[Perjalanan Menuju FKUI] Shania Octaviani Salim


Nama saya Shania Octaviani Salim. Sedangkan, nama panggilan saya adalah Shania. Orangtua saya memberi saya nama tentunya tidak sembarangan. Nama Shania adalah nama dari nenek saya. Octaviani adalah tanda bahwa saya terlahir di bulan Oktober, tepatnya tanggal 15 Oktober 1999. Salim adalah nama kakek saya yang menjadi nama belakang setiap cucu-cucunya. Saya terlahir sebagai anak tunggal di keluarga saya yang sederhana. Terlahir sebagai anak tunggal dan mempunyai Ayah yang tinggal di luar kota, tidak membuat saya merasa kesepian. Walaupun dengan keadaan yang seperti itu, saya menjadi lebih dekat dengan kedua orangtua saya, dan tetap merasakan hangatnya rasa kasih sayang sebagai satu keluarga.

Jika beberapa orang mengimpikan profesi dokter sejak kecil, peristiwa itu tidak terjadi pada saya. Keinginan saya untuk menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia belum muncul saat saya SD, SMP, bahkan sampai tahun pertama masa SMA saya. Tiga tahun yang lalu, saya menganggap FKUI terlalu sulit untuk diraih dengan segala kekurangan yang saya miliki. Bukan maksud saya untuk berputus asa, tetapi pada saat itu saya merasa bahwa saya harus realistis dengan mimpi saya. Sampai akhirnya, FKUI muncul di benak saya saat saya menjalani tahun kedua di SMA. Saya mulai penasaran dengan FKUI. Saya pun mulai mencari-cari informasi tentang FKUI. Informasi yang saya dapatkan justru menambah keinginan saya untuk menjadi salah satu mahasiswinya. Dalam benak saya, saya ingin menjadi bagian dari Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia, FKUI. Keinginan itu pun menguat sampai di tahun terakhir masa SMA saya. Saya menyadari bahwa menjadi mahasiswi FKUI bukanlah hal yang mudah. Bagi saya, mahasiswa/I FKUI adalah orang-orang terpilih yang pintar bukan hanya dalam segi akademis, orang-orang yang dapat membagi waktunya secara tepat sehingga segala aspek kehidupannya dapat berjalan dengan lancar.

Beberapa bulan yang lalu, saya ditolak oleh FKUI untuk menjadi mahasiswinya lewat jalur SNMPTN. Saya masih ingat bagaimana perasaan saya saat membuka pengumuman SNMPTN. Saya membuka pengumuman SNMPTN di bimbingan belajar saya bersama teman-teman saya yang lain. Lalu saat saya membukanya, muncul kotak merah yang berisikan tulisan bahwa saya tidak lolos seleksi. Saat itu, saya berusaha tegar dan mengatakan ke teman-teman saya bahwa mungkin ini belum rejeki saya sambil tersenyum miris. Saya sesekali menjawab pertanyaan teman-teman saya yang menanyakan hasil pengumumannya dengan yakin bahwa rejeki saya sedang ditunda sampai 28 Juni 2016. Jawaban itu sengaja saya ucapkan, dan berharap kata-kata itu menjadi doa dan akan dikabulkan.

Setelah SNMPTN, tepatnya tanggal 10 Mei 2016, saya menghabiskan hari-hari saya di suatu bimbingan belajar. Pada saat itu, saya berpikir bahwa saya harus bisa memanfaatkan dua kesempatan untuk masuk FKUI, jalur SBMPTN dan jalur SIMAK, dengan baik. Tentunya dengan berprinsip bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha. Saya juga memperdekat hubungan saya dengan Allah SWT. Kegiatan-kegiatan ini sengaja saya lakukan sesibuk mungkin agar saya lupa dengan kesedihan saya.

