[Perjalanan Menuju FKUI] Muhammad Fauzan

Perkenalkan, nama saya Muhammad Fauzan. Saya lahir di Serang pada tanggal 23 Mei 1998. Saat ini saya berdomisili di Perum. Graha Serdang Metropolis Blok C 12, Kec. Kramatwatu, Kab. Serang, Banten. Saya memulai jenjang pendidikan di PG Al-Athfal, lalu dilanjutkan di TK Al-Azhar Serang. Pendidikan dasar saya tempuh di SD Mutiara Bunda Cilegon dan saya melanjutkan ke SMPI Nurul Fikri Boarding School. Pendidikan menengah atas saya lanjutkan di sekolah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama, MAN Insan Cendekia Serpong. Masa-masa sulit selama menempuh pendidikan menengah atas telah saya lalui dan kini saya berkesempatan untuk menempuh dunia perkuliahan di universitas tertua di Indonesia, Universitas Indonesia pada program studi pendidikan dokter.
Mendapatkan kesempatan untuk belajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia merupakan kesempatan emas bagi saya. Bagaimana tidak, jurusan satu ini merupakan salah satu jurusan favorit yang ada di Indonesia. Banyak orang yang memimpikan untuk dapat menempuh pendidikan dokter di Universitas Indonesia, dan saya adalah salah satu dari mereka yang berhasil menembus tembok persaingan yang ada. Pendidikan dokter di Universitas Indonesia merupakan jurusan pendidikan dokter tertua di Indonesia yang sebelumnya bernama STOVIA. Jauh daripada itu, menjadi seorang dokter adalah seorang pekerjaan mulia dimana kita akan membantu orang-orang. Kita dapat menyejahterakan umat dengan menebarkan manfaat ke sesama.
Banyak sekali usaha yang telah saya lakukan untuk dapat masuk ke FKUI. Pada jenjang menengah atas, saya mulai serius belajar dan meninggalkan hal-hal yang kurang penting dalam proses pembelajaran. Persaingan yang sulit di masa-masa MAN membuat saya semakin terpacu untuk terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Saya banyak belajar dari teman-teman seperjuangan saya dalam banyak hal, baik itu pelajaran sekolah maupun pelajaran kehidupan. Perjuangan saya terlihat pada tahun akhir studi, yaitu pada saat kelas dua belas. Saya berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mempersiapkan ujian nasional dan ujian masuk ke universitas. Saya sendiri tidak mengikuti jalur masuk SNMPTN atau undangan karena pada saat itu juga saya mendaftar di universitas luar negeri. Apabila kita tidak mengambil program studi yang dinyatakan lulus di SNMPTN, konsekuensinya adalah sekolah kita akan menerima blacklist dari universitas yang bersangkutan. Hal inilah yang sangat dihindari oleh sekolah saya. Sekolah saya ingin menjaga kepercayaan dari setiap universitas.
    Selepas ujian nasional, sekolah saya mengadakan bimbingan belajar untuk masuk ke perguruan tinggi. Diberikan kebebasan pada setiap siswanya untuk memilih apakah ingin mengikuti bimbel yang disediakan sekolah atau mengikuti bimbel yang disediakan lembaga-lembaga pendidikan di luar sana. Saya pribadi mengikuti bimbel yang disediakan oleh sekolah saya, karena menurut saya apa yang diberikan oleh sekolah sudah cukup, permasalahannya hanya bagaimana niat kita ke depannya. Tentunya belajar di kelas saja dirasa kurang untuk mempersiapkan segalanya, dan waktu malam pun yang menjadi korbannya. Sejalan dengan peribahasa “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”, saya ingin bersusah payah di masa-masa muda saya agar selanjutnya dapat menyimpulkan senyum kebanggaan atas apa yang selama ini saya perjuangkan.
    Saya mengikuti tes SBMPTN di salah satu universitas terkemuka yang berada di Kota Serang. Pengerjaan tes saya lakukan dengan sangat hati-hati dan cermat. Soal seleksi kali ini terasa lebih sulit dibandingkan soal tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian, saya tetap optimis karena saya yakin yang merasakan ini tentunya bukan hanya saya seorang, tetapi peserta yang lain pula. Selain SBMPTN, saya juga mengikuti jalur SIMAK UI. Soal yang diberikan pada SIMAK UI memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, melampaui kesulitan soal SBMPTN yang sebelumnya telah saya kerjakan. Akhirnya kedua seleksi ini telah saya laksanakan dengan cukup baik. Selama menunggu pengumuman hasil saya terus berdoa dan tetap optimis untuk meraih hasil yang terbaik.
    Hasil SBMPTN pun akhirnya diumumkan. Saya dinyatakan lulus pada pilihan pertama saya, yaitu pendidikan dokter Universitas Indonesia. Tentunya saya sangat senang dengan pencapaian ini. Perjuangan saya beberapa bulan ke belakang terbayar lunas dengan pengumuman yang membanggakan ini. Berbagai kabar menggembirakan juga menggema dari ruang obrolan angkatan saya. Banyak dari teman-teman saya berhasil mendapatkan perkuliahan yang mereka impikan. Tentu ini menambah rasa senang pada hari itu juga.
    Belum selesai sampai disini, saya harus memilih apakah akan melanjutkan di Universitas Indonesia atau di luar negeri. Sebelumnya, saya telah mendapatkan kesempatan belajar di salah satu universitas terkemuka di Jepang dengan beasiswa penuh biaya pendidikan. Dengan berbagai pertimbangan yang saya dapatkan dari orang tua dan juga teman-teman seperjuangan saya serta tentunya berdoa untuk meminta yang terbaik dari Sang Pencipta Alam, akhirnya saya memilih untuk melanjutkan studi saya ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
    Masa studi saya di Universitas Indonesia akan saya gunakan dengan sebaik-baiknya. Saya berharap dapat memanfaatkan momen ini untuk membangun jaringan dengan orang-orang lainnya baik itu teman-teman seangkatan, senior-senior, maupun junior-junior kedepannya. Karena tak ayal, untuk menjadi orang hebat tentunya tidak bisa hanya mengandalkan dirinya sendiri saja. Perlu orang-orang hebat lainnya untuk membangun cita-cita secara bersama. Saya juga berharap agar dapat membanggakan almamater saya dalam bidang apapun, baik akademik maupun non akademik. Kembali saya pegang dengan teguh niat saya untuk bermanfaat kepada sesama dengan membantu orang yang kesulitan ketika menjadi dokter kelak. Bukankah orang yang hebat adalah mereka yang bermanfaat bagi sesama?
    Kembali teringat mantra “Man Jadda Wajada”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh dia akan mendapatkannya. Singkat memang, namun penuh makna. Inilah kalimat yang menjadi motor penggerak saya untuk terus memacu kehidupan menuju arah yang lebih baik. Akhir kata, teruslah untuk memperbaiki niat kita agar dapat memberikan yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga, almamater, negara, dan agama.
    K

Komentar

Posting Komentar