[Perjalanan Menuju FKUI] Marco Raditya

Salam kenal! Nama saya Marco Raditya, namun saya biasa dipanggil dengan nama Marco. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 20 November 1998. Saya memiliki hobi mendaki gunung, bersepeda, membaca novel, dan memasak. Jika diminta memilih 3 kata yang menggambarkan diri saya, kata-kata tersebut adalah peduli, imajinatif, dan ceroboh. Sebelum saya menjadi mahasiswa  UI (Universitas Indonesia), saya bersekolah di SMA Santa Laurensia. Sekarang, saya merupakan mahasiswa S1 kedokteran UI angkatan 2016.
    Mengapa saya menjadi mahasiswa kedokteran di UI, bukan di universitas lain saja? Hal tersebut dikarenakan pandangan saya terhadap UI. Sejak kecil, saya selalu mengenal UI sebagai salah satu universitas negeri terbaik di Indonesia. Pemikiran tersebut diperkuat dengan testimoni ayah, om, opa dan oma yang merupakan lulusan UI. Seiring waktu, tepatnya pada saat SD, keinginan saya untuk menjadi dokter pun muncul karena seorang dokter dapat membantu orang-orang sakit. Saat SMP, keinginan tersebut menjadi bulat. Sejak saat itu, saya mulai mencari informasi mengenai pendidikan dokter yang terbaik untuk melakukan praktik di Indonesia, karena tujuan saya menjadi dokter adalah untuk membantu orang-orang sakit yang kurang mampu, terutama di dalam negeri tempat saya lahir. Selama berbincang dengan anggota keluarga dan guru-guru, nama UI selalu muncul sebagai universitas terbaik di Indonesia di bidang kedokteran dan untuk praktik di dalam negeri memang sebaiknya kuliah di dalam negeri pula. Masuk ke UI juga berarti adanya lebih banyak kesempatan koneksi dengan dokter-dokter hebat yang banyak merupakan almamater UI, baik dari S1 atau S2 mereka. Jadi, pandangan saya terhadap UI sampai sekarang adalah walaupun pendidikan dokter di UI susah, namun untuk menjadi dokter yang hebat di dalam negeri, UI merupakan universitas yang terbaik.
    Untuk menjadi mahasiswa UI bukanlah hal yang mudah. Diperlukan usaha dan keinginan yang besar untuk bisa masuk karena besarnya kompetisi untuk masuk ke UI, terutama FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), yang memiliki NBA (Nilai Batas Aman) tertinggi di antara fakultas kedokteran lain di Indonesia. Modal saya untuk masuk ke FKUI adalah ketekunan  belajar, niat yang tinggi dan tekad yang besar. Saya mengikuti les persiapan SBMPTN dan SIMAK UI di BTA 8 yang berada di Tebet. Walaupun jaraknya sangat jauh dari rumah saya yang berada di Tangerang Selatan, saya menjalani les BTA 8 yang diadakan setiap minggu karena soal-soal BTA 8 yang terkenal sangat susah ketimbang yang lain. Perjalanan masuk UI pun menjadi semakin berat di masa intensif, dimana saya harus bolak balik naik kereta setiap hari untuk mengikuti pelajaran intensif BTA 8. Bukan hanya fisik yang diuji, namun mental kita juga diuji, dimana hasil tryout saya tidak pernah mencukupi NBA untuk FKUI yang ditentukan oleh BTA 8. Hal tersebut membuat saya tidak percaya diri, namun karena masuk ke FKUI merupakan sebuah impian, saya tidak menyerah. Saya terus berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memberikan kekuatan kepada saya untuk menjalani semua itu. Untungnya, semua kerja keras tersebut terbayar. Dari pengalaman saya, tips untuk masuk FKUI adalah jangan pernah menyerah dan selalu melakukan yang terbaik saat belajar karena fisik dan mental setiap orang pasti akan diuji. Kita harus menyadari pula untuk terus berdoa selama perjuangan kita, karena dengan penyertaan Tuhan, segala hal menjadi mungkin.
    Tidak hanya saat mempersiapkan diri untuk ujian, masa penungguan hasil ujian merupakan salah satu momen yang berkesan. Tidak terlewatkan satu hari pun tanpa memikirkan hasil ujian, apakah diterima di UI atau tidak. Selama masa penungguan, hal yang saya lakukan adalah berdoa dan berpasrah karena saya sudah melakukan yang terbaik. Daripada stress memikirkan nasib kita setelah pengumuman, lebih baik kita berpasrah karena tidak ada gunanya kita stress. Toh, kalau kita stress jawaban ujian kita tidak akan menjadi benar. Selama hampir satu bulan para peserta ujian masuk universitas menunggu hasil ujian mereka. Saat pengumuman SBMPTN, saya sedih karena tidak diterima di FKUI, namun bersyukur karena diterima di FKUNDIP. Pada saat itu, saya sudah pesimis mengenai impian untuk kuliah di FKUI. Namun, saya masih berharap untuk masuk lewat SIMAK. Saat pengumuman SIMAK keluar, saya senang sekali diterima di FKUI Kelas Internasional, namun bimbang karena biaya yang besar. Syukur kepada Tuhan, orang tua saya memperbolehkan saya untuk mengambil FKUI Kelas Internasional, dan pada akhirnya saya menjadi mahasiswa FKUI.
    Dengan memasuki FKUI, saya berharap bahwa hal ini dapat menjadi fondasi dalam meraih impian saya untuk menjadi seorang dokter yang dapat membantu dan menyembuhkan banyak orang. Bahwa dengan menjadi mahasiswa FKUI, saya bisa menjadi dokter yang handal. Saya mau menjadi dokter yang bisa membantu orang sakit dan orang yang tidak mampu yang sudah kehilanganharapan. Harapan saya terhadap keluarga adalah bahwa saya bisa membuat keluarga saya bahagia dan bangga melihat saya menjadi seorang dokter yang baik hati dan hebat.
    Sebagai kata penutup, saya mau memberikan kepada kalian semua sebuah mantra yang saya gunakan untuk memotivasi saya dalam perjuangan masuk FKUI. Mantra tersebut adalah kutipan yang sudah sering didengar, yaitu “bersusah-susahlah dahulu, bersenang-senanglah kemudian.” Kutipan ini menjadi mantra karena terus mengingatkan saya untuk terus berjuang dan tidak menyerah untuk masuk UI, karena jika kita menyerah dan bersantai, kita tidak mungkin meraih impian yang kita inginkan. Sekian dari saya, dan selamat berjuang untuk masuk ke UI!

Komentar

Posting Komentar