Nama lengkap saya Muhammad Ilham Fajar yang biasa dipanggil Ilham. Saya lahir di Jakarta, 13 Mei 1998 yang pada saat itu negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang menyebabkan demonstrasi dan bahkan kerusuhan dimana-mana. Saya tidak punya kakak ataupun adik karena jarak usia saya dan orang tua saya terbilang cukup jauh. Ibu saya melahirkan saya pada usia 35 tahun. Sebagai anak tunggal saya dididik untuk tidak manja seperti anak tunggal kebanyakan, walaupun penghasilan orang tua saya masih berkecukupan. Selama jenjang pendidikan SD dan SMP saya tidak pernah belajar di sekolah negeri. Saya bersekolah di SD Al-Fikri dan melanjutkan ke SMP Pribadi Depok. Lalu saya untuk pertama kalinya saya melanjutkan ke sekolah negeri, yaitu SMA Negeri 2 Depok.
Kebanyakan orang memandang impian saya, yaitu menjadi dokter, hanyalah karena paksaan dari orang tua semata bahkan ibu saya sendiri. Sudah beberapa kali ada pihak-pihak yang menggoyahkan saya, namun saya tetap teguh terhadap impian saya. Saat saya masih kanak-kanak, menurut saya menjadi seorang dokter adalah pekerjaan yang menyenangkan. Bukan karena bisa menolong orang tetapi bisa memakai alat-alat kedokteran semata. Lama-kelamaan imajinasi dan pandangan saya sebagai dokter berubah seiring dengan waktu. Saya mulai menyadari bahwa menjadi seorang dokter harus memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan rasa empati. Dengan saya menjadi dokter kelak, saya bisa menolong orang-orang di sekitar saya terutama keluarga saya. Saya juga mulai menyukai ilmu yang dipelajari, terutama yang melibatkan tubuh manusia.
Dalam perjalanan jenjang SMA saya mengalami banyak kendala. Saya termasuk orang yang kurang beruntung dalam hal nilai rapor. Tetapi hal tersebut tidak menghalangi saya untuk berusaha dan berjuang untuk masuk ke FKUI. Saya awalnya mengikuti ujian tulis di salah satu universitas swasta, memilih pendidikan dokter juga. Walaupun diterima saya tetap akan berusaha untuk masuk ke perguruan negeri tinggi. Usaha terakhir saya mengikuti ujian tulis SBMPTN. Akhirnya berkat doa keluarga dan kerja keras saya diterima di UI. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saya sangatlah terkejut setelah mengetahui saya diterima di Universitas Indonesia ini melewati jalur tulis. Namun menurut saya untuk pengerjaan tes seleksi seperti ini tidak perlu menguasai semua mata pelajaran. Sebaiknya fokus kepada materi yang dikuasai dan tidak memaksakan diri pada hal yang saya benar-benar tidak bisa. Lalu selain usaha dan strategi yang jitu lainnya saya juga banyak berdoa.
Seperti yang telah disebutkan diatas, saya sangat terkejut saat pengumumuan SBMPTN. Benar-benar tidak disangka saya bisa diterima di FKUI. Teman-teman dan keluarga saya juga sama terkejutnya mendengar berita ini. Saya hanya bisa mengucapkan syukur Alhamdulillah. Seperti yang saya duga, keluarga saya juga turut bahagia dan juga teman-teman saya. Dibalik rasa senang dan bahagia, saya juga sempat merasa sedikit khawatir. Saya selalu bertanya-tanya pada diri sendiri apakah saya bisa benar-benar mengemban tugas seorang dokter dengan baik, ataupun sudahkah benar keputusan yang saya bulatkan selama ini. Namun sekarang sudah bukan waktunya menyesal. Saya harus siap dengan segala tantangan dan rintangan yang akan dihadapi. Selain itu sudah barang tentu saya bertanggung jawab atas segala perbuatan dan keputusan yang saya buat.
Dengan kuliah pendidikan dokter saya berharap bisa membantu dan mengabdi pada masyarakat, terutama menolong keluarga yang mempunyai penyakit tertentu agar bisa pulih. Walaupun kendala dan masalah yang harus dihadapi nantinya, saya sudah menyadari akan semua resiko dan beban yang akan saya tanggung.
Setiap saya mengalami kegagalan di sekolah ayah saya selalu menasihati dengan kalimat/quotes “Tiada kata jera dalam berjuang”. Sejujurnya saya cukup merasa terganggu dengan kalimat ini karena dulu saya mempertanyakan hal seperti “kapan penderitaan ini selesai?”. Namun di akhir-akhir masa SMA saya baru menyadari bahwa hidup ini semakin sulit permasalahannya dan dari quotes itu saya dituntut agar tidak pernya menyerah terhadap masalah yang saya hadapi.
Selamat ya Ilham! Terus semangat, semoga sukses dan menajdi dokter yang baik yaa
BalasHapusAlhamdulillah..saya ikut senang membaca essay perjalanan kamu. Terus berjuang ya Ilham!
BalasHapusSemangat terus Ilham! Semoga jadi dokter yang sukses!
BalasHapustetap semangat Ilham, dan selalu optimis dalam meraih cita-cita
BalasHapussemangat ya ilhamm!
BalasHapus