Perkenalkan, nama saya RA. Mitsalina Inggita. Saya merupakan anak pertama dari dua orang karyawan di perusahaan perminyakan. Menjadi dokter bukanlah sesuatu yang saya impikan sejak lahir, bukan pula sesuatu yang diforsirkan oleh orang tua kepada saya. Keinginan kuat itu datang saat saya sudah cukup dewasa untuk bisa memilih gambaran kehidupan seperti apa yang saya inginkan untuk masa depan saya. Di hari saya menetapkan jalur medis sebagai sesuatu yang sangat saya inginkan sebagai masa depan saya, segala usaha yang saya lakukan dalam bidang akademis, saya lakukan atas nama mimpi saya menjadi seorang dokter.
Dari kacamata saya sebagai siswi SMA waktu itu, dokter merupakan suatu profesi yang akan memberikan kesempatan bagi saya untuk menjadi benar-benar berguna. Saya memiliki mimpi besar untuk menjadi bermanfaat bagi lingkup yang luas, menghargai hidup yang telah Allah berikan kepada saya dengan membantu sesama dan meninggalkan warisan yang berarti bagi dunia ketika hidup saya selesai nanti. Bagi saya, dunia medis menyimpan banyak sekali kemungkinan, potensi, hal-hal tak terduga yang belum ditemukan atau perlu dikembangkan, dan kejutan-kejutan lainnya yang tidak sabar untuk saya gali. Dermatitis atopik kronis yang saya derita membuka mata saya akan banyaknya kondisi medis yang masih berstatus incurable. AIDS masih belum ada obatnya, alzheimer masih belum bisa disembuhkan, kanker masih menjadi musuh besar manusia, dan banyak lagi misi dokter dunia yang perlu diselesaikan. Dunia medis tidak pernah berhenti berkembang dan diperlukan.
Rasanya mudah bermimpi beberapa tahun lagi saya akan belajar di bawah nama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Betapa tidak, FKUI sampai saat ini masih menyandang predikat program kedokteran terbaik di Indonesia. Tidak hanya itu, karena keluarga merupakan komponen yang sangat penting dalam hidup saya, lokasi UI yang tidak jauh dari rumah membuat saya semakin menginginkannya. Kesempatan mengejar impian saya sambil terus dekat dengan keluarga dapat saya peroleh dua-duanya. Tetapi keraguan tetap muncul beberapa kali, membayangkan betapa sulit perjuangan dan ketat persaingan. Maka setelah saya mantapkan tujuan saya ke FKUI, perjuangan saya dimulai.
Banyak hal yang saya pelajari di bangku SMP. Salah satunya adalah untuk selalu menjadi personal best. Di berbagai hal yang saya lakukan, saya lakukan dengan sepenuh hati dan dengan seluruh kemampuan yang saya miliki. Tidak harus menjadi lebih hebat dari semua orang, yang terpenting adalah kita menjadi versi dari diri kita yang paling baik. Sayangnya di bangku SMA, saya mengarahkan personal best saya ke arah yang berbeda dari nilai akademis. Saya berperan aktif dalam berbagai acara sekolah karena kecintaan saya dalam merancang acara dan menciptakan keteraturan. Dalam belajar saya tetap berusaha keras, tapi tidak cukup keras. Hal ini mengantarkan saya ke kegagalan di jalur SNMPTN. Nilai saya baik, tapi tidak cukup baik. Namun, tidak ada yang saya sesali. Semua kegiatan yang saya ikuti, semua acara yang saya urus, semua proyek yang saya kerjakan, semua karya yang saya lahirkan, dan semua hubungan pertemanan yang saya buat dalam prosesnya, menjadikan saya menjadi pribadi yang terorganisasi, kreatif, komunikatif, dan bersahabat. Akumulasi kehidupan SMA saya membentuk saya yang sekarang ini.
