
Berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, atau juga yang dikenal dengan FKUI, merupakan impian hampir setiap murid-murid di Indonesia yang berminat melanjutkan pendidikannya dalam bidang kedokteran. Impian tersebut tidaklah mudah dicapai, dibutuhkan keteguhan hati, ketekunan, kedisiplinan, kerja keras, merelakan waktu untuk tidur malam demi bergadang belajar mati-matian, dan hal-hal lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu. Tetapi hal-hal tersebut tidaklah menyurutkan semangat murid-murid Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di fakultas kedokteran tertua di negeri ini, fakultas kedokteran terbaik yang ada di Indonesia, termasuk saya.
Saya Metta Dewi, mahasiswi baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2016. Bagi saya, masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan sebuah mimpi yang menjadi nyata. Saya merupakan seorang alumni dari SMA Dharma Suci di Jakarta, lebih tepatnya terletak di Pluit, Jakarta Utara. SMA Dharma Suci merupakan sebuah sekolah swasta yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu terkenal di Jakarta, terlebih lagi di Indonesia. Biasanya, universitas negeri mengutamakan murid-murid yang berasal dari SMA Negeri untuk diterima di universitasnya, jika ada murid-murid yang berasal dari sekolah swasta yang diterima pun biasanya berasal dari sekolah-sekolah swasta yang terkemuka dan ternama di Indonesia seperti sekolah BPK Penabur sehingga saya merasa bahwa jalan yang harus saya tempuh untuk mencapai impian saya ini sangatlah sulit bagaikan sebuah mimpi yang amat sangat tinggi, namun ternyata takdir berkata lain.
Sejak awal kelas 10, saya sudah bercita-cita ingin masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan cita-cita saya itu didukung pula oleh kedua orang tua saya. Untuk itu, mulai sejak itu juga saya belajar lebih giat dari biasanya untuk memaksimalkan segala potensi yang saya miliki agar saya dapat dan layak untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Akhirnya, sampailah saya pada kelas 12, dimana perjuangan dan tekanan untuk lulus dari SMA dan untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lebih terasa. Demi kelancaran belajar dan agar kans saya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia lebih tinggi, saya pun mengikuti bimbel yang diadakan setiap hari Sabtu pukul 6.45 pagi sampai dengan pukul 12 siang yang jaraknya cukuplah jauh dari rumah saya yang terletak di Jakarta Barat, yaitu di Jakarta Selatan.
Dari informasi-informasi yang terdapat dalam internet, saya mengetahui bahwa jalur untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia terdapat tiga macam yaitu, Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau jalur undangan atau rapor, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) yang merupakan jalur tulis, dan jalur mandiri UI, SIMAK UI. Karena saya ingin sekali masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya pun mendaftar pada tiga jalur tes tersebut. Pada saat hari pengumuman SNMPTN tiba, saya sudah memiliki firasat bahwa tidak akan diterima pada jalur tersebut karena sekolah saya bukan merupakan sekolah unggulan dan tidak ada kakak alumni yang berasal dari sekolah saya yang masuk ke FKUI, dan benar saja, saya memang tidak diterima pada jalur SNMPTN. Dengan tidak diterimanya saya pada jalur SNMPTN ini tidak membuat semangat saya surut tetapi saya malah semakin terpacu untuk belajar lebih giat dan keras agar dapat masuk ke universitas dan fakultas impian saya ini. Saya juga mendaftar SBMPTN dengan FKUI sebagai pilihan pertama, FK Universitas Airlangga sebagai pilihan kedua dan FK Universitas Brawijaya sebagai pilihan ketiga. Selain itu sebagai cadangan, saya pun mendaftar SIMAK UI dan UM Undip yaitu, seleksi mandiri Universitas Diponegoro.
Untuk menghadapi ujian tertulis ini, tempat bimbel saya mengadakan kelas intensif yang dilaksanakan kurang lebih satu bulan lebih. Selama bimbel ini berlangsung, orang tua saya selalu mengantarkan saya pergi setiap pagi tetapi pada siang hari saya pulang sendiri naik kendaraan umum. Setelah pulang dari bimbel, saya pun beristirahat lalu pada sore hari saya mengulang lagi pelajaran yang telah diajarkan paginya dan mengerjakan soal-soal untuk keesokan harinya. Hal itu berulang – ulang terus setiap harinya, termasuk hari Sabtu dan Minggu.
