[Perjalanan Menuju FKUI] Nadira Fildza Amanda


Perkenalkan nama saya Nadira Fildza Amanda, kerap disapa Nadira atau Icha. Saya lahir pada tanggal 8 Juli 1998 di Jakarta, Indonesia. Saya merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Walaupun sempat terkena virus rubella saat berada di dalam kandungan, saya dapat lahir dengan kondisi normal setelah menerima perawatan. Seluruh pendidikan dasar saya tempuh di Jakarta. Sejak bersekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)  28 Jakarta, saya dituntut untuk hidup mandiri karena tinggal terpisah dengan orang tua. Setelah menimba ilmu di SMAN 28 Jakarta, saya akhirnya dapat melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (selanjutnya disingkat FKUI) sebagai mahasiswa angkatan 2016. Puji syukur tak henti saya ucapkan atas karunia-Nya. Awalnya, impian pertama saya adalah menjadi astronot. Ketertarikan ini berawal dari keingintahuan saya terhadap benda-benda langit beserta jagat raya. Saya ingin menjelajahi luar angkasa. Menurut saya, ilmu astronomi membuka lebar pintu ilmu pengetahuan karena subjeknya yang sangat luas. Namun, impian saya berganti untuk menjadi dokter saat umur 6 tahun. Saat itu, saya sering mengunjungi rumah sakit baik untuk pemeriksaan diri sendiri maupun menemani anggota keluarga saya. Hal tersebut menjadikan saya tidak seperti anak kecil kebanyakan yang takut akan rumah sakit. Saya malah merasa nyaman dengan rumah sakit, penasaran dengan alat kedokteran, dan memunculkan impian untuk menjadi dokter. Saya mengagumi profesi dokter yang membantu menyembuhkan pasien serta memberikan dukungan moral kepada keluarganya. Selain itu, dokter membantu meningkatkan taraf kesehatan di Indonesia. Selain itu, ilmu kedokteran sangat luas cakupannya. Hal tersebut membuat saya sangat tertarik menjadi dokter.   Sejalan dengan waktu, minat saya bertumbuh tetapi dokter masih menjadi salah satu impian saya.. Awalnya saya mengiginkan berkuliah di universitas yang berakreditasi A untuk jurusan kedokteran di pulau Jawa karena semua pendidikan dokter pada prinsipnya sama hanya metode pembelajarannya berbeda. Namun, saya akhirnya memutuskan untuk mengejar FKUI saat kelas XI SMA. Hal ini berdasarkan keinginan saya untuk menimba ilmu di tempat terbaik. Menurut saya FKUI akan menjadi wadah yang paling tepat agar saya dapat berkembang dalam bidang kedokteran. Hal ini tidak perlu diragukan lagi, mulai dari input mahasiswa baru, riset yang dilakukan FKUI, output lulusan yang berkancah di bidang kesehatan, serta merupakan fakultas kedokteran yang pertama di Indonesia. Berbagai usaha saya lakukan. saat SMP, saya mengikuti Olimpiade Biologi ,dikarenakan bidang kedokteran juga mempelajari  itu, lalu kandas di tingkat provinsi. Walaupun gagal, saya memahaminya sebagai langkah awal untuk masuk fakultas kedokteran. Memasuki SMA, saya makin sadar bahwa persaingan untuk masuk jurusan kedokteran sangat ketat. Saat itu, saya berusaha serta berlomba mendapatkan yang terbaik agar dapat masuk lewat jalur SNMPTN. Waktu pun berjalan, nilai saya saat itu tidak stabil naiknya karena pelajaran bukan merupakan prioritas saya saat tu dan tidak terlalu fokus dalam belajar. Saat duduk di kelas 12, saya bertekad untuk masuk lewat jalur SBMPTN atau SIMAK UI karena menurut saya rapor saya kurang cukup baik untuk masuk FKUI lewat jalur SNMPTN. Saya mengikuti bimbel serta belajar sendiri untuk mencapainya. Semester terakhir pun datang, saya hanya memfokuskan diri untuk SBMPTN dan SIMAK UI. Setiap hari saya lalui dengan belajar, namun bukan dengan cara diforsir. Saya meluangkan waktu sekitar satu jam setiap empat hari dalam seminggu. Nilai yang saya junjung dalam belajar adalah fokus, efektivitas, pemahaman, serta pengaplikasian. Dalam waktu satu jam, saya