Setelah menerima kegagalan di jalur SNMPTN, saya sadar betul betapa berharganya waktu tersisa yang saya miliki dan tidak lama-lama bersedih. Saya meluangkan satu hari, dan satu hari saja, untuk menangis dan bersedih. Namun, saya putuskan setelah itu tidak boleh lagi ada air mata penyesalan yang keluar dari mata saya. Saya kembali bangkit dan berusaha dua bahkan tiga kali lebih keras daripada sebelumnya. Ibu saya, pendukung nomor satu saya, segera menjabarkan rencana detail agar saya dapat tetap meraih mimpi saya: menjadi dokter. Beliau mendata ujian seleksi masuk program kedokteran di berbagai universitas yang dapat saya ikuti walau bukan di UI. Dengan dukungan penuh dari Ibu saya, kami memutuskan ada lima ujian yang perlu saya siapkan dan ikuti.
Seorang guru hebat saya pernah berpesan untuk selalu mengelilingi diri dengan orang-orang yang hebat yang kita kagumi. Katanya, “kalau kamu berteman dengan tukang minyak wangi maka kamu akan wangi minyak wangi, kalau kamu berteman dengan tukang sampah maka kamu akan bau sampah”. Hal ini tidak membuat saya pandang bulu, tetapi membuat saya lebih selektif dalam memilih dengan orang-orang seperti apa saya menghabiskan waktu saya. Saya kelilingi diri saya dengan orang-orang baik, orang-orang hebat, dan orang-orang kompetitif yang akan membuat saya terpacu menjadi lebih baik lagi, tetapi juga merasakan kehangatan pertemanan dan kebahagiaan yang dibawanya. Salah satunya dalam memilih bimbingan belajar. Bimbel yang saya pilih berjarak sekitar satu jam dari rumah saya, tetapi lingkungannya yang kompetitif dan dipenuhi manusia cerdas membuat saya rela menghabiskan waktu di jalan ibu kota. Banyak sekali pelajar dari sekolah lain yang membuat saya terkagum-kagum akan kecerdasan yang mereka miliki dan tingginya nilai yang mereka peroleh.
Di bimbingan belajar, usaha ekstra yang saya keluarkan membuahkan hasil. Malam-malam yang saya habiskan di sana untuk menerima tambahan materi yang saya rasa kurang pahami ternyata tidak sia-sia karena nilai saya terus meningkat dari tryout ke tryout. Tidak hanya di bimbingan belajar, di rumah saya juga les privat untuk membantu memperkuat konsep dan memperbanyak latihan. Teman saya yang sudah mendapatkan FKUI juga menemani saya belajar setiap harinya sehingga saya tidak pernah merasa sendiri. Tidak pernah saya berhenti bersyukur atas keluarga, teman, dan lingkungan yang mengelilingi saya beserta dukungan tanpa henti yang mereka berikan.
Seleksi pertama yang saya ikuti adalah SIMAK KKI UI yang dilaksanakan di kampus UI. Ujian ini sedikit banyak menyiapkan mental saya untuk ujian SBMPTN yang saat itu saya utamakan, sehingga saya merasa lebih siap akan kondisi ujan di hari SBMPTN. Hari itu saya merasa dimudahkan dalam mengerjakan, walaupun tetap menghadapi kesulitan menghadapi soal TPA yang berbeda tipe dari soal tahun lalu yang saya pelajari. Namun, saya memutuskan untuk tidak terlalu banyak memikirkan apa yang telah saya kerjakan dan melanjutkan usaha saya dengan bertawakal pada Allah SWT.
Setelah SBMPTN perjalanan seleksi saya dilanjutkan dengan mengikuti ujian mandiri salah satu universitas di Semarang, SIMAK UI, dan yang terakhir ujian program internasional di salah satu universitas di Yogyakarta dengan program studi kedokteran sebagai pilihan pertama saya. Memasuki bulan Ramadhan, menunggu dan berdoa menjadi kegiatan utama saya setiap hari. Tidak henti-hentinya saya berdoa meminta kemudahan diterima di FKUI, atau program kedokteran di universitas lain yang Allah rasa paling baik bagi saya. Saya juga meminta kekuatan hati untuk menerima apabila rencana saya dan rencana-Nya tidak sejalan, dan saya dituntun untuk berubah haluan.
