Nama saya Muhamad Faza Soelaeman. Saya adalah mahasiswa FKUI angkatan 2016. Saya lahir di Bandung, 25 Februari 1999. Saya menempuh pendidikan dasar (SD) di SD Taruna Bakti Bandung, sekolah menengah pertama (SMP) di SMP Taruna Bakti Bandung, dan sekolah menengah atas (SMA) di SMAN 3 Bandung. Terlahir dalam keluarga dokter, saya melihat ayah saya, Rudi Supriyadi, dan ibu saya, Lia M. Rudi, sebagai seorang yang mulia. Mereka sering bercerita bahwa dokter adalah pekerjaan yang sangat agung dan sangat mulia. Banyak sekali cerita tentang pasien yang tak jarang membuat saya tersentuh dan terharu. Oleh karena itu, sejak kecil saya sudah bercita – cita menjadi seorang dokter.
Untuk menjadi seorang dokter, tentu saja saya harus masuk ke sebuah universitas yang memiliki fakultas kedokteran di dalamnya. Sebagai orang Bandung, tidak aneh jika pikiran saya hanya tertuju kepada satu universitas negeri yang terletak di daerah Jatinangor. Berbagai perkataan dan doktrin kerap mengundang saya untuk mendaftar ke kampus tersebut. Namun, semua berubah ketika saya memasuki jenjang sekolah menenah atas. Saat itu, saya mendengar tentang sebuah fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, tentu saja, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tanpa tahu apapun tentang Universitas Indonesia, saya mulai mengharapkan suatu saat saya dapat menjadi sebuah mahasiswa yang mengenakan sebuah Jaket Kuning dengan bangga.
Kehidupan SMA pun dimulai. Banyak pengalaman pengalaman baru tentang kehidupan yang saya dapatkan. Mulai dari organisasi, pertemanan, bahkan percintaan, menjadi sesuatu yang sangat menarik di kehidupan remaja saya. Maka dari itulah, focus saya untuk mengejar fakultas terbaik se Indonesia pudar. Bagi saya, pembelajaran akademik bukan merupakan kepentingan utama saya sebagai pelajar. Terdengar sebodoh apa pun saat ini, pada waktu itu saya merasa wajar – wajar saja.
Tibalah semester terakhir di masa SMA saya, itulah saat semua kembali. Saya baru tersadarkan bahwa tugas saya sebagai siswa adalah belajar. Saya harus bisa mengejar cita – cita. Saya pun menyerahkan segala kehidupan yang saya punya sebelumnya demi mengejar kampus terbaik se Indonesia ini. Saya berhenti main – main, dan mulai membuka kembali pelajaran – pelajaran yang sudah saya tinggalkan selama ini. Meskipun masih 2 bulan sebelum SBMPTN, jiwa saya terpacu seperti besok adalah tes yang akan menentukan masa depan. Saya belajar keras setiap harinya seperti bukan diri saya sendiri. Tidak lupa juga saya berdoa dan meminta pertolongan Tuhan.
Sebulan telah berlalu, datanglah pengumuman SNMPTN. Walaupun saya jarang belajar dengan bersungguh – sungguh, saya bukanlah orang yang bodoh. Saya tetap masuk peringkat sepuluh besar di angkatan saya, dan nomor satu sebagai pendaftar ke FKUI. Tentu saja harapan saya dan semua orang di sekitar saya sangat tinggi. Semua orang kerap mengatakan kepada saya untuk berhenti belajar dan bersantai karena mereka yakin saya akan mendapatkan undangan tersebut. Tidak dapat dipungkiri, hati saya pun sedikit goyah dan saya sedikit bersantai menjelang pengumuman. Saya kerap berpikir bahwa segalanya akan berjalan sesuai dengan apa yang saya inginkan dan saya kehendakkan.
Hari pengumuman pun tiba. Semua orang sudah menduga saya untuk berbahagia dan bersantai santai saja. Saya pun pada awalnya berpikir seperti itu. Namun, Tuhan berkehendak lain. Saya pun tidak lolos. Sebuah godam besar seperti menghantam hati saya. Tidak tahu apa yang sekolah saya lakukan, tetapi pada saat itu tidak ada seorang pun pendaftar SNMPTN yang diterima di jurusan apapun. Bahkan PPKB pun tidak. Saat itu saya langsung berpikir ini semua salah saya. Saya tidak seharusnya mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Hati saya pun langsung terpacu kembali dan saya kembali belajar seperti biasanya.
