[Perjalanan Menuju FKUI] Qotrunnada Fithrotunnisa



Nama saya Qotrunnada Fithrotunnisa. Sejak kecil orang lain biasa memanggil saya “Nada”. Saya dilahirkan ke dunia pada hari Jum’at, 30 Januari 1998, di Jakarta,dalam usia kandungan delapan bulan dengan kondisi keluarga yang masih sangat prihatin saat itu. Saya dibesarkan di keluarga religius islami yang sederhana, dengan sebagian besar anggota keluarga berprofesi sebagai guru. Riwayat pendidikan saya dimulai dari pendidikan dasar di dua tempat berbeda, SDIT PB Soedirman (2003-2005), dan SDSN Baru 01 (2005-2010). Bangku sekolah menengah pertama saya lanjutkan di SMPN 103 Jakarta. Terakhir, pendidikan menengah atas saya tempuh di SMAN 39 Jakarta. Kegiatan yang paling saya sukai sejak kecil adalah membaca buku dan menonton film. Kedua kegiatan tersebut membentuk cara belajar saya dengan metode visual, hingga saat ini.

Pandangan Saya terhadap FKUI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia adalah fakultas kedokteran tertua di Indonesia, yang mempunyai sejarah panjang, didirikan oleh tokoh nasional dan menjadi saksi bisu awal pergerakan nasional bangsa Indonesia yang dipimpin oleh para cendekiawan. Akreditasi fakultas yang bagus juga membentuk image fakultas kedokteran yang kualitasnya tidak diragukan lagi. Faktor-faktor tersebut.yang mendorong saya untuk memilih FKUI sebagai tempat studi berikutnya demi mewujudkan cita-cita saya sebagai dokter.

CIta-cita saya ingin menjadi dokter berawal sejak Allah memberikan saya seorang adik dengan kelainan jantung bawaan single atrium. Kondisinya yang memprihatinkan dan keinginannya menjadi dokter jantung—meskipun umurnya masih 1,5 tahun—mendorong saya untuk menjadi dokter agar bisa menyembuhkannya dan membantunya mewujudkan cita-cita sebagai seorang dokter jantung. Namun ternyata Allah lebih menyayanginya dan tidak membiarkan adik saya menderita sakit lebih lama. Di umurnya yang tepat dua tahun, Allah memanggilnya kembali ke rahmat-Nya. Sepeninggal almarhumah, saya belajar dengan giat dan mengikuti banyak perlombaan di bidang sains. Sampai pada saatnya saya memasuki bangku kelas 10 SMA, target belajar saya pasang untuk menstabilkan nilai, target ibadah saya tingkatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Memiliki. Saya memiliki cara belajar tipe visual, dengan membaca, merangkum, memperhatikan penjelasan guru, berlatih soal, ditambah menargetkan diri agar mengerti pelajaran saat itu juga, sehingga di hari berikutnya hanya perlu review pelajaran dan tidak perlu sistem kebut semalam. Jam-jam kosong di sela-sela pelajaran saya manfaatkan untuk beristirahat, bertukar cerita dengan teman, dan bermain untuk menyegarkan pikiran. Kemampuan softskill tak lupa saya asah melalui organisasi, aktif di bidang keagamaan (Rohani Islam).

Hingga pada awal kelas 12, ketika semua orang menjadi galau akan pilihan jurusan yang akan dituju, tak terkecuali saya. Dengan berbagai informasi yang saya dapatkan, ada suatu pertanyaan yang muncul di benak saya, “Apakah saya benar-benar ingin menjadi dokter? Dengan segala kesulitan yang pasti akan saya hadapi, proses yang panjang dan tak mudah, menyita waktu, tenaga, dan biaya yang besar.” Pertanyaan tersebut membuat saya berpikir ulang, bagaimana orientasi hidup saya ke depannya? Jika orientasi saya hanya sebatas uang dan gengsi, lebih baik saya memilih jurusan yang lebih menjanjikan saja. Niat untuk menjadi dokter harus tulus, ingin menolong dan mengabdi untuk sesama manusia. Akhirnya saya memutuskan untuk shalat istikharah berkali-kali agar mendapat keyakinan. Tetapi kemudian saya merasa kembali diingatkan, saya tidak ingin hidup sekadar kuliah-kerja-menikah-berkeluarga. Saya juga ingin menjadi orang yang bermanfaat secara langsung bagi orang lain dengan ilmu yang saya miliki, manfaat yang tidak pernah putus sampai saya meninggal nanti. Pada puncaknya, detik-detik sebelum pendaftaran SNMPTN ditutup, Allah mengirimkan saya sebuah mimpi, dalam mimpi itu saya dan orangtua sedang membuka pengumuman di website SNMPTN yang bertuliskan “Selamat, Anda dinyatakan lulus SNMPTN 2016 Pendidikan Dokter Universitas Indonesia”. Mimpi tersebut menambah kuat tekad saya untuk memilih FKUI di SNMPTN. Setelah memilih, saya bertawakal, berserah diri kepada Allah apapun hasilnya nanti.