Saat SBMPTN dilaksanakan, saya merasa sedikit shock karena soal yang diujikan, terutama soal TPA-nya, berbeda sekali dengan soal-soal tahun lalu yang kita pelajari selama ini. Setelah selesai ujian pun saya merasa khawatir dan takut bahwa saya tidak akan lulus dalam ujian ini. Selang beberapa hari, UM Undip pun dilaksanakan. Kali ini, soal yang diberikan tidak sesusah soal SBMPTN dan alokasi waktu yang diberikan pun lebih banyak sehingga saya merasa dapat mengerjakan soal ini dengan lancar. Saat selesai ujian, saya tetap merasakan kegugupan, “apakah saya dapat lulus pada ujian ini ? Tetapi soal tersebut lebih mudah sehingga peluang orang lain untuk lulus juga lebih besar,” gumam saya dalam hati. Selang tak berapa lama lagi ujian SIMAK UI pun dilaksanakan, kali ini saya telah mempersiapkan mental untuk menghadapi soal-soal yang tingkat kesulitannya diatas ujian-ujian lainya. Sebelum ujian dimulai, saya berdoa demi kelancaran saya dalam mengerjakan ujian ini karena ujian ini merupakan ujian terakhir saya, merupakan kans terakhir yang saya miliki agar saya dapat diterima masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, karena saya tidak memiliki cadangan swasta. Ternyata memang benar, ujian ini memang cukup susah pada bagian Sainteknya tetapi pada bagian kemampuan dasar saya merasa cukup mudah selain bagian Matematikanya. Setelah ujian selesai dilaksanakan, saya pun sudah pasrah akan keadaan dan berharap dapat diterima masuk pada SBMPTN karena sepertinya untuk masuk melalui SIMAK UI akan sangat mustahil.
Hari-hari selanjutnya, karena semua ujian sudah selesai saya lewati saya pun beristirahat dirumah. Tetapi, pikiran saya tidak dapat beristirahat dengan tenang, setiap bangun tidur selalu terpikirkan apakah saya akan masuk ke FKUI atau tidak, apa saya akan masuk ke FK Undip, ataukah saya akan berakhir di universitas swasta, setiap saat selalu terpikirkan hal tersebut. Meskipun orang tua saya telah berkata untuk tenang saja karena saya pasti bisa masuk ke universitas dan fakultas impian saya ini, saya tetap tidak dapat merasakan ketenangan. Karena itu saya selalu berdoa siang dan malam, setiap bangun tidur dan menjelang tidur, agar saya dapat masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Akhirnya hari-hari yang telah ditunggu pun tiba, yaitu hari pengumuman SBMPTN. Pada saat itu, saya sedang dalam perjalanan pulang dari retret. Karena menggunakan internet dari ponsel bukan wifi rumah, situs SBMPTN pun sulit diakses, tetapi ada teman saya yang dapat mengaksesnya dan saya meminta tolong orang itu untuk membukakan hasil pengumuman saya dan ternyata saya tidak lulus sama sekali. Saya merasa sangat kecewa sekali dan sesampainya di rumah, saya menangis takut tidak akan lulus pada ujian-ujian yang lainnya. Mama saya pun menenangkan saya dan tetap menyemangati saya. Keesokan harinya merupakan pengumuman SIMAK UI, saya sudah sempat merasa pasrah bahwa hasil ujiannya akan sama dengan yang kemarin. Pada saat jam dua siang tepat, saya pun membuka pengumuman ujiannya dan ternyata kata-kata yang keluar dan yang saya baca pertama kali adalah SELAMAT. Saya langsung berteriak kegirangan dan setelah itu menangis bahagia, bahagia karena akhirnya saya dapat masuk ke universitas dan fakultas impian saya, orang tua saya pun langsung memeluk saya. Saya kemudian membuka ulang lagi pengumuman tersebut, meskipun hasilnya tetap sama tetapi saya takut bahwa web UI sedang error dan setiap orang mendapatkan pemberitahuan yang sama, saya takut ketika daftar ulang nanti nama saya tidak terdaftar. Tetapi saya terus meyakinkan diri bahwa memang saya benar-benar masuk ke FKUI.
Harapan saya dengan saya masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini adalah saya dapat menjadi seorang dokter yang baik, yang dapat berkontribusi bagi keluarga, almamater, bangsa, dan negara terutama dalam bidang kesehatan ini, dapat meningkatkan tingkat harapan hidup di indonesia. Sedangkan orang tua saya berharap agar saya dapat belajar dengan baik di FKUI ini dan menjadi seorang dokter yang sukses agar hidup saya akan baik nanti kedepannya.
Untuk para pembaca tulisan saya ini yang juga berminat untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, saya berikan beberapa tips. Pertama, janganlah merasa rendah diri karena di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, maka dari itu janganlah merasa bahwa kalian tidak akan dapat masuk ke FKUI ini. Kedua, belajarlah lebih giat daripada orang lain, karena sepintar apapun seseorang, jika ia malas belajar tentunya akan dikalahkan orang seseorang yang lebih giat dan memiliki tekad yang kuat. Ketiga, selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dilancarkan dalam menghadapi segala sesuatu. Keempat, siapkan mental untuk yang terburuk dan jangan terlalu terpaku dengan mimpi kalian tersebut. Apabila satu jalan tidak bisa, tentunya masih ada berbagai jalan lain untuk menggapai impian kita ini. Jadi, carilah sebanyak-banyaknya informasi dan tempuhlah berbagai macam cara agar kalian dapat meraih impian ini. Jangan pernah menyerah, kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, asalkan kita memiliki tekad yang kuat dan usaha yang keras juga dengan disertai dengan doa, kita pasti dapat mewujudkan impian kita menjadi nyata.
“Turn Your Dreams Into Reality !”
WOW congrats ya!! smga dapet yang terbaik kedepannya
BalasHapusTambah terinspirasi dah gue baca tulisan lu, ta
BalasHapus