[Perjalanan Menuju FKUI] Maharani Zaini

Halo teman-teman, kakak tingkat, atau siapa saja yang entah sengaja atau tidak sengaja mampir untuk sekadar melihat-lihat. Perkenalkan nama saya Maharani Zaini, biasa dipanggil Hanny. Saya lulusan dari SMA Negeri 3 Semarang dan baru saja menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan tahun 2016, seperti yang saya cita-citakan dari awal. Bukan hal yang mudah untuk mendapatkan kesempatan belajar di Universitas Indonesia. Ketika saya mengutarakan keinginan saya untuk belajar di FKUI, banyak orang yang mengernyitkan dahi. Mereka tahu, siswa yang sudah  melanglang buana di kancah kompetisi nasional maupun internasional saja belum tentu mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi bagian dari keluarga FKUI. Belum lagi orang tua sempat melarang saya berkuliah di sini. Alasannya adalah jarak dengan keluarga saya yang dianggap terlalu jauh. Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya  saya berhasil meyakinkan mereka bahwa ini merupakan hal yang saya cita-citakan dari awal.
Saya mendaftarkan diri untuk SNMPTN Prodi Pendidikan Dokter di Universitas Indonesia. Namun, baru pertama kali mendaftar saja saya sudah mendapatkan pukulan telak. Saya, beserta 380 anak dari sekolah saya, dinyatakan tidak lolos karena suatu kesalahan teknis. Menyedihkan memang , tapi saya belum menyerah. Dalam kondisi yang panik, saya mendaftar berbagai tes yang memungkinkan. Mulai dari SBMPTN, SIMAK, bahkan tes dari universitas negeri yang cukup baik, ternama, dan relatif lebih mudah di jangkau dari segi jarak. Saya memang diterima terlebih dahulu di fakultas kedokteran di universitas tersebut melalui Jalur Kelas Internasional,  namun bukan itu yang saya inginkan. Saya tetap menunggu hasil dari SBMPTN dan SIMAK.  Menunggu kepastian apakah saya diterima di Universitas Indonesia, menjadi bagian dari seluruh siswa terbaik di Indonesia.
Tanpa terasa, tiba saatnya waktu pengumuman SBMPTN. Hasil yang saya dapatkan lagi-lagi mengecewakan. Saya tidak diterima di FK UI. Saat itu saya berpikir, mungkin memang benar, saya tidak akan pernah jadi bagian dari FK UI. Mungkin Tuhan telah menempatkan saya di tempat lain, dengan harapan saya bisa berkembang di sana. Maka dari itu, saya telah memutuskan untuk tidak menunggu hasil SIMAK karena saya yakin  bila saya tidak masuk SBMPTN berarti saya tidak akan masuk SIMAK. Baru setelah saya dibujuk oleh teman, saya mau membuka pengumuman SIMAK. Tanpa diduga, saya lolos SIMAK, meskipun dengan minim persiapan. Ketika saya membaca pengumuman hasil seleksi, saya mencubit saya sendiri, memastikan saya tidak sedang bermimpi pada saat itu. Kemudian saya baca berulang-ulang. Dengan berbagai pertimbangan, saya dengan mantap memilih UI sebagai tempat saya menggapai cita-cita.
Sebenarnya tidak ada tips dan trik khusus untuk bisa menjadi bagian dari Fakultas Universitas Indonesia. Saya tidak mengikuti kursus  intensif untuk membahas tes seperti yang teman-teman saya lakukan. Saya hanya belajar dari soal-soal tahun lalu yang ada di buku maupun internet, sisanya menikmati liburan setelah kelulusan. Namun, sekalipun saya   sangat mengharapkan masuk di FK UI, ketika saya belajar atau melaksanakan tes, saya melupakan keinginan tersebut. Saya menjadi lebih pasrah,bukan dalam artian menyerah, tetapi karena  saya yakin dengan kemampuan  dan usaha saya. Sekalipun saya tidak masuk di UI, setidaknya saya melakukan usaha terbaik saya, dibantu dengan doa. Tanpa saya sadari, ternyata justru di situ kunci dari segalanya. Kerja dengan ikhlas, melakukan segala sesuatunya dengan tanpa mengharapkan imbalan dalam arti yang sebenarnya. Dengan demikian, saya mengerjakan tes tanpa beban yang masih tersimpan di kepala karena saya yakin Tuhan selalu bersama saya apapun yang terjadi.
Dalam pandangan saya, Universitas Indonesia merupakan representasi dari hal-hal terbaik yang ada di seluruh Indonesia. Ketika saya pertama kali menginjakkan kaki saya di sini, saya sudah seperti melihat Indonesia dalam bentuk mini, lengkap dengan ragam budaya dan karakteristik setiap individunya. Saya merasa bangga menjadi satu bagian dengan mutiara-mutiara dari seluruh penjuru Indonesia
Saya memiliki harapan agar di sini saya bisa tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang matang secara inteligensi, emotional, dan spiritual, agar nantinya saya bisa mewujudkan cita-cita saya untuk menjadi dokter yang berintegritas dan berempati terhadap sesama dan bisa mengamalkan ilmu saya bagi para calon dokter di Indonesia nantinya. Saya berdoa agar orang tua saya diberi kesempatan dan umur panjang sehingga bisa mengantar saya, putri satu-satunya, di Balairung  UI sebagai salah satu lulusan terbaik di FK UI. Saya juga berharap agar FKUI selalu menjadi yang terdepan dalam mendidik insan-insan menjadi calon-calon dokter terbaik bangsa.

Karena hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha.

Komentar

Posting Komentar