Hari H tes SBMPTN pun datang. Saya sudah mengerahkan segala kemampuan saya untuk belajar dan berjuang. Hati saya tenang walaupun tetap khawatir akan apa yang saya perjuangkan tidak membuahkan hasil. Tes pun dimulai. Saya mengerjakan dengan santai dan bersyukur bahwa saya bisa mengerjakan banyak soal. Namun, karena tidak ada penunjuk waktu, saya pun kehilangan panduan. Saya pun terpanik – panic saat waktu tinggal sedikit dan saya belum menyalin jawaban saya ke lembar jawab. Untungnya, saya berhasil mengisi semua jawaban saya. Saya pun keluar ruangan dengan kekhawatiran yang sangat luar biasa. Saya takut kecerobohan saya akan menggagalkan keberhasilan saya.
Tes – tes berikutnya pun saya ikuti. Tes Mandiri UNDIP dan SIMAK UI saya jalani berbekal ilmu yang saya dapatkan sebelumnya. Semua berjalan lancer dan sesuai dengan harapan saya. Setelahnya, masa penantian yang sangat menegangkan datang. Saya harus menunggu satu bulan untuk mengetahui hasil perjuangan saya.
Hari pengumuman pun datang. Saya dapat melihat jalan hidup saya pada hari itu, lebih tepatnya pada pukul dua siang. Saat waktunya tiba, saya pun mendengar berbagai kabar dari teman saya, baik maupun buruk. Saya pun memberanikan diri untuk membuka dan melihat. Dengan didampingi ibu dan ayah saya, kabar baik itu pun datang. Saya resmi menjadi mahasiswa FKUI 2016. Saya pun sangat senang dan langsung memeluk kedua orang tua saya. Saya sangat bangga terhadap diri saya sendiri dan sangat bersyukur kepada Tuhan terhadap pencapaian saya. Saya berharap dengan pencapaian ini, saya mejadi seseorang yang lebih baik lagi, dapat mempelajari hikmah dari seluruh usaha saya, bahwa saya tidak bisa berjuang sendiri, selalu ada orang tua dan Tuhan yang mendorong saya. Saya berharap orang tua saya semakin bangga terhadap saya. Saya juga berharap saya dapat mengharumkan nama FKUI di mana pun dan kapan pun. Saya ingin memiliki prestasi – prestasi yang dapat dibanggakan oleh almamater saya.
Saat ini, saya ingin sekali memberikan tips – tips kepada adik adik kelas saya yang sedang berjuang seperti saya pada waktu itu. Saya ingin mengatakan bahwa kejarlah mimpi kalian dan jangan biarkan seorang pun menghalanginya. Saya berharap mereka tidak mengambil hak – hak yang seharusnya bukan milik mereka, dan mengejar apa yang mereka idam – idamkan, bukan apa yang orang tua mereka paksakan.
Saya pun teringat akan beberapa kata mutiara yang selalu memacu diri saya, yaitu:
- Gantunglah mimpi kalian setinggi langit, sehingga jika kalian terjatuh, kalian terjatuh di antara para bintang.
- Tidak ada keringat yang tidak terbayarkan
- Tuhan dan keluarga adalah orang yang akan selalu mendorong dan mebantu kalian.
Kisahmu sangat menginspirasi Faza. Semoga kisah ini bisa menjadi penyemangat teman-teman yang lain.
BalasHapusWah faza punya cerita yang luar biasa yaa! Semoga faza senantiasa diberi kemudahan dan kelancaran saat menempuh pendidikan di fkui yaaa
BalasHapuskelompok 19 banyak anak kelahiran '99 yah... selamat ya Faza, cita-cita dari kecil akhirnya terwujud...
BalasHapuswah faza kamu memang Genius
BalasHapusSelamat yaa Fazaaa! Semoga menjadi dokter yang berkualitas
BalasHapusGilaakk keren banget Faza! Selamaat!
BalasHapusmantap za
BalasHapus