[Perjalanan Menuju FKUI] Muhammad Erlangga Putra Harimurti


Nama saya Muhammad Erlangga Putra Harimurti. Panggilannya Erlangga atau Angga. Saya lahir di Jakarta dan tumbuh disana. Awalnya, saya mulai semuanya dari bermimpi. Sejak kecil, keinginan saya untuk menjadi dokter sudah mendorong saya untuk selalu mencoba menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Namun, keinginan itu bukan hanya keinginan kosong. Seiring berjalannya waktu, saya menemukan alasan – alasan lainnya hingga akhirnya saya memutuskan bahwa ini adalah jalan yang terbaik untuk saya. Tujuan utama saya adalah mengabdi untuk Tuhan dan orang – orang yang membutuhkan. Menurut saya tujuan saya itu sebenarnya adalah tugas harfiah seseorang sebagai manusia dan untuk saya, salah satu cara untuk menjalankannya adalah dengan menjadi seorang dokter. Orang tua dan keluarga saya juga berperan besar dalam pemilihan masa depan saya, orang tua saya terutama, suka memberikan saran dan nasehat. Salah satunya yang saya akan selalu ingat adalah ‘Bekerjalah untuk amalan, karena uang bisa dicari dengan mudah, tetapi amalan bukanlah hal yang mudah untuk dicari. Jadilah apapun itu yang kamu mau, asalkan kamu jadi pemuda yang baik dan berguna bagi orang lain.’ Itulah yang membuat saya semakin berani dan yakin untuk menempuh jalan ini.
Menurut saya, semua fakultas kedokteran yang ada di Indonesia itu sama saja. Mempunyai silabus yang mirip, mempunyai metode belajar yang kebanyakan sama, mempunyai dosen – dosen yang kualitasnya tinggi, dan mahasiswa yang cerdas serta gigih dalam berusaha. Menurut saya, yang membuat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah selain reputasi universitas dan mahasiswanya yang sudah terkenal, adalah lingkungan fakultasnya itu sendiri. Sarana prasarana yang lengkap sudah menunjang proses belajar mengajar, lingkungan kampus yang bersih dan elok, dan juga mahasiswa dari banyak daerah yang menciptakan keragaman di dalamnya. Banyak juga organisasi – organisasi yang ada di lingkungan Universitas Indonesia maupun Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang bisa diikuti mahasiswa yang berminat, membuat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia bukan cuma pintar dalam hal perlajaran tetapi juga pintar dalam berorganisasi.
Perjuangan saya yang sebenarnya dimulai saat SMP. Diakhir masa belajar kelas 3, saya diarahkan untuk membuat semacam planning pendidikan saya kedepannya. Saya memutuskan bahwa untuk menjadi dokter, saya akan bersekolah di SMA ini dan melanjutkan ke sekolah kedokteran. Pada saat itu di pikiran saya hanya ada satu sekolah kedokteran, ‘Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,’ yang katanya adalah sekolah kedokteran favorit Indonesia. Sejak saat itu, semakin terpaculah saya untuk terus berusaha agar apa yang saya cita – citakan selama ini tidak kandas ditengah jalan. Waktu itu saya masih murid yang memiliki prestasi akademik yang bisa dibilang diatas rata – rata teman – teman saya kebanyakan dan saya berusaha keras untuk bisa mempertahankannya sampai UN SMP. Nilai TO UN saya waktu SMP selalu kurang memuaskan. Tapi saya sadar, tujuan saya bukan untuk mendapat nilai TO yang bagus, melainkan mendapat nilai UN yang bagus, sehingga saya mengambil langkah ‘slow but sure’, saya mulai memperbaikki pelan – pelan, walaupun tidak signifikan, tapi saya menetapkan bahwa nilai saya harus terus naik dan tidak turun. Pada akhirnya, nilai UN saya lah yang paling tinggi diantara nilai – nilai TO yang sudah saya jalani sebelumnya dan saya berhasil mencapai target. Saya diterima di SMA yang saya targetkan tersebut.
Masa SMA adalah masa perjuangan paling berat buat saya. Disitu saya belajar apa rasanya jatuh dan apa rasanya bangun lagi, apa rasanya mendapatkan dan kehilangan sesuatu, apa rasanya berusaha dan berdoa namun gagal lagi dan pada akhirnya berhasil. Di SMA, saya bukan anak yang cemerlang, bahkan jauh dari kesan itu. Saya dikenal sebagai anak yang biasa saja dalam hal akademis, bahkan cenderung menengah kebawah kalau  dilihat dari tahun pertama saya belajar di SMA. Bayangkan, saya pernah dapat nilai D+ untuk mata pelajaran matematika wajib. Tentu setelah itu saya mengevaluasi diri sendiri, tetapi memang pengalaman seperti itu akan saya ingat selalu dan menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk saya kedepannya. Saya percaya cuma saya yang bisa mengubah keadaan ini dan saya harus percaya pada diri sendiri bahwa saya bisa berubah. Dibalik itu, saya bergabung dengan organisasi Perwakilan Kelas. Saya belajar banyak hal, kerjasama, perbedaan, kebersamaan, kedisiplinan, keteraturan, dan yang paling penting yaitu kekeluargaan. Tidak hanya itu, saya juga bergabung dengan organisasi jurnalistik dan juga beberapa lomba seni. Dengan jadwal seperti itu, saya pernah jatuh dan terpuruk, namun saya bangkit lagi dan tentu saja saya tidak bangkit sendiri, saya semakin kuat untuk bangkit karena keluarga dan teman serta cita – cita yang masih jauh rasanya dari kata tercapai. Semakin tinggi tingkatan, semakin tinggi pula cobaan yang ada. Dikelas dua, saya mulai mencoba mengimbangi antara akademik dan organisasi. Lagi – lagi, hasilnya tidak signifikan, tapi saya mulai bisa mengimbangi terus sampai ada sedikit perubahan dalam hal akademik dan juga dalam diri saya sendiri. Lalu, kelas tiga SMA adalah goncangan yang sangat dahsyat untuk saya. Pasalnya, inilah akhir dari masa SMA saya, either I’ll make it, or break it, semuanya ada di tangan Tuhan dan saya. Masa kelas tiga inilah dimana semangat saya terbakar. Saya terus berusaha dan berdoa, walaupun memang hasilnya bukan yang paling baik. Saya percaya, bahwa tidak ada yang tidak mungkin, saya yang dulu bukan yang sekarang, saya yang sekarang adalah saya yang bertekad untuk mencapai cita – cita dengan cara yang benar. Benar saja, semangat itu saya terapkan menjadi aksi yaitu salah satu buktinya adalah kartu absen bimbingan belajar yang tidak ada kosong nya (kecuali saat sakit DBD). Setelah masa bimbingan kelas XII selesai, tibalah saatnya masa bimbingan intensif untuk SBMPTN, SIMAK, Ujian Mandiri, dan sebagainya. Cara utama saya belajar adalah selain ikut bimbingan belajar adalah belajar bersama teman – teman saya hampir setiap hari. Kami belajar bersama dengan cara mengerjakan soal bersama – sama, bertukar  pikiran, saling mengajari, dan masih banyak lagi. Sehingga, menurut saya, saya jadi makin termotivasi dan saya tidak merasa saya berjuang sendiri.
Hari ujian pun tiba, saya berusaha sebaik – baiknya dalam mengerjakan soal – soal yang diberikan. Setelah ujian saya cuma bisa berdoa dan berharap bahwa saya diterima di Universitas yang saya sudah pilih. Saat menunggu, saya selain belajar untuk ujian – ujian yang dating pada saat itu dan berdoa, saya juga bertemu teman – teman lama saya hanya sekadar untuk berbincang dan bertukar pikiran tak lupa juga bertukar doa. Saya terus berdoa semoga Tuhan memberikan yang terbaik untuk saya, keluarga saya, dan teman – teman saya yang sedang berjuang untuk mendapatkan bangku di Universitas Idaman.
Sebulan kemudian, hari yang ditunggu pun tiba, saya pun siap membuka hasil SBMPTN. Harapan saya pada SBMPTN tidak terlalu tinggi sehingga saat saya mengetahui bahwa saya tidak diterima lewat SBMPTN, saya tidak terlalu shock ataupun sedih. Saya justru sedih karena beberapa teman saya tidak diterima juga di jalur ini. Beberapa hari kemudian, dating pengumuman lainnya, yaitu pengumuman SIMAK. Kebetulan pengumuman SIMAK Reguler dan SIMAK KKI dipercepat. Waktu membuka pengumuman SIMAK, saya didampingi oleh ayah saya. Siang itu saya membuka pengumuman untuk kedua jenis SIMAK, saya langsung sujud syukur setelah membaca pengumuman, bahwa saya diterima di kedua jenis simak tersebut. Saya diterima di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan manajemen reguler dan juga di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia KKI. Butuh beberapa hari bagi saya untuk menentukan yang mana yang diambil, namun akhirnya saya memilih untuk menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Untuk kedepannya, saya berharap saya bisa lebih berkembang lagi, untuk bisa jadi lebih dari seorang mahasiswa yang mempunyai nilai bagus, untuk bisa berorganisasi tanpa mengganggu prestasi akademis, untuk bisa mempunyai banyak teman apalagi yang bukan dari yang sama fakultas. Saya juga berharap keluarga saya terus mendukung saya dan selalu menjadi alasan saya untuk pulang serta menjadi pundak bagi saya untuk bersender. Dan harapan terakhir, untuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, semoga kedepannya bisa terus maju jaya serta terus mencetak calon – calon dokter yang berkualitas dari segala aspek.

