Perjalanan Menuju FKUI
Nama saya Pauline Phoebe Halim, tetapi teman-teman saya mengenal saya dengan sebutan Phoebe. Saya anak pertama dari tiga bersaudara, dan sebagai anak seorang doktor, ayah saya sangat mengharapkan agar saya dapat belajar hingga setinggi dirinya. Saya lulus dari SMAK 3 BPK PENABUR Jakarta dan sekarang memulai kuliah di FKUI sebagai bagian dari angkatan 2016.
Awalnya, saya tidak membayangkan dapat masuk ke FKUI, namun di sinilah saya sekarang. Menurut saya, perjuangan untuk masuk ke FKUI bukanlah sesuatu yang mudah ataupun sepele, bahkan saya harus mengorbankan banyak hal untuk data mencapai titik ini. Saya pada awalnya bingung mengenai jurusan yang ingin saya tuju saat kuliah karena antara saya dan orang tua sempat tidak sepakat, ayah saya ingin saya masuk jurusan A, ibu saya ingin saya masuk jurusan B, dan saya sendiri bingung ditengah-tengah. Dalam situasi demikian, ibu saya bercerita perihal nenek saya yang saat muda bekerja sebagai seorang apoteker berharap salah seorang anaknya dapat meneruskannya di bidang kesehatan, namun baik ibu saya maupun saudara-saudaranya menolak. Ibu saya sempat berharap saya masuk ke jurusan kedokteran atau teknik kimi, namun bukan itu alasan saya ada di sini sekarang. Saya bergumul dengan diri saya, meminta Tuhan menjukkan saya jalan hidup saya, dan entah bagaimana, saya teringat mimpi saya untuk menjadi ahli genetika di kala SMP. Kemudian saya mengikuti open house KKI dan menyadari bahwa dengan masuk ke kedokteran KKI dapat menjadi sebuah jalan bagi saya untuk mewujudkan mimpi saya, bahkan meraih lebih. Saya terinspirasi untuk menjadi seorang dokter genetika dengan harapan saya dapat menemukan solusi atas penyakit generatif yang selama ini telah membuat banyak orang menderita. Keluarga saya sendiri memiliki riwayat penyakit yang panjang dan saya merasakan penderitaan dari penyakit-penyakit ini, saya berharap di masa depan orang-orang tidak perlu merasakan penderitaan yang sama.
Pengorbanan yang saya lakukan dimulai dengan mengikuti bimbingan belajar tambahan setiap hari Minggu, yang selain menghabiskan waktu saya juga berarti saya harus rela tidak bisa ke Gereja hampir 1 tahun penuh. Saya merasa secara spiritual tidak bertumbuh di masa-masa tersebut. Hari saya dipenuhi dengan belajar dan try out. Secara mental dan fisik saya lelah dan tidak berharap untuk bisa lebih lagi. Meskipun pencapaian saya sangat baik, tetapi ada kekosongan terasa pada diri saya. Saat seleksi masuk kuliah dimulai, saya tidak berharap banyak pada SNMPTN lantaran sekolah saya tidak memiliki banyak alumni UI, kemudian saya mencoba untuk ikut SBMPTN, SIMAK reguler dan SIMAK KKI. Saya yakin akan lulus SBMPTN, tetapi tentu saja saya masih berharap tes SIMAK KKI saya lulus, lalu suatu siang secara tidak terduga saya mendapatkan telfon dari administrasi FKUI yang memanggil saya untuk menjalani tes SIMAK KKI tahap 2. Saya kaget bukan main dan sempat linglung, tetapi saya berusaha mempersiapkan diri untuk tes semampu saya dengan keterbatasan waktu yang ada. Benar saja SBMPTN saya lulus, tidak terduga, pengumuman kelulusan SIMAK dimajukan 1 hari dan saya sempat kaget karena dinyatakan tidak lulus, tetapi saya lupa bahwa saya mendaftar untuk kelas regular dan KKI dengan 2 nomor yang berbeda, saya mengecek nomor lainnya dan alhasil, saya diterima di FKUI KKI. Saya tentu saja sangat senang, meskipun selama setahun harus hidup dengan hanya belajar dan merasa seperti zombie. Saya sangat mengucap syukur pada Tuhan karena diberikan kesempatan ini, sebab meski saya pandai sekalipun, saya sadar bahwa tanpa berkat Tuhan dan support orang tua saya, saya tidak dapat mencapai semua ini.
Saya berharap dengan ini saya dapat mewujudkan mimpi saya, supaya apa yang saya katakana bukan hanya menjadi angan-angan kosong belaka, tetapi saya dapat menjadi berkat untuk orang-orang yang membutuhkan saya dikemudian hari. Saya berharap keluarga saya tetap mensupport saya di masa datang, karena saya tahu jalan yang saya lalui tidaklah mudah, banyak rintangan dan masalah yang akan saya hadapi. Saya harap FKUI terus maju dan menjadi wadah pendidikan untuk membentuk dokter-dokter berkualitas dan bermoral, bukan hanya menjadi wadah untuk menimba ilmu.
“Tidak ada perjuangan yang mudah untuk sebuah tujuan yang besar, semakin besar tujuan kita, semakin banyak pula rintangannya. Tetapi segala rintangan itu tidak akan menjadi penghalang selama kita teguh dalam perjuangan kita, senantiasa bersandar pada Tuhan, tidak mengeluh melainkan menerima rintangan-rintangan yang kita hadapi sebagai sebuah proses untuk kita menjadi lebih baik, menjadi maju, semakin dekat ke tujuan kita.”-Pauline Phoebe Halim-
Kegagalan memang menyakitka, tetapi itulah yang membentuk kita. Terus berjuang Phoebe, perjalanan di FKUI baru dimulai.
BalasHapusPhoebe senang sekali membaca blogmu!! Keep up the good work
BalasHapusKereeen phoebe!! Good job
BalasHapusGilakkk. seru ceritanya . terus berjuang FIB wkwkkw
BalasHapuskeren banget!! selalu semangat ya phoebe!
BalasHapusWihhh, kereenn ceritanyaaa. Semangat ya phoebe!
BalasHapusPhoebe the best susses terms yaa
BalasHapusKereen�� sukses terus semoga suksesss sampai akhir yaa phoeb !!!
BalasHapusmantap phoebe
BalasHapus