Drama memilih jurusan selesai, kembali ke realita bahwa saya masih harus menghadapi Ujian Nasional 2016. Setiap hari hanya disibukkan dengan berlatih dan diskusi soal UN di sekolah, juga try out berkali-kali. Ibadah semakin saya perkuat, sholat malam, dhuha, hajat, juga puasa sunnah. Tak henti-hentinya saya meminta restu dan doa orangtua juga keluarga besar agar dimudahkan dalam meraih cita-cita melalui jalur apapun. Ujian Nasional berlalu, esok harinya saya langsung start belajar di lembaga bimbel Nurul Fikri untuk intensif SBMPTN. Tiap hari saya habiskan dengan melahap soal-soal tes perguruan tinggi. 45 hari berlalu, tibalah saat yang ditunggu, 9 Mei 2016 jam 13:00. Mental sudah saya persiapkan untuk bersyukur dan ikhlas menerima apapun hasilnya nanti. Walaupun jika nanti hasilnya saya gagal di SNMPTN, berarti jatah gagal saya di dunia sudah berkurang satu. Setelah sholat zuhur, saya buka pengumuman SNMPTN, yang berisi bahwa saya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saat itu benar-benar terjadi persis seperti mimpi yang lalu. Janji Allah pasti benar, rencana Allah itu indah. Rasa terharu, senang,  bangga, tidak menyangka, bercampur menjadi satu. Yang bisa saya lakukan adalah memanjatkan syukur tak henti kepada Allah SWT. Satu pintu menuju cita-cita saya telah terbuka, mengantarkan pada perjalanan yang masih sangat panjang, untuk membuka pintu-pintu berikutnya.

Diterimanya saya di FKUI membuat saya berharap agar dapat menjadi dokter professional yang tulus mengabdi pada sesama, meningkatkan potensi diri, tidak individualis, tidak hanya sibuk belajar namun juga berorganisasi, berprestasi di bidang akademis dan non akademis, membuat saya menjadi pribadi yang lebih peka terhadap isu sosial, aktif dalam kegiatan sosial, berkontribusi untuk keluarga, masyarakat, UI dan Indonesia.
Saya bersyukur memiliki keluarga yang mendukung cita-cita saya dalam berjuang di jalan ini. Mereka hanya berharap Allah senantiasa memberikan saya kemudahan, kelancaran, kekuatan dalam menjalani studi, agar menjadi dokter yang profesional dan tetap rendah hati. Harapan mereka itulah yang akan menguatkan saya nantinya, yang menjadi amanah untuk saya wujudkan di masa depan.

Berbagai kesulitan yang telah saya hadapi, saya jadikan evaluasi dan pelajaran yang berharga untuk masa depan. Kesiapan diri harus saya tanamkan demi menghadapi berbagai ujian yang akan menghampiri. Saya selalu yakin, firman-Nya selalu benar, di setiap kesulitan akan selalu ada kemudahan. Di setiap masalah, ada jalan keluar dari Allah dengan rencana terindah-Nya. Yang harus saya lakukan adalah ikhtiar dengan maksimal, berprasangka baik akan takdir-Nya, tawakal, ikhlas, dan bersyukur menerima apa yang Allah beri. Keyakinan bahwa Allah akan selalu bersama hamba-Nya, dan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya, menjadi penyemangat saya kapanpun saya merasa berada di titik terendah. Allah tahu bagaimana usaha hamba-Nya dan di setiap usaha yang baik, tiada yang sia-sia.

Komentar

  1. Jangan pernah lepas mimpi muliamu!

    BalasHapus
  2. semoga mimpi mimpi di FKUI nya dapat tercapai

    BalasHapus
  3. Semangat teman basis jakarta timurku!

    BalasHapus
  4. Bagus nada, sukses terus ya.

    BalasHapus
  5. Ceritanya keren nada, semoga impiannya tercapai

    BalasHapus
  6. Inspiratif sekali nada ceritanya!

    BalasHapus
  7. Good Nad! Sukses di FKUI regulernya ya hahaha

    BalasHapus
  8. Sukses kuliahnya ya nad! Ceritanya mengagumkan

    BalasHapus
  9. Wah keren nad, semangat kuliahnya ya

    BalasHapus
  10. wahh perjalanan nnada sampai ke FKUI sangat inspiratif

    BalasHapus

Posting Komentar