Nama saya Nida Ghitha Aulia, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 Oktober 1998 oleh seorang bapak yang bernama Yuniar Hendratmoro dan ibu yang bernama Intania Rita Barawati dengan profesi yang berbeda. Bapak saya sebagai wiraswasta dan ibu saya sebagai dokter umum lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Saya merupakan anak ke 5 dari 6 bersaudara. Saat di tingkat Kelompok Belajar, saya bersekolah di KB Kejora Kelapa Gading. Kemudian saya melanjutkan pendidikan di TK Al-Azhar Pusat, lalu SDI Al-Azhar Kelapa Gading dan SMP Labschool Rawamangun. Saat lulus dari SMP, saya ingin melanjutkan pendidikan saya di SMAN 8 Jakarta, tetapi nem saya tidak mencukupi, akhirnya saya melanjutkan pendidikan di SMA Labschool Rawamangun hanya dalam 1 tahun atau hanya kelas 10 saja, kemudian saya mutasi ke SMAN 8 Jakarta.
Sejak kecil memang saya tertarik dengan dunia kedokteran. Pada umur saya yang ke lima tahun, saya sudah dikenali oleh kakek saya bernama Prof. Dr. dr. Suharyono, Sp.A. Sejak kecil mungkin ia adalah inspirasi saya untuk mengabdi dalam dunia kedokteran. Dari cerita yang ibu dan tante saya ceritakan, ia merupakan lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada yang memang sangat pintar di sekolahnya kemudian dia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ia melakukan penelitian di beberapa negara di dunia. Mendengar semua cerita tentang eyang saya, saya tertarik untuk melanjutkan pendidikan saya di kedokteran. Lalu saya mencari tahu, sekolah kedokteran apa yang terbaik di Indonesia dan memang sejak kecil ibu saya selalu berkata bahwa jika saya melanjutkan pendidikan kuliah nanti, sebaiknya saya melanjutkan nya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saja. Kemudian saya mencari tahu tentang FKUI, memang sekolah ini merupakan sekolah kedokteran favorit sejak dahulu hingga sekarang. Ditambah memang FKUI merupakan impian saya sejak kecil. Menurut saya, FKUI adalah wadah terbaik bagi saya untuk mengembangkan potensi atau ilmu kedokteran saya. Tetapi, kembali lagi ke diri kita masing-masing. Walaupun kita bersekolah di tempat terbaik tetapi diri kita tidak melakukan yang terbaik, misalnya, malas belajar, tidak disiplin, tidak kreatif dalam mengembangkan suatu hal, akan berujung percuma saja. Menurut saya, kita harus bisa menjadi nomor satu diantara nomor satu. Di Indonesia dari beberapa informasi yang saya ketahui, bahwa memang FKUI merupakan sekolah kedokteran favorit nomor satu di Indonesia. Jadi saya harus belajar dengan serius agar menjadi nomor satu diantara nomor satu.
Pada 23 Juni 2015, bapak saya yang sangat saya cintai, menghembuskan nafas terakhirnya diumur yang ke 53 tahun setelah melewati berbagai pengobatan selama tiga tahun. Saat itu saya baru memasuki kelas tiga SMA. Saya amat sangat sedih saat menghadapi bahwa saya sudah tidak punya lagi sosok pria yang sangat berjasa bagi keluarga nya. Saat ia mengalami masa pengobatan, Ia selalu berkata agar saya bisa menjadi seorang dokter yang bisa mengobati orang yang sakit, tanpa melihat berapa besar balas imbalannya. Disitu saya terus semangat dan termotivasi untuk terus belajar segiat mungkin untuk meraih cita-cita saya menjadi seorang dokter yang pastinya menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Untuk mencapai itu semua, saya perlu mengejar tahap pertama yaitu masuk ke sekolah kedokteran yang menurut saya terbaik yaitu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dari awal saya masuk SMA, saya sudah menargetkan cita-cita saya untuk masuk ke FKUI, sehingga saya memfokuskan diri untuk terus belajar. Saya belajar dengan cara membaca, merangkum dari buku, berlatih soal-soal, dan terus mengulang pelajaran. Pelajaran favorit saya dahulu yaitu biologi karna ada bab yang berhubungan dengan tubuh manusia. Waktu-waktu SMA saya lalui, saya juga mengusahakan nilai rapor saya untuk selalu meningkat demi diterima di jalur SNMPTN, tetapi keberuntungan belum berpihak ke saya saat itu. Sejak mengetahui bahwa saya tidak diterima di jalur SNMPTN, semangat belajar saya memuncak, dari pagi hingga malam saya mengisi hari-hari saya untuk belajar. Saya mengikuti dua bimbingan belajar yaitu Inten dan BTA, pada pagi hari saya BTA, kemudian dari siang hingga malam saya belajar di Inten. Selain belajar, tentu saya harus melengkapi dengan beribadah. Menurut saya, jika ingin mendapatkan sesuatu, kita harus lebih dekat dengan Tuhan yang menciptakan kita. Tetapi terkadang seseorang yang sudah mendapatkan apa yang sudah ia dapatkan, ia melupakan Tuhan nya kembali. Sikap itu yang akan saya hindari. Saya mendekatkan diri kepada Tuhan Allah dengan selalu melaksanakan shalat wajib 5 waktu, melaksanakan shalat Sunnah seperti tahajud, dhuha, rawatib, dan sunah-sunah lainnya, membaca quran, berdzikir, dan aktifitas kerohanian lainnya. Disamping itu, tentu restu orang tua merupakan hal terpenting untuk terkabulnya segala doa saya. Sehari sebelum SBMPTN, saya belajar hingga larut malam sehingga saya kelelahan esok harinya dan merasa kesulitan saat mengerjakan nya. Setelah ujian SBMPTN, saya drop dan sakit, hingga saya menyadari, kesehatan itu sangat penting untuk diri saya, dan saya tidak boleh terus-terusan memforsir diri saya untuk terus belajar. Seminggu kemudian, saya melaksanakan ujian SIMAK UI, sehari sebelum ujian, saya tidak belajar hingga larut malam dan tidur cepat. Akhirnya saat ujian tubuh saya sehat dan saya dapat dengan mudah mengerjakan soal-soal SIMAK UI.
