Menjadi seorang dokter merupakan salah satu cita – cita saya sejak kecil. Saat itu, hal yang membuat saya ingin menjadi dokter adalah sosok ibu saya yang merupakan seorang dokter. Pada saat itu, saya belum tahu banyak hal tentang dunia perkuliahan kedokteran maupun FKUI. Yang saya tahu pada saat itu hanyalah saudari kandung tertua saya adalah seorang dokter lulusan FKUI yang terkenal sebagai pemegang predikat universitas kedokteran terbaik se-Indonesia. Meskipun begitu, saya pun belum terlalu memperdulikan cita – sita saya, terlebih mau berkuliah dimana.
Saya mulai berjuang untuk meraih cita – cita saya menjadi dokter pada saat saya berada di kelas satu SMA. Saat itu saya memiliki kakak yang juga ingin menjadi dokter dan sudah berada di penghujung kelas tiga SMA. Saat ia mencari info tentang perguruan tingi, saya sempat mendengar beberapa hal dan nasihat dari beberapa orang yang pada intinya adalah usahakan untuk bisa masuk perguruan tinggi negeri (PTN), karena biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih murah. Selain itu saran lain yang kerap terdengar adalah untuk mencari PTN yang terakreditasi A agar di kemudian hari lebih mudah jika akan melanjutkan studi menjadi Dokter Spesialis.
Selain beberapa nasihat dan saran, saya pun juga menjadi tahu beberapa jalur masuk ke PTN berkat perjuangan kakak saya pada saat itu. Salah satu jalur masuk yang cukup menarik perhatian saya adalah SNMPTN atau yang akrab juga dikenal dengan nama “jalur undangan”. Jalur ini memanfaatkan nilai kita selama berada di SMA untuk kemudian diseleksi saat kita mendaftar ke perguruan tinggi. Pada saat itulah saya menyadari bahwa saya harus mulai untuk belajar lebih serius.
Jalan menuju garis akhir tidaklah selalu mulus. Itulah yang saya rasakan selama belajar di SMA untuk memperjuangkan jalur SNMPTN. Meskipun nilai saya cenderung naik, tetapi ada beberapa godaan yang juga seringkali membuat saya lalai akan mimpi dan cita – cita saya dalam memperjuangkan nilai raport dan nilai saya pun turun. Akhirnya di semester 4 pun saya sadar bahwa nilai saya tidak akan cukup mengamankan posisi saya di FK PTN yang terakreditasi A.
Tahun terakhir saya di SMA pun saya gunakan sebaik – baiknya untuk memperjuangkan cita – cita saya. Karena pilihan yang tersisa adalah jalur SBMPTN dan jalur mandiri, maka saya pun memutuskan untuk memperjuangkan dua kesempatan ini semaksimal mungkin untuk mendapatkan kuliah kedokteran. Saya belajar semakin serius dari tahun – tahun sebelumnya, dan bahkan saya merelakan hari minggu yang merupakan hari libur untuk mengikuti bimbingan belajar persiapan tes PTN.
Pada saat memperjuangkan jalur SBMPTN dan Mandiri, saya sadar bahwa di SBMPTN semua orang dianggap sama tanpa melihat nilai rapornya lagi, sehingga saya berpikir tidak ada salahnya jika mencoba mendaftar ke FKUI yang merupakan FK terbaik di indnesia. Namun begitu saya pun masih tetap mencoba peruntungan saya di jalur SNMPTN dengan mendaftarkan diri ke FK UNS, dan sesuai prediksi, saya pun tidak diterima.
Berpuluh – puluh soal telah saya kerjakan dan try out pun saya ikuti, namun saat itu nilai saya tetap tidak pernah melewati “passing grade” FKUI yang dibuat bimbel yang saya ikuti. Meskipun begitu, hal ini tidak melunturkan niat saya untuk mencantumkan FKUI di pilihan pertama SBMPTN dan SIMAK UI. Namun begitu, saya pun juga mempersiapkan diri untuk kemungkinan lain dengan mendaftar beberapa FK PTN lain seperti FK UNDIP dan FK UNS.
SBMPTN pun dilaksanakan dan sayangnya, saya tidak bisa mengerjakannya dengan baik. Hal ini membuat saya merasa panik. pada saat itu dan sempat terbayang jika saya tidak mendapatkan tempat kuliah, karena saya yakin tidak mungkin diterima melalui jalur SBMPTN. Namun begitu, berkat motivasi dari keluarga dan teman, saya pun kembali berusaha untuk mempersiapkan SIMAK UI yang pelaksanaannya kurang dari seminggu setelah SBMPTN.
SIMAK UI pun saya lalui dengan baik dan membuat saya merasa cukup tenang. Kurang lebih satu bulan kemudian, pengumuman SBMPTN pun keluar, dan saya tidak lolos di pilihan 3 sekalipun. Namun saya masih menaruh harapan di SIMAK UI. Benar saja, saat hasil SIMAK UI diumumkan, nama saya pun muncul. Saat itu saya merasa sangat terkejut sekaligus sangat senang. Saking senangnya, saya sampai merinding dan badan saya pun terasa bergetar selama beberapa detik. Saya merasa senang sekaligus bangga. Selain berkesempatan untuk berkuliah di FKUI, saya juga bisa membuat orang tua, teman dan almamater saya bangga karena pencapaian saya.
Meskipun begitu, perjalanan saya masih panjang. Saya berharap agar dukungan semua orang terdekat saya terus menyertai saya selama berkuliah di FKUI. Selain itu, saya berharap agar selama berkuliah di FKUI, saya mendapatkan sesuatu yang lebih dibandingkan FK PTN lainnya dan kelak cita – cita saya sebagai seorang dokter bisa tercapai.
Tips yang saya rasa cocok untuk yang ingin bergabung dan diterima di FKUI adalah anda harus percaya pada kemampuan diri anda sendiri, jangan terlalu memperdulikan apa kata orang, dan berusaha semaksimal mungkin. Satu motto yang selalu saya ingat dalam kerja keras saya selama ini, yaitu “KERJA KERAS TIDAK AKAN MENGKHIANATI HASIL”.
ya rey, usaha kerjakeras memang akan membuahkan hasil
BalasHapuscerita yang sangat menginspirasi sekali
BalasHapusUsaha tidak akan membohongi hasil ya rey. Pertahankan kerja kerasnya!
BalasHapusSemoga anda selalu bersemangat dalam menggapai impian
BalasHapustetep semangat selalu reyyy
BalasHapusgapai cita setinggi langit yaa
BalasHapusSEMANGAT REYNER!!!!! KAMU BISA KOK!!!! BISAA BISAA!!!
BalasHapusceritanya bagus dan keren
BalasHapusreyner semangat di FKUI ya!
BalasHapusgood job and goodluck reyner
BalasHapusSemoga studi kedokterannya dilancarkan dan dimudahkan.
BalasHapusSangat tersentuh menlihat ceritanya reyner masuk FKUI. Good luck bro
BalasHapusSangat tersentuh melihat cerinya reyner masuk FKUI. good luck bro
Hapussangat tersentuh melihat ceritanya reyner masuk FKUI. Good luck bro
Hapus