Halo! Saya, Nathalia Isabella Muskitta, mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2016. Akrabnya dapat dipanggil Nath. Universitas Indonesia bukanlah tempat yang asing bagi saya karena saya berdomisili di Depok saat SMA, tepatnya SMAN 1 Depok. Jarak tempat tinggal saya pun hanya berjarak sekitar 7 km dari UI. Tidak jauh, bukan? Selebihnya, saya adalah mahasiswa baru pada umumnya yang berusia 17 tahun saat hendak memasuki dunia perkuliahan jadi tidak begitu spesial hingga dapat masuk media. Namun, saya sendiri sangat bangga dan merasa spesial karena bisa menjadi bagian dari FKUI 2016. Mengapa? Tentu saja karena FKUI adalah salah satu fakultas kedokteran terbaik yang mencetak dokter-dokter hebat dan tidak dapat diragukan lagi kualitasnya. Segala kelebihan FKUI tidak hanya menimbulkan rasa bangga namun juga rasa tanggung jawab untuk dapat menjadi mahasiswa FKUI yang tetap mempertahankan kiprah baik FKUI. Tidak berhenti di titel “mahasiswa”, lulusan FKUI pun harus menjadi dokter-dokter hebat pahlawan dan kebanggaan bangsa.
Menjadi bagian dari FKUI tentu tidaklah mudah. Ibaratnya, terlalu banyak tetesan keringat dan air mata untuk menjadi mahasiswa FKUI. Perjuangan saya tentu saja dimulai sejak duduk di bangku kelas 10 SMA karena jalur SNMPTN meninjau nilai siswa dari semester 1-5. Di kelas 10, nilai saya tergolong biasa-biasa saja. Tidak terlalu “wah” karena masih masa adaptasi. Namun, di kelas 11 saya berjuang sebaik-baiknya dalam bidang akademis padahal pada kelas 11 itulah banyak kegiatan nonakademis bermunculan. Namun karena kegiatan nonakademis itu “menyerang”, saya semakin giat mempertahankan bidang akademisnya. Saya rajin mengikuti bimbingan belajar karena kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas mungkin kurang efektif akibat sering dispensasi atau sebagainya. Saya juga tidak menunda-nunda tugas karena tentu saja akan menumpuk dengan tugas-tugas nonakademis maupun akademis lainnya. Saya juga membuat target nilai ujian demi memotivasi diri agar berusaha keras. Benar saja, hasil tidak akan mengkhianati usaha. Memasuki kelas 12, semua anak rata-rata langsung berjiwa ambisius karena dunia perkuliahan terasa sudah sangat di depan mata. UN, SNMPTN, SBMPTN, SIMAK, UM, dan yang lainnya terasa selalu menghantui anak-anak kelas 12. Di kelas 12, terbentuklah forum angkatan. Bidang akademis forum angkatan pun mulai sibuk mendata tujuan dan target universitas serta jurusan anak-anak satu angkatan. Disitulah saya mulai ketar-ketir. Bingung menentukan universitas, lebih tepatnya. Dokter memang sudah menjadi cita-cita sejak kecil yang masih terus menjadi tambatan hati jika ditanya “mau jadi apa kamu?”. Namun memilih universitas untuk dicantumkan di formulir SNMPTN bukanlah hal yang mudah. Setelah berbagai pergumulan, doa, puasa, dan diskusi bersama orangtua akhirnya difiksasikanlah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai satu-satunya pilihan di SNMPTN. Meskipun sudah memilih dan diyakinkan oleh berbagai pihak, saya tetap mengikuti intensif SBMPTN. Kenapa? Karena jalur masuk kuliah siapa yang bisa prediksi?
Syukurlah, puji Tuhan, SNMPTN adalah jalur yang diberikan oleh Tuhan menjadi rezeki saya. Jika ditanya apa tips masuk FKUI terkhusus jalur undangan, saya hanya bisa bilang study hard and pray harder karena sesungguhnya seberapa besar pun usahamu kalau bukan rencana Tuhan pasti tidak akan terjadi. Rencana kita belum tentu rencana Tuhan dan rancangan kita tentang masa depan kita belum tentu rancangan Tuhan. Oleh karena itu, satu-satunya cara adalah menyerahkan kembali kepada Yang Empunya Hidup. Tapi, jangan lupa berusaha! Doa tanpa usaha adalah sia-sia, bukan?
Saat pengumuman SNMPTN, rasanya tidak bisa dideskripsikan. Saat itu, saya sedang mengikuti intensif SBMPTN. Saat jam pengumuman, saya masih belajar di kelas. Dari luar kelas, ramailah teriakan-teriakan guru jika mengetahui si anak A, B, C lolos. Tentu saja, konsentrasi belajar jadi berkurang. Rasanya penasaran namun takut. Akhirnya, saya putuskan untuk membuka di rumah saja. Setelah selesai kelas, saya pun mengaktifkan HP saya untuk meminta jemput. Ternyata, sudah banyak pesan dari keluarga saya yang turut bahagia atas kelolosan saya yang bahkan pada saat itu saya sendiri pun belum mengecek. Ketika membaca pesan dari orang tua saya tentang betapa bangganya mereka, saya hanya mampu mengucap syukur tanpa henti. Namun terasa juga sedihnya ketika mendapati sahabat seperjuangan belum lolos. Tapi, tenang saja, buktinya memang rezeki sudah ada yang mengatur.
Saya menyadari benar semua cerita diatas hanya permulaan dari hidup saya. Masih banyak jalan berliku atau bahkan jurang yang menunggu perjuangan saya kedepan. Saya sendiri berharap kebahagiaan menjadi mahasiswa baru FKUI ini akan berganti menjadi kebahagiaan-kebahagiaan lain bersama teman sejawat ketika sudah mampu mengabdikan diri bagi bangsa. Saya berharap saya mampu terus melayakkan diri saya untuk menjadi “pahlawan-pahlawan” di bidang kesehatan kelak. Membanggakan keluarga, menopang keluarga, sayang keluarga sekaligus menjaga nama baik keluarga adalah hal yang harus terus saya perjuangkan. Kiranya, FKUI 2016 ini adalah awal yang baik dan pada akhirnya menjadi akhir yang baik juga. Semoga FKUI tetap bisa menjadi penghasil dokter-dokter pahlawan bangsa; entah bisa diukur dengan indikator atau pun yang kasat mata oleh media atau badan riset.
FKUI 2016? JUARA!
Do the best and let God do the rest (and also the best).
nathalia panutanqu
BalasHapusp.s: YES it is nice lulus undangan isn't it cuma gabutnya itulho
selamat bu dokter
BalasHapusuuuuu congrats nattt
BalasHapuswaw budok keren cuy
BalasHapusselamat ya nat!
BalasHapusSelamaat selalu ya nat!!!!!
BalasHapusSemangat terus ya nath
BalasHapusluvluv nath semangat trs budok!!
BalasHapusnath 👏👏 berjuang terus yaa
BalasHapusnath 👏👏 berjuang terus yaa
BalasHapus