[Perjalanan Menuju FKUI] Muhammad Andi Iqbal Maulana

Halo kawan-kawan! Nama saya adalah Muhammad Andi Iqbal Maulana. Kalian bisa

memanggil saya Iqbal atau Maim (akronim nama panjang saya). Saya lahir di Jakarta pada

tanggal 1 Oktober 1998. Saya memulai pendidikan saya dari TK Tawakkal Bali. Setelah lulus,

saya melanjutkan pendidikan saya di SDI PB Sudirman Jakarta. Kemudian, saya melanjutkan

pendidikan saya di SMPN 49 Jakarta. Lulus dari SMP, saya melanjutkan pendidikan saya ke

SMANU MH Thamrin Jakarta. Dan akhirnya setelah perjuangan yang melelahkan selama saya di

SMA, saya bisa masuk ke Fakulltas Kedokteran Universitas Indonesia.

Menjadi dokter adalah cita-cita saya sejak saya masih kecil sekali. Setiap kali saya

ditanya “Kamu mau jadi apa?” oleh teman-teman bapak saya dan teman-teman ibu saya,

dengan reflek saya pasti akan menjawab “Jadi dokter om” atau “Jadi dokter tante”. Salah satu

alasan saya ingin menjadi dokter adalah karena saya takjub dengan profesi kedua orangtua

saya. Bapak dan ibu saya adalah dokter. Bapak saya adalah lulusan dari Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia angkatan 1983 sedangkan ibu saya adalah lulusan dari Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin angkatan 1988. Saya seringkali diajak oleh bapak saya atau

ibu saya untuk pergi menemani mereka ke rumah sakit. Di situlah keinginan saya menjadi dokter

muncul.

Menurut saya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah tempat yang sangat

baik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Saya yakin di tempat ini saya akan mendapatkan

teman-teman yang sangat pintar dan saya berharap bisa belajar bersama dengan mereka.

Selain itu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah Fakultas Kedokteran tertua di

Indonesia dan telah meluluskan berbagai dokter yang berkualitas dan berguna untuk

masyarakat.

Perjuangan ke FKUI sangatlah sulit. Nilai-nilai saya selama di SMA jelek, bahkan saya

sangat malas ketika SMA. Hal tersebut berlanjut sampai saya kelas 2 SMA. Ketika kelas 3 SMA,

saya sadar jika saya ingin tetap ke FKUI, saya harus belajar sangat keras karena tidak mungkin

bagi saya untuk bisa mendapatkan undangan SNMPTN ke FKUI dengan nilai saya yang

menyedihkan. Tetapi, dengan bodohnya ketika saya akan memasukkan data SNMPTN, saya

tetap memilih FKUI. Pengumuman SNMPTN keluar dan saya tidak lulus, namun saya tidak kaget

dan kecewa karena saya telah mengantisipasinya. Saya belajar keras untuk menghadapi

SBMPTN sampai hari H-SBMPTN. Saya cukup percaya diri dengan soal SBMPTN yang saya

kerjakan sehingga saya malas untuk belajar SIMAK UI karena saya sudah yakin dengan

SBMPTN saya. Ketika hari H-SIMAK UI, saya mengerjakan soal dengan santai dan tidak terlalu

berharap dengan hasilnya. Ketika pengumuman SBMPTN, saya kaget setengah mati ketika

melihat bahwa saya tidak lulus, bahkan di pilihan ke-3 sekalipun. Saya ingin menangis, tapi tidak

bisa. Mengingat bahwa kesempatan saya hanya tinggal di SIMAK UI, saya sangat pesimis.

Namun saya teringat dengan quote : “God has a bigger plan for you than you have for yourself”.

Saya teringat bahwa masih ada Tuhan yang bisa membantu saya. Ketika itu bulan puasa,

menjelang pengumuman SIMAK UI saya rajin berdoa, mengaji, dan beribadah. Saya berdoa “Ya

Allah, jika FKUI memang yang terbaik untuk saya, tolong luluskan saya Ya Allah. Jika bukan,

maka jauhkanlah Ya Allah”. Hari pengumuman pun tiba. Saya gemetar setengah mati menunggu

hasilnya. Ketika saya membuka pengumumannya dan melihat tulisan “selamat”, saya langsung

teriak, menangis, dan sujud syukur saat itu juga. Saya langsung tau saya diterima karena saya

hanya mendaftarkan FKUI di SIMAK. Saya memeluk ibu saya, nenek saya, kakak saya, dan

saya langsung mengabarkan hal ini ke bapak saya, nenek saya, dan kerabat-kerabat saya.

Sejak saat itu, saya yakin bahwa Tuhan itu ada. Untuk adek-adek yang ingin mengikuti jejak

saya masuk FKUI saya punya tips yang sangat penting: Jangan pernah putus asa dan jangan

pernah bosan untuk berdoa kepada Tuhan YME karena Tuhan punya rencana untuk kita yang

lebih baik daripada yang kita punya untuk diri kita sendiri.

Harapan saya setelah masuk FKUI untuk saya sendiri adalah menjadi dokter yang

berkualitas dan dapat berkontribusi untuk masyarakat, keluarga, dan FKUI. Harapan saya untuk

keluarga adalah mereka dapat bangga terhadap diri saya nanti. Dan terakhir, Harapan saya

untuk FKUI adalah dapat mempertahankan bahkan menaikkan reputasi FKUI sebagai salah satu

Fakultas Kedokteran favorit di Indonesia.

Komentar