina Rahmaningrum


Halo semuanya. Perkenalkan, nama saya Karina Rahmaningrum, saya biasa dipanggil Karin. Di tahun 2016 ini, saya berumur 17 tahun sudah resmi sebagai mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Di tulisan ini, saya akan berbagi ke kalian tentang perjalanan saya menuju FKUI.
Saat itu di tahun 2013 saya duduk di bangku SMA di salah satu sekolah favorit di daerah saya, yaitu SMAN 70 Jakarta. Awalnya saya sangat bingung kemana saya akan melanjutkan studi saya usai SMA, kala itu saya tertarik untuk menjadi seorang astronot, engineer, dan programmer. Sebenarnya saat itu saya ingin melanjutkan kuliah saya di luar negeri tetapi saya tidak mendapat restu dari orang tua saya karena saya lebih baik mengejar gelar sarjana di negeri ini terlebih dahulu. Saya pun tidak bisa menolak. Saya mulai berpikir dan masih bingung kemana saya akan melanjutkan studi saya nantinya. Apalagi waktu itu saya tidak tertarik sama sekali dengan dunia kedokteran tetapi saya menyukai pelajaran-pelajaran yang berkaitan dengan seputar organ tubuh manusia.
Saat kenaikan kelas 11, saya mulai menggali dan mengulas tentang jurusan pendidikan dokter dan profesi seorang dokter. Saya mulai tertarik karena sebagai seorang dokter kita berinteraksi dengan pasien langsung, kita mendengarkan keluh kesahnya dan kita juga yang mencoba menolongnya. Saya sangat tertarik dengan profesi ini. Tetapi saya belum juga membulatkan tekad untuk mengejar fakultas kedokteran. Sampai dimana saya melihat sebuah tayangan tentang sebuah tim dokter sedang melakukan operasi kepada pasiennya, saya sangat kagum melihatnya dimana mereka saling bekerja sama, saling fokus bahkan sangat fokus melakukan pekerjaan mereka masing-masing demi menyelamatkan hidup seorang pasien. Akhirnya, dari situ, saya membulatkan tekad saya untuk memperjuangkan fakultas kedokteran. Tetapi dimana? Saya sempat berpikir untuk melanjutkan kedokteran di ITB. Ternyata teman-teman saya tertawa karena ITB sudah jelas “Institut Teknologi Bandung” hal-hal yang berkaitan dengan teknologi. Saya ikut menertawai diri saya sendiri. Akhirnya saya ingin memperjuangkan FKUI. Karena alasannya dekat dengan orang tua saya, di Jakarta. FKUI juga ada sejarahnya yakni STOVIA. Saya sangat terkagum-kagum dan semakin termotivasi untuk menjadi mahasiswi kedokteran di universitas yang sama dengan pemuda-pemuda yang dahulu memperjuangkan kemerdekaan di negeri ini.
Berbagai lika-liku, tantangan, dan cobaan saya hadapi demi meningkatkan grafik nilai raport saya di SMA. Ternyata tidak mudah. Mulai dari pelajaran yang nilainya tidak stabil atau saingan-saingan di sekolah saya yang juga ingin mengambil FKUI di SNMPTN jalur undangan. Alhamdulillah saya bisa melewati itu semua, juga dimotivasi ibu saya kalau saya tidak boleh menyerah untuk mengambil FKUI jalur undangan. Daripada mengambil di PTN lain dan hati saya tidak puas menjalaninya, saya tetap mengambil FKUI saja dipilihan SNMPTN saya. Saya sudah sangat siap resikonya apabila saya tidak diterima di jalur undangan. Maka dari itu, saya menyiapkan untuk test seleksi masuk FKUI mulai dari jalur SBMPTN dan SIMAK UI dari jauh hari yaitu saat saya duduk tepat di bangku kelas 12. Di sela-sela belajar persiapan ujian tertulis pun saya juga mendapat banyak tantangan. Belajar untuk jalur tertulis itu sangatlah tidak mudah. Saya harus me-manage waktu untuk belajar, tidur dan lain-lain. Apalagi FK UI sudah sekian lama banyak peminatnya dan memiliki passing grade yang sangat tinggi. Saya juga sempat merasakan agak stres saat itu karena banyaknya beban yang saya hadapi. Mungin sedikit berlebihan tetapi memang itu kenyataannya. Ketakutan apabila tidak diterima di FKUI nantinya bahkan lebih buruk, yaitu tidak mendapat PTN. Tetapi di kala saya sedang stres dan ingin menyerah saya ingat bahwa kalau saya berhenti belajar, ribuan saingan saya sedang menyiapkan diri untuk masuk FKUI dan saya membayangkan apabila saya diterima di fakultas favorit ini. Saya kembali belajar.