berusaha memahami satu sampai dua topik. Selain diiringi doa, saya menyempatkan untuk berlatih soal karena pemahaman materi tidaklah cukup untuk mengikuti ujian tulis. Semakin sering kita berlatih, semakin siap kita menghadapi berbagai jenis soal dan waktu yang kita butuhkan untuk mengerjakannya berkurang. Pengumuman SNMPTN pun keluar dan saya dinyatakan tidak lulus. Hal ini tidak membuat saya sedih tetapi malah memicu saya untuk belajar lebih giat. Saya melakukan pembelajaran intensif setiap harinya. Setelah mempersiapkan diri, saya akhirnya mengikuti SBMPTN dan SIMAK UI. Kemudian tibalah masa penantian yang membuat saya berharap sekaligus cemas. Pengumuman SBMPTN pun keluar dan saya tak henti mengucapkan rasa syukur karena diterima di jurusan pendidikan dokter fakultas kedokteran Universitas Indonesia yang merupakan pilihan pertama saya. Saya menyadari bahwa kelulusan lewat jalur SBMPTN bukan merupakan akhir pelajaran saya melainkan satu langkah yang saya lewati demi mencapai impian saya. Perjalanan panjang masih akan berlanjut. Selama berkuliah nanti, saya ingin berprestasi dalam bidang akademik maupun aktif dalam organisasi. Saya yakin bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk berkontribusi baik untuk diri sendiri, fakultas, almamater, maupun negara dan dua hal di atas merupakan cara termudah yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mewujudkannya. Saya berharap dapat memberikan kemampuan yang terbaik, tabah sampai akhir, serta mengabdi kepada bangsa dan  negara. Saya juga tidak bisa melupakan peran keluarga terutama kedua orangtua saya yang senantiasa mendukung di segala saat. Rasa syukur dan cinta tak dapat saya ungkapkan atas kepercayaan Ayah dan Bunda atas pilihan-pilihan yang saya buat. Semua ini juga tidak akan tercapai tanpa bantuan teman-teman dalam segala bentuk yang membuat saya mencapai sejauh ini.  Semoga dukungan dan semangat dari keluarga dan teman-teman,yang membuat saya hingga seperti ini, tidak berhenti sampai di sini. Sebagai seorang mahasiswa baru, saya berharap dapat menyatu dengan seluruh mahasiswa FKUI terutama FKUI 2016. Saya yakin FKUI dapat lebih maju ke depannya dengan berbagai kegiatan yang ada dan terus mendulang prestasi, baik akademik maupun organisasi. Sebelum itu, mahasiswa FKUI 2016 harus bersatu agar dapat berjalan bersama-sama ke depannya.  Semoga saya dapat menjadi salah satu orang yang mengharumkan nama FKUI. Hingga saat ini ada satu kalimat yang membuat saya terus memacu diri saya, yaitu
“Kita selalu dapat membuat pilihan, kita pulalah yang dapat membuat perubahan”
Hidup sendiri adalah sebuah pilihan yang tersusun atas jalinan pilihan yang kita buat. Jalinan pilihan itu kemudian membuat perubahan di hidup kita, Kita tidak boleh takut membuat kesalahan saat menentukan pilihan. Kesalahan memang dapat terjadi tapi kita dapat meminimalisirnya. Walaupun kita melakukan kesalahan, pilihan lain untuk memperbaikinya akan terbuka. Perubahan juga sangat dibutuhkan karena kita akan tertinggal tanpa ada perubahan.

Komentar

  1. Tidak akan pernah ada kegagalan bila kita belum berhenti mencoba. InsyaAllah selalu memberikan manfaat ya, Nadira :)

    BalasHapus
  2. Wihh canggih, semangat teruss nadd

    BalasHapus
  3. sabar banget ya mba sampe tunggu simak.. semangat naad!

    BalasHapus
  4. waahh semangat banget cuyy.. keep up the good work

    BalasHapus
  5. keren paraah nadd tetap semangadd

    BalasHapus
  6. asikk nad..majuu terus ! kerja keras memang tidak pernah mengecewakan:)

    BalasHapus
  7. Nad, jujur aku juga dulu pengen jadi astronot loh...

    *komen gapenting

    BalasHapus
  8. Asik bet laah sistem belajarnya wkwk "nilai yang saya junjung adalah.
    .." Tsaah wkwk

    BalasHapus

Posting Komentar