Akhir kata, saya hanya ingin menyampaikan bahwa mulailah sesuatu dari bermimpi, bangunlah mimpi itu pelan – pelan, tapi pasti. Lalu jangan takut untuk menggapai mimpi itu. Semua perjuangan itu tidak mudah, ada kalanya kita berbahagia, ada juga kalanya kita berduka. Tapi saya percaya, diakhir perjuangan itu, pasti ada ujung yang bahagia, ujung dari mimpi kita yang telah terwujud. Saya bukan orang paling pintar di dunia ini, atau di Indonesia, atau bahkan di Universitas Indonesia apalagi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, tapi saya yakin, pintar bukanlah segalanya, usaha bisa mengalahkan kepintaran, apalagi doa, dan jangan lupa, ‘If you believe yourself, than you can be anything you want. Because if you believe in yourself, nothing is impossible anymore.’

Komentar

  1. Hebat banget dari kecil sudah tahu ingin menjadi dokter. Sukses terus ya erlanggaaaaa

    BalasHapus
  2. Hebat ga jangan mau menyerah ya untuk kedepannya

    BalasHapus
  3. Kereen, semoga jadi dokter yang sukses ya ga

    BalasHapus
  4. wedehh pantang menyerah, hebat anda Erlangga

    BalasHapus
  5. Tetap terus percaya diri yaa Angga! Hebat!

    BalasHapus
  6. Awesome Angga… so proud

    BalasHapus

Posting Komentar