[Perjalanan Menuju FKUI] Nadine Herdwita Putri Soerojo




Perkenalkan, nama saya Nadine Herdwita Putri Soerojo dan biasa dipanggil Nadine. Saya berasal dari SMA Labschool Kebayoran Jakarta. Menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2016 bagi saya merupakan suatu kebanggaan dan anugerah yang besar.
Saya sudah memiliki impian untuk menjadi dokter sejak saya duduk di bangku kelas 5 SD. Walaupun mungkin sebagian besar cita-cita anak kelas 5 SD memang tidak jauh dari menjadi dokter, polisi, guru, dan pilot. Seiring dengan berjalannya waktu, impian itu tidak hilang sampai 7 tahun kemudian, di mana saya harus menentukan universitas dan jurusan apa yang terbaik dan sesuai dengan keinginan saya pada saat pendaftaran SNMPTN 2016. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftarkan diri saya di kampus impian saya, yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Banyak teman saya yang mengatakan bahwa SNMPTN hanyalah sebuah bonus, ibarat beli sabun kemudian mendapatkan sebuah piring cantik. Kata mereka, SNMPTN bukan merupakan sesuatu yang perlu diharapkan. Namun, tidak bagi saya.
Selama kelas 12, saya tidak mengikuti bimbingan belajar khusus untuk SBMPTN karena saya merasa saya harus fokus persiapan ujian nasional. Setelah ujian nasional pada bulan April selesai, saya diajak oleh kembaran saya, Nadija, untuk daftar salah satu bimbingan belajar khusus SBMPTN. Bisa dikatakan bahwa saya terlalu “pede” dengan hasil SNMPTN saya yang akan datang, sehingga saat diajak daftar bimbingan belajar khusus SBMPTN oleh kembaran saya, saya menjawab, “Nanti dulu, tunggu pengumuman SNMPTN.” Di mana jarak pengumuman SNMPTN dan SBMPTN hanya berjarak 20 hari saja (waktu yang sempit untuk saya yang belum pernah mengikuti bimbingan belajar apapun).
Untungnya, Nadija berhasil memaksa saya mendaftarkan diri di salah satu bimbingan belajar khusus SBMPTN setelah UN berakhir, karena ternyata pengumuman SNMPTN tidak sesuai dengan harapan saya.  Kembaran saya yang jauh lebih semangat ikut bimbingan belajar justru lolos seleksi SNMPTN di kampus impiannya, STEI ITB. Melihat tulisan “Maaf, Anda belum lolos seleksi SNMPTN 2016” adalah kesedihan terdalam yang pernah saya alami karena sebelumnya saya belum pernah terlalu berharap akan sesuatu.
Saya melanjutkan belajar di bimbingan belajar tersebut bersama teman-teman SMA saya. Beratus-ratus soal saya kerjakan untuk persiapan SBMPTN 2016. Pilihan pertama SBMPTN saya tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pilihan kedua dan ketiga saya adalah salah satu fakultas kedokteran di Malang dan di Bali. Hingga tryout terakhir, nilai saya belum mencapai passing grade  yang dianggap “aman” oleh teman-teman saya kalau ingin masuk FK UI. Tibalah hari yang sangat menegangkan, diluar dugaan saya, soal SBMPTN tahun ini tergolong susah.
Sekitar 10 hari sebelum SBMPTN, saya mendaftarkan diri di salah satu bimbingan belajar lain di dekat sekolah saya, kali ini adalah program khusus SIMAK UI 2016. Rutinitas saya jam 10 pagi mulai belajar di bimbel SBMPTN kemudian jam 5 sore sampai 9 malam saya belajar di bimbel SIMAK UI. Saat mengikuti tes SIMAK UI saya merasa lebih santai karena untuk SIMAK UI tidak ada hal semacam passing grade sehingga saya merasa lebih tenang, walaupun saya tidak terlalu yakin dengan jawaban-jawaban saya.
Singkat cerita, hari pengumuman SBMPTN tiba. Hasilnya pun juga belum sesuai dengan keinginan saya, walaupun saya tetap bersyukur masih diterima di salah satu fakultas kedokteran di Bali. Saya tidak menangis karena tidak ingin bersekolah di Bali, tetapi saya menangis karena belum berhasil mendapatkan kampus impian saya. Selang 2 hari kemudian adalah pengumuman SIMAK UI. Sebelum membuka pengumuman, saya sudah melepas dan mengikhlaskan FK UI, berusaha menerima bahwa mungkin bukan jalan saya untuk melanjutkan sekolah di FK UI. Alhamdulillah, doa saya masih dikabulkan. Di jalur terakhir masuk UI, saya masih diterima.
Semua usaha yang saya lakukan akan sia-sia apabila tidak diiring oleh doa dan ibadah yang cukup. Saya berharap saya bisa membanggakan kedua orangtua saya dengan menjadi seorang dokter yang bijak dan berguna bagi masyarakat. Begitu juga dengan teman-teman FK UI 2016 yang lainnya, saya berharap kita bisa menjadi dokter yang ikhlas menolong sesama tanpa pamrih.

Komentar

  1. Waaaaah sangat menginspirasi ceritanya, semangat!!

    BalasHapus
  2. Semoga bisa sumpah dokter bareng ya dine:))

    BalasHapus
  3. Semua ada jalannya masing-masing ya, dine. Sukses di FKUInya dan kembarannya di STEI :)

    BalasHapus
  4. semangat terus budok!

    BalasHapus
  5. Wah ceritanya sangat menginspirasi bNGET

    BalasHapus
  6. wah ceritanya lumayan unik nihh... sukses di FKUI ya

    BalasHapus
  7. Wih, "hard work always pays" ya dine. Sukses selalu ya di FKUI

    BalasHapus
  8. Sukses selalu nadin.semangat terus nadin tetap berjuang.

    BalasHapus
  9. bagus nadine! semangat terus yaa

    BalasHapus

Posting Komentar