Mendekati pengumuman, saya memasrahkan masa depan saya di tangan Allah SWT. Pengumuman SBMPTN datang pertama, dan di hari yang sama sekolah saya melaksanakan cap tiga jari untuk keperluan ijazah. Saya bertemu beberapa guru dan meminta doa dan restu untuk pengumuman hari itu. Pukul dua siang, ditemani oleh seorang teman, saya membuka pengumuman dengan jantung berdebar. Rangkaian kata yang ditampilkan layar komputer membuat saya sekilas tidak percaya. Pilihan pertama saya dalam ujian ini ternyata juga merupakan pilihan pertama Allah bagi saya.
Senang tidak terkira membanjiri perasaan saya bersamaan dengan ucapan selamat dari keluarga dan teman-teman. Namun kebahagiaan tersebut tidak dapat dengan penuh saya rasakan karena masih ada teman-teman saya yang belum beruntung lolos melalui jalur SBMPTN. Teman-teman saya yang selama ini berjuang bersama saya dalam meraih perguruan tinggi impian, dan selalu ada untuk mendukung setiap langkah yang saya ambil. Saya selalu mengingatkan mereka, dan juga diri saya sendiri, bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Tidak melulu hasil yang dimaksud adalah tujuan jangka pendek kita, melainkan secara keseluruhan dan dalam kurun waktu yang lama. Orang yang berusaha pasti pada akhirnya akan berhasil.
Dalam menjalani hari-hari saya di FKUI nanti, saya berharap bahwa saya akan selalu memiliki semangat tinggi dalam menuntut ilmu baik di dalam mau pun di luar kegiatan akademik. Saya harus sadar betul bahwa berhasil masuk FKUI memang sulit dan cukup membanggakan, namun bertahan di dalamnya akan jauh lebih sulit dari apa yang sudah saya lewati. Apalagi, saya tidak berniat untuk hanya bertahan. Saya berencana untuk bersinar dengan kemampuan yang saya miliki dan personal best yang insya Allah akan selalu saya tampilkan. Saya berharap tahun-tahun yang akan saya jalani di FKUI akan membentuk saya menjadi calon dokter unggul yang hebat. Banyak sekali dokter cerdas, mungkin semuanya, namun tidak seluruhnya bisa dikatakan hebat. Tidak hanya dalam bidang akademis, saya juga sangat berharap dapat mengembangkan social skill yang saya miliki agar saya dapat lebih supel dalam bergaul. Semoga enam tahun lagi saya akan lulus sebagai dokter dengan fitur-fitur unggulan yang siap terjun dalam menyehatkan bangsa. Saya harap perjalanan saya tidak berhenti di situ dan dilanjutkan dengan pendidikan dokter spesialis yang semoga akan mengantarkan saya untuk menorehkan nama di dunia sebagai manusia yang bermanfaat bagi sesama.
Selanjutnya, kepada keluarga saya, saya berharap dukungan yang telah mereka berikan selama ini tidak berhenti sampai di sini, dan suatu hari dapat saya balas. Keluarga yang saya maksud bukan hanya yang memiliki hubungan darah dengan saya, tetapi juga teman-teman yang setia mengelilingi saya. Kepada FKUI, saya berharap agar FKUI dapat terus menjadi program kedokteran terbaik di negri tercinta, Indonesia. Saya juga ingin ikut berkontribusi dalam menjaga nama baik tersebut. Maka saya, atas nama cita-cita saya untuk menjadi dokter, akan mengerahkan segala usaha dan kemampuan dalam menjaganya.
Pendirianmu untuk menjadi 'personal best' sangat inspiratif!
BalasHapusPendirianmu untuk menjadi 'personal best' sangat inspiratif!
BalasHapusTerus menjadi yang terbaik untuk jadi dokter unggulan Gi!
BalasHapus