[Perjalanan Menuju FKUI] Muhammad Ilham Dhiya Rakasiwi



Hai . . . Perkenalkan nama saya Muhammad Ilham Dhiya Rakasiwi. Teman-teman saya biasa memanggil saya Ilham. Saya lahir dan dibesarakan oleh orang tua saya di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Jika ditanya kenal dengan Pak Jokowi atau tidak, saya pasti menjawab kenal karena beliau adalah tetangga saya. Kami bahkan pernah sholat Jum’at bersama ketika beliau menjabat Walikota Surakarta. Alamat saya di Jalan Panembahan 12, Penumping, Laweyan, Surakarta.
Tahun 2016 ini, umur saya genap 18 tahun. Jadi kalau dihitung mundur saya lahir pada tahun 1998, tepatnya 20 Februari 1998. Saya merupakan anak kedua dari empat bersaudara, satu kakak perempuan dan dua adik laki-laki. Hobi yang paling diminati adalah membaca buku, memasak, dan berkebun. Olahraga yg paling disenangi adalah bulu tangkis, walaupun jarang sekali berolahraga.
Saya pertama menapakkan kaki di jenjang SMA pada tahun 2013. Di SMA, saya dilatih untuk menyadari potensi yang saya miliki sekaligus melatih potensi tersebut untuk meraih cita-cita. Bertemu dengan guru-guru yang berpengalaman dan kakak kelas yang selalu memberi dukungan adalah cikal bakal impian saya untuk masuk fakultas kedokteran, walupun pada saat itu belum tahu universitas mana yang akan dituju. Saya mulai bertanya-tanya kepada kakak kelas dan guru saya mengenai fakultas kedokteran mana yang paling baik. Mereka semua menjawab fakultas kedokteran yang paling baik tergantung apa yang ingin diraih. FK UNNAIR berfokus pada penelitian peyakit tropis, FK UGM, FK UNS, FK UNPAD berfokus pada pelayanan masyarakat, dan FK UI berfokus pada riset. Saya mempertimbangkan semua jawaban tersebut dan berpikir bahwa ini adalah kesempatan bagi saya untuk menjadi mandiri. Jadi saya memilih untuk tinggal jauh dari orang tua. Kebimbangan menghampiri ketika memilih antara FK UNNAIR atau FK UI. Pada akhirnya saya memilih dan berfkus untuk mengejar impian saya masuk FK UI dengan beberapa pertimbangan lain.
Pertengahan tahun 2016 menjadi momen yang paling membahagiakan sekaligus menakutkan bagi saya selama hidup ini. Saya berhasil diterima sebagai mahasiswa FK UI angkatan 2016. Suatu kesempatan emas yang sangat langka. Impian yang selama ini saya kejar mulai dari SNMPTN, SBMPTN hingga SIMAK UI akhirnya tercapai juga. Kerja keras yang ditempuh mulai dari memotong waktu liburan, belajar ekstra setelah UN, hingga berpanas-panasan di jalan hanya untuk pergi ke tempat belajar akhirnya menjadi kunci gerbang bagi impian saya yang lebih besar, dan yang lebih penting dari semua itu adalah doa terus-menerus kepada Allah swt untuk memberikan kekuatan dan kelancaran.
Dari pengalaman yang semua saya alami itu, saya mendapat sebuah pelajaran yang berharga bahwa apapun yang diimpikan pasti membutuhkan jalan untuk sampai, jadi buatlah jalan itu dan jangan ikuti janlan orang lain, karena walaupun impiannya sama tapi kita tidaklah sama satu sama lain. Termasuk ketika ingin masuk perguruan tinggi manapun baik PTN maupun PTS jangan ikuti orang sukses sebelumnya, tapi jadikan sebagai pijakan untuk membuat jalan yang sesuai dengan diri masing-masing.
Sekarang apa yang saya rasakan ketika menunggu pengumuman SBMPTN. Hanya satu, pesimis. Bagaimana tidak saya menyadari ketika mengerjakan SBMPTN, saya hanya mengerjakan rata-rata 5 soal untuk masing-masing mapel dan tidak yakin kalau jawaban itu benar. Karena saat itu bulan Ramadhan, saya semakin banyak berdoa dan bertawakkal kepada Allah swt. Subhanallah, pada saat pengumuman SBMPTN tepatnya jam 2 siang saya membuka web, dan disana berbunyi “Selamat  . . . . . . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia”. Bahagia menjadi perasaan yang mendominasi. Tapi itu hanya berlangsung cepat ketika persiapan berkas untuk daftar ulang dan sebagainya membuat saya pusing. Banyak sekali berkas yang harus disiapkan dan form data diri yang harus diisi. Lalu dari pihak UI ada peringatan agar hanya mengisi form data diri yang berasal dari UI. Jadi bingung akhirnya mana yang asli mana yang palsu. Namun diatas semua itu saya merasa bersyukur kepada Allah swt karena selalu mendengar doa saya dan keluarga saya.
Harapan saya untuk semua, baik diri saya sendiri, keluarga, maupun FK UI adalah untuk selalu meluruskan niat menjadi dokter, bukan untuk mendapatkan materi maupun kedudukan sosial, tapi kodrat manusia untuk selalu membantu sesama, dalam hal ini dokter untuk selalu berusaha mengobati pasiennya. Untuk diri saya sendiri saya juga berharap menjadi saksi ketika orang lain bahagia atas apa yang saya kerjakan tanpa pamrih.
Terakhir, motto hidup saya adalah “face the world with your own mask”. Hadapilah dunia dengan topengmu sendiri. Manusia adalah makhluk yang sosio-individualis. Mereka butuh orang lain dan disisi lain mereka adalah diri mereka sendiriyang membutuhkan privasi. Diri sendiri hanyalah satu dan ketika berhadapan dengan sosial yang begitu beragam mereka harus mengubah diri mereka, namun itu tidak mungkin, jadi mereka seolah-olah menggunakan sebuah topeng untuk menutupi diri mereka yang asli ketika berada dalam kehidupan sosial. Mereka beradaptasi dengan menggunakan topeng tersebut. Motto hidup itu memberi saya semangat sekaligus peringatan. Semangat untuk selalu beradaptasi dengan lngkungan sekitar serta peringatan untuk tidak melupakan siapa diri kita yang sebenarnya.

Komentar

Posting Komentar