H-0 Pengumuman SNMPTN.. hari itu tanggal 9 mei pukul 12.30 saya selesai mengerjakan try-out SBMPTN di bimbingan belajar dekat rumah saya. Saya pulang dan mengajak nenek saya untuk pergi ke toko baju, menyiapkan kebaya untuk wisuda hari mendatang. Saya sengaja meninggalkan gadget di rumah karena saya memprediksi bahwa nantinya jam 1 di aplikasi LINE akan heboh tentang pengumuman undangan. Saya juga berencana untuk melihatnya nanti saja jam 9 malam ketika belajar. Saya matikan gadget dan saya berangkat bersama nenek saya. Pukul 14.30 di toko, kakak saya menghubungi lewat handphone nenek saya di chat. Kakak saya mengatakan bahwa saya sebaiknya membuka pengumuman itu sekarang, ia juga mengirim screenshot bahwa ibu saya sudah penasaran dan memaksa saya untuk membukanya. Saya menjawab kalau saya akan membukanya nanti malam. Ia marah dan melarang saya untuk membuat ibu saya panik. Akhirnya saya dan nenek saya bergegas menuju pulang ke rumah.
Sesampai di rumah, saya membuka laptop dan menuju situs SNMPTN tetapi sedang down. Mungkin karena banyaknya peserta yang ingin melihat pengumuman hasil seleksi PTN jalur undangan. Saya pun membuka pengumuman lewat window yang disediakan oleh situs SIMAK UI. Saya membaca do’a dan bismillah sebelum membuka pengumuman. Saya ingat sekali saat itu, jantung saya berdebar sangat kencang. Saya belum pernah merasakan kekhawatiran, kecemasan, dan kepanikan seperti itu. Setelah mengisi nama, no. pendaftaran, tempat tanggal lahir, dan password dengan jari-jari saya yang bergetar, saya scroll kebawah hasilnya dan....... alhamdulillah saya diterima! Saya diterima di FKUI! Saya spontan langsung diam, menangis, apakah ini mimpi karena malam sebelumnya saya tidur sangat larut yakni pukul 01.00 karena memikirkan nasib saya di pengumuman esoknya. Saya langsung memfoto layar komputer dan mengirim ke grup chat berisi kakak saya dan ibu saya. Mereka pun tak kalah senangnya. Saya sangat bersyukur karena saya mendapatkan apa yang banyak orang belum dapat.
Malam pun tiba, banyak teman, saudara, dan guru privat saya pun menghubungi saya mengucapkan selamat atas diterimanya saya di FKUI. Saya sangat senang dan bersyukur do’a saya selama ini dikabulkan. Saya juga tidak perlu belajar lagi untuk SBMPTN dan SIMAK UI. Tetapi saya sebagai teman juga merasa gagal karena tidak sedikit dari teman saya yang gugur di jalur undangan.
Sampai disini, cerita tentang perjalanan saya menuju FKUI. Saya sangat berterima kasih untuk seluruh keluarga saya terutama ibu saya yang selalu mendukung saya, guru-guru semua yang telah mengajari saya dengan sabar dan ikhlas, dan juga teman-teman saya yang selalu memotivasi dan menyemangati saya saat saya. Saya berharap semoga saya lulus dari FKUI menjadi dokter yang bermanfaat bersama teman-teman sejawat saya di FKUI. tak lupa juga untuk menjalin hubungan yang baik di keluarga besar FKUI baik senior maupun junior. Semoga kita semakin kompak, bisa menjaga amanah dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sampai kita semua menjadi dokter kelak. Harapan saya untuk FKUI adalah semoga tetap menjadi yang terbaik, jaya, dan selalu mencetak dokter maupun peneliti yang dapat membawa perubahan baik bagi kesehatan di Indonesia maupun dunia.



Komentar

  1. Wah sangat menginspirasi! Semangat terus ya Karin :D

    BalasHapus
  2. Teruskan perjuanganmu dan jaga semangatnya ya karin :)

    BalasHapus
  3. Mantap Karina

    BalasHapus
  4. Wiiih karin keren rin semangaat

    BalasHapus
  5. Selma Kariin! Terus berjuang yaa untuk mencapai kesuksesan..

    BalasHapus
  6. Semoga selalu menjadi individu yang menginspirasi Karin

    BalasHapus
  7. Semoga selalu menjadi individu yang menginspirasi Karin

    BalasHapus

Posting Komentar