[Perjalanan Menuju FKUI] Nur’ Afiahuddin Tumpu


Assalamu’alaikum wr.wb. Perkenalkan nama saya Nur’ Afiahuddin Tumpu. Orang-orang biasa memanggil saya Afi. Saya berasal dari provinsi paling bawah dari Pulau Sulawesi, Sulawesi Selatan. Tepat pada 1 Agustus, 18 tahun silam, saya dilahirkan di kota yang dijuluki sebagai kota daeng, Kota Makassar. Saya merupakan alumni dari SMAN 17 Makassar dan sekarang saya berstatus sebagai mahasiswa jurusan pendidikan dokter Universitas Indonesia angkatan 2016. Jika berbicara mengenai jurusan pendidikan dokter tentunya satu kata yang terlintas dalam pikiran kita, susah. Iya memang benar. Tidak hanya susah dalam menjalani pendidikannya yang terbilang lama dan menguras otak, tetapi juga cara untuk mendapatkan gelar sebagai mahasiswa kedokteran yang kerap kali membutuhkan pengorbanan lebih.
Jika berbicara tentang FKUI tentunya kita akan berbicara mengenai sekolah kedokteran terbaik di Indonesia. Sekolah kedokteran yang menjadi incaran hampir seluruh siswa terbaik dari seluruh Indonesia. Melihat status yang disandang oleh FKUI itu, membuat saya semakin terpacu untuk mendapatkan satu bangku dari 180 bangku yang tersedia. Keinginan itulah yang menjadi awal pengorbanan yang saya lakukan hampir 3 tahun di bangku SMA. Kebulatan tekad untuk meraih posisi itu menginisiasi seluruh rangkaian perjuangan yang kulakukan sejauh ini.
Perjalanan saya mengejar FKUI dipenuhi dengan ketakutan dan kegelisahan. Selama 3 tahun saya berusaha mendapatkan nilai terbaik di kelas demi memperbaiki nilai rapor. Karena salah satu jalur yang tersedia yaitu SNMPTN yang hanya menggunakan nilai rapor sebagai bahan dan acuan seleksi. Seluruh tugas dan tes yang diberikan oleh guru saya lakukan dengan sebaik-baiknya agar nilai yang saya dapatkan di rapor tetap stabil. Namun, saya sadar jika hanya mengandalkan satu jalur saja nampaknya tidak cukup untuk meraih mimpi saya itu. Akhirnya saya memutuskan untuk turut fokus pada jalur yang kedua, SBMPTN. Jalur yang mengandalkan hasil tes sebagai acuan untuk memasuki perguruan tinggi negeri. Berbagai usaha saya lakukan agar semuanya dapat berjalan optimal. Mulai dari mengikuti bimbingan belajar hingga membeli buku kumpulan soal SBMPTN dan mengerjakannya di waktu luang. Pelajaran tambahan yang diadakan sekolah dalam menghadapi SBMPTN tak pernah sekalipun saya lewatkan. Kadang rasa lelah dan bosan menyerang. Tapi ketika kedua hal tersebut datang, satu hal yang menjadi penguatku yaitu mengingat kembali tujuanku dari awal. Tak lupa doa juga menyertai usaha itu, karena saya yakin usaha tanpa doa itu hanya sia-sia. Dan yang paling terpenting kita harus menjalankan semuanya dengan istiqomah, ikhlas, dan bersungguh-sungguh.
Tak terasa waktu pengumpulan nilai rapor untuk seleksi pun tiba. Perasaan pesimis, takut, dan tak yakin mulai menyerang. Melihat nilai rapor yang biasa-biasa saja membuat saya tak ingin terlalu berharap banyak pada SNMPTN. Untuk itu, intensitas persiapan untuk jalur tulis mulai kutingkatkan. Hal tersebut kulakukan sembari mencari kesibukan agar waktu pengumuman jalur undangan yang semakin mendekat tak terlalu membebaniku. Waktu terus berlalu dan hari pengumuman pun tiba. Tak ada lagi beban karena pada awalnya saya telah berjanji pada diri saya sendiri bahwa apapun yang terjadi saya akan ikhlas dan menerimanya dengan lapang dada. Tepat pada 9 Mei 2016 pukul 14.00 WITA, kubuka pengumuman itu dengan perlahan dan terlihat tulisan bahwa saya dinyatakan lulus di FK UI tahun 2016 jalur SNMPTN. Sontak rasa senang, haru, dan tak percaya berbaur menjadi satu. Tapi, inilah kenyataannya, saya diterima di FKUI melalui jalur undangan. Hari itu saya merasa sebagai orang yang paling beruntung di dunia karena berhasil mendapatkan kesempatan mengecap pendidikan di sekolah kedokteran terbaik di Indonesia. Rasa syukur dan terima kasih tak hentinya saya haturkan pada Tuhan dan orang tua serta orang-orang yang selama ini memberikanku suntikan semangat dan motivasi dalam mengejar mimpi tersebut.

Setelah dinyatakan lulus, saya mulai menata ulang visi atau mimpi yang ingin saya capai setelah berkuliah di FKUI. Dapat berkuliah dengan tenang dan fokus serta dimudahkan dalam segala urusan menjadi pengharapan yang terus kumohon kepada Sang Khalik. Dapat bertingkah laku sebagaimana citra dokter yang sesungguhnya juga menjadi doa yang terus kupanjatkan. Tak lupa juga saya memohon restu dari kedua orang tua yang tentunya akan selalu mengiringi jalanku hingga menjadi dokter kedepannya. Saya juga berharap bahwa FKUI angkatan 2016 kedepannya dapat lebih kompak, solider, dan maju demi menjadi juara bersama sebagaimana jargon yang telah kita yakini bersama. Untuk calon adik-adik FKUI 2017, saya berharap untuk tidak patah semangat dalam mengejar gelar itu, karena siapapun berhak untuk menyandangnya. Hanya usaha dan doa yang nantinya akan menentukan. “Dream, believe, and make it happen“ menjadi satu kalimat penyemangatku selama ini. Memang hanya rangkaian kata-kata biasa saja, tetapi penuh dengan makna mendalam. Pada dasarnya esensi dari sebuah pencapaian tidak dilihat dari seberapa tinggi dan hebat pencapaian tersebut, tetapi lebih kepada seberapa kuat dan tangguh kepercayaan dan usaha yang kita lakukan untuk itu. Karena, saya yakin tak ada mimpi yang terwujud, tanpa keyakinan dan usaha untuk mewujudkannya.

Komentar

  1. Wih keren anak daerah dapet snmptn

    BalasHapus
  2. wah keren merantau dan sukses di FKUI

    BalasHapus
  3. Wihh Afi kereenn, berhasil melewati SNMPTN

    BalasHapus
  4. Keren fii kamu bisa banggain daerang kamu!:)

    BalasHapus
  5. Super sekali!!!! kapan2 ajak gue jalan2 ke Makassar ya

    BalasHapus
  6. Salman Azis Nizami16 Agustus 2016 pukul 04.16

    Kerennn banget

    BalasHapus
  7. Hebat Afi!! Semoga sukses ya jadi dokter fiii

    BalasHapus
  8. Hebat Afi!! Semoga sukses ya jadi dokter fiii

    BalasHapus

Posting Komentar