[Perjalanan Menuju FKUI] Rizky Dini Fitriyasa

Nama saya Rizky Dini Fitriyasa. Orang biasa memanggil saya Rizky. Saya adalah seorang gadis remaja yang dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Jombang, pada tanggal 22 Januari 1999. Pada tahun 2016 ini, saya lulus dari salah satu SMA Negeri di Jombang, yaitu SMA Negeri 3 Jombang. Suatu perjalanan yang panjang apabila saya mengingat ketika sedang mengenyam pendidikan dari bangku Taman Kanak – Kanak hingga bangku SMA. Namun, saya sadar perjalanan belum berakhir. Universitas tengah menanti kehadiran calon mahasiswa yang kompeten dan peduli pada bangsa dan negaranya. Saya adalah seorang mahasiswa baru di Fakulltas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2016. Berikut adalah kisah tentang perjalanan saya meraih mimpi untuk menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Di kota kecil yang bersahaja tempat saya dilahirkan, mimpi menjadi seorang dokter adalah hal yang dianggap menakjubkan dan memberatkan. Mengapa? Karena meski menjadi dokter adalah pekerjaan mulia, biaya sekolahnya terkenal sangat tinggi. Apalagi mimpi untuk duduk menjadi mahasiswa FKUI. Mimpi tersebut dianggap suatu mimpi besar bagi sebagian besar masyarakat. Bagaimana tidak. Pada tahun 2013, hanya satu orang lulusan SMA di Jombang yang berhasil mendapat kursi di FKUI. Jumlah itu meningkat menjadi 2 pada tahun 2014. Begitu juga pada tahun 2015, hanya 2 orang yang berhasil mendapat kursi di FKUI. Di antara pelajar SMA, FKUI menjadi fakultas terbaik yang susah didapat dengan passing grade tertinggi di Indonesia. Jika siapapun ingin menjadi seorang dokter dan mendapat pendidikan dokter terbaik di universitas terbaik di Indonesia, mereka harus siap menghadapi persaingan yang berat. Saya sebagai seorang gadis remaja yang mudah terpengaruh dengan lingkungan pun akhirnya berpikir seperti itu. Kemudian, pada tahun 2015, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi kampus terbaik di Indonesia, Universitas Indonesia. Sampai di sana, saya takjub dan terpikat dengan keindahan lingkungan dan pelayanan yang ada. Saya merasa saya harus masuk UI. Sehingga, saya menetapkan FKUI sebagai mimpi saya.
Tujuan telah dibuat, kini saya harus berusaha untuk menggapainya. Telah terpatri di pikiran saya, bahwa saya harus belajar dengan giat untuk memenangkan lomba atau olimpiade, agar saya diterima di FKUI melalui jalur SNMPTN. Dalam benak saya kala itu, saya tidak yakin dapat menang dalam persaingan berat di jalur ujian tulis seperti SBMPTN dan SIMAK UI. Pada tahun 2015, saya mendapat juara harapan II pada Olimpiade Venol yang diadakan Universitas Airlangga. Saya juga memenangkan beberapa kompetisi. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya bisa masuk FKUI melalui jalur SNMPTN. Namun, saya tidak hanya mengandalkan jalur SNMPTN semata, saya juga belajar soal – soal SBMPTN dan SIMAK UI. Saya mengikuti les di sekolah dan masuk grup belajar yang dikoordinir oleh guru sekolah. Saya masuk bimbingan belajar dan belajar bersama kawan – kawan seperjuangan. Kami membantu satu sama lain untuk menggapai mimpi kami. Kami belajar, tertawa, dan kecewa bersama – sama. Kami belajar mulai pagi hingga malam, hingga kami merasa bahwa tempat bimbingan belajar kami adalah rumah kedua kami. Kami juga menjalin hubungan erat dengan guru – guru serta mentor yang membimbing kami. Belajar bersama kawan dan orang – orang yang peduli dengan kita adalah tips belajar yang ampuh untuk saya, karena saya menikmati kebersamaan saya dengan mereka.
Pada hari pengumuman SNMPTN, jantung saya berdegup kencang. Apalagi pengumuman SNMPTN dimajukan dari jadwal sebenarnya. Namun, setelah menerima pengumuman bahwa saya tidak diterima melalui jalur SNMPTN, saya merasa biasa saja. Mungkin karena saat itu, semua teman sekelas saya juga tidak ada yang diterima di jalur SNMPTN. Sempat ada kegaduhan, karena mengherankan bila satu kelas akselerasi tidak ada yang diterima lewat jalur SNMPTN. Saat itu, guru saya mengunjungi panitia dan meminta keterangan. Tapi, panitia tersebut melemparkan tanggung jawab ke pihak lain, sehingga tidak ada alasan yang logis yang dapat kami terima. Kami merasa kecewa, namun kami segera bangkit untuk ikut ujian tulis. Saat mengikuti SBMPTN, saya merasa mental saya belum siap. Ternyata saya juga tidak diterima FKUI lewat jalur SBMPTN. Saya tidak terlarut dalam kekecewaan. Kesempatan terakhir saya adalah SIMAK UI. Saya tidak membebani pikiran saya kala itu. Saya berusaha yang terbaik dan mengikuti ujian. Akhirnya, Tuhan memberikan saya jawaban yang indah pada tanggal 30 Juni 2016. Saya diterima di FKUI 2016.
Saya berharap dengan menjadi dokter yang baik, saya bisa berguna bagi banyak orang. Saya berharap bisa mengamalkan ilmu dan pengetahuan saya di jalan Allah. Semoga dengan izin Allah, saya bisa sukses sehingga orang tua dan keluarga saya bahagia karena saya. Terakhir, saya berharap semoga FKUI 2016 bersatu dan berinteraksi dengan baik untuk menjadi juara.
Menjadi juara menurut saya adalah menggapai kebahagiaan dan kesuksesan, namun seperti yang pernah David Levithan katakan di bukunya yang berjudul Wide Awake, jangan hanya mengejar kebahagiaan bagi dirimu sendiri, cari kebahagiaan untuk semua, melalui kebaikan, melalui belas kasihan.

Komentar

  1. Wow Olimpiade Venol?? yg kedokteran hewan kan kerennn

    BalasHapus
  2. JEREMY RAFAEL TANDAJU14 Agustus 2016 pukul 21.35

    setuju, kita harus berbagi kebaikan untuk sesama! :))

    BalasHapus
  3. jangan pernah merasa kecil walaupun berasal dari kota kecil! tetap semangat dan terus berkarya seperti orang lain ya!

    BalasHapus
  4. Let your mind speak for itself! Kadang yang bisa kita lakukan hanya bersabar, tetap teguh, dan serahkan semuanya sama Yang MahaKuasa :)

    BalasHapus
  5. SYAFIRA NURLAILA DEWI14 Agustus 2016 pukul 23.47

    Luar biasa rizky! Kamu pasti bisa!

    BalasHapus
  6. Rizky emang hebat, kamu pasti bisa jadi sumber kebaikan dimanapun !!

    BalasHapus
  7. kerenn rizkyy, jangan pernah pantang semangatt yaa semoga sukses selaluu

    BalasHapus
  8. Hebat-hebat! ditingkatkan terus ya usahanya... Jangan lupa bagi-bagi ilmunya ya biar makin berkah...

    BalasHapus

Posting Komentar