Menunggu hasil dari SBMPTN dan SIMAK UI, saya hanya bisa bersabar dan pasrah atas kehendak Tuhan yang Maha Esa. Saya sudah melakukan yang terbaik dan selalu berdoa tiap saat. Memasuki bulan Ramadhan, saya memanfaatkan bulan yang menurut agama saya yaitu agama Islam merupakan bulan mulia untuk memperbanyak beribadah dan berdoa. Pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, yang disitu terdapat malam lailatul qadr, saya memanfaatkannya untuk I’tikaf di masjid semalaman dan berdoa untuk kelulusan saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat pengumuman SBMPTN, saya sudah mempunyai firasat yang buruk, dan benar, saya tidak diterima di PTN yang saya inginkan. Disaat itu saya down dan merasa saya gagal untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Tiga hari kemudian merupakan hari pengumuman SIMAK UI, saya tidak berani membukanya hingga keesokan harinya, pada malam itikaf setelah sholat qiyamul layl jam 3.30, saya membuka website simak ui di hp saya dan memasukan nomor ujian saya, dan saat saya melihat tulisan ‘Pendidikan Dokter’, hati saya begitu senang, saya dan ibu saya ujud syukur, dan mengeluarkan air mata kebahagiaan.
Dalam hidup ini saya berharap, saya dapat menjadi seseorang yang berguna bagi banyak orang, lebih baik dari hari hari yang lalu, dan sesuai dengan cita-cita saya menjadi seorang dokter, saya berharap dapat menekan angka kematian atau menaikan masyarakat yang sehat di Indonesia, dan menjadi seseorang dokter yang tulus membantu mengobati orang yang sakit dan mengabdi di dunia kedokteran tanpa melihat berapa besar imbalan atau balasannya. Saya berharap untuk FKUI dapat terus memajukan pendidikan kedokteran di Indonesia bukan hanya mengajarkan pendidikan saja, tetapi juga menciptakan dokter-dokter terbaik yang dapat bermanfaat bagi banyak orang dan tulus menolong seseorang dengan ilmu kedokteran yang telah diajarkan di FKUI dan juga praktik yang terlatih di FKUI maupun saat menjadi co-assistant doctor (koass). Untuk keluarga saya, saya berharap kami dapat menjadi orang yang berguna dan kami saling tolong menolong selalu hingga kami tua nanti terutama untuk ibu saya, orang tua saya satu-satunya untuk dapat sehat selalu dan dapat melihat saya sukses menjadi seorang dokter spesialis. Saya berharap di kehidupan lain, bapak saya juga bisa melihat saya sukses selalu.
Menjadi seseorang yang sukses dalam meraih impian tertinggi tidaklah mudah jika kita hanya terus melihat kekurangan dari diri kita dan terus memikirkan masa lalu yang membuat kita sedih dan merugikan diri kita. Tetapi semua itu akan mudah kita raih jika kita terus mengembangkan diri kita menjadi yang lebih baik, selalu berfikir ke depan, dan tidak mengeluh menghadapi masalah yang sulit.
insyaAllah Tuhan sudah mendengarkan permohonanmu ghitt ;) sukses ya
BalasHapusSemangat terus ghitha!! Go go go
BalasHapusKisah yang sangat menginspirasi... menyadarkan kita akan hakikat manusia seutuhnya. Manusia boleh berharap, tetapi Tuhan lah yang berkehendak. InsyaAllah bisa jadi pelayan masyarakat yang senantiasa amanah ya, Ghit!
BalasHapusmantap ghita! memang rezeki itu gatau dateng kapan dan dimana ya.. eh dapetnya di SIMAK hehe
BalasHapusghita semangat terus yaa! ku jadi terharu bacanya
BalasHapuswaw ghittt jd terharu :(( kalau jodoh ga keman yaah
BalasHapusSemoga jadi dokter yang baik ghitt sukses terosss!!
BalasHapusGit aku terharu bacanya :') semangat terus git sukses terussss
BalasHapusSemoga tetep bisa sesemangat itu juga yaa pas di FKUInyaaa :'
BalasHapus