Saya mencoba menghibur diri dengan beranggapan bahwa masih banyak teman-teman saya yang bisa menemani saya dalam perjuangan ini. Tetapi ternyata saya harus mencari alasan lain untuk menghibur diri, saya merasa jatuh lagi saat pengumuman PPKB. Saya memang tidak mendaftar PPKB, tetapi teman-teman saya banyak yang lolos lewat jalur itu. Bukan berarti saya adalah pribadi yang tidak senang dengan keberhasilan orang lain. Saya juga merasa bangga dengan teman-teman saya. Tapi saya sedih, saya miris dengan diri saya sendiri. Saya datang keesokan harinya setelah pengumuman PPKB dengan kaget. Kaget bahwa sekarang teman seperjuangan saya sudah semakin sedikit. Bimbingan belajar saya juga semakin sepi.

Tetapi sepinya bimbingan belajar itu ternyata bukan berarti tidak ada semangat lagi dari murid-muridnya. Untungnya, semangat juang kami timbul lagi. Sampai akhirnya SBMPTN tinggal hitungan hari yang bisa dihitung dengan jari, rasa takut muncul ke semua pesertanya. Permintaan doa selalu terucap dari pesertanya, berharap dapat dilancarkan saat ujian nantinya. Ujian-ujian itu pun terlewati, perasaan yang saya rasakan campur aduk. Tenang karena ujian itu sudah lewat dan takut karena belum mengetahui hasilnya.

Saya menjalani hari-hari saya seperti biasa saat menunggu hasil dari ujian-ujian yang saya ikuti. Saya juga mencoba meyakinkan diri bahwa saya sudah memberikan yang terbaik untuk ujian-ujian tersebut. Tetapi saat pengumuman sudah dekat, saya juga merasa panik dan takut karena inilah yang akan menentukan tempat saya melanjutkan studi saya. Pikiran-pikiran negatif terus bermunculan di kepala saya. Tetapi yang saya bisa lakukan saat itu hanyalah berdoa.

Saat menerima hasil, saya merasa senang dan bangga atas diri saya sendiri. Walaupun sebenarnya, ada rasa tidak percaya bahwa saya dapat menaiki satu anak tangga untuk mencapai cita-cita saya. Saya juga merasa bersyukur karena Allah SWT sudah mengabulkan permintaan saya dan memberikan saya kesempatan untuk membanggakan kedua orangtua saya. Tetapi, kesenangan saya terasa belum lengkap dan sempurna karena beberapa teman seperjuangan saya masih belum diterima di PTN yang mereka inginkan.

Berkeinginan kuat adalah tips dari saya untuk masuk FKUI. Begitu banyak godaan untuk menyerah dan tidak memperjuangkan FKUI lagi. Tetapi dengan modal keinginan yang kuat, hal itu tentu dapat teratasi. Selain berkeinginan kuat, kita juga harus memantaskan diri. Memantaskan diri adalah menyeimbangkan antara keinginan dan usaha yang kita lakukan. Dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta menumbuhkan rasa ikhlas.

Saya berharap dengan menjadi mahasiswi FKUI, saya dapat mengatur waktu saya lebih baik lagi dan dapat menjaga semangat saya setiap saat. Saya juga berharap saya bisa mendapatkan dan mengamalkan pelajaran hidup selama kuliah yang berguna demi masa depan saya. Saya ingin keluarga saya dapat tersenyum disertai rasa bangga berkali-kali lagi seperti saat mengetahui saya dapat masuk ke FKUI dengan prestasi-prestasi lain. Dalam empat tahun kedepan, saya harap saya dapat berkontribusi untuk mempertahankan nama baik FKUI. Saya berharap FKUI masih dapat membuat adik-adik kelas saya mempunyai keinginan yang sama kuatnya dengan saya beberapa waktu lalu untuk menjadi bagiannya.

Saya percaya Allah SWT tidak pernah buta akan segala usaha yang kita kerahkan. Maka dari itu, berikanlah yang terbaik dalam segala hal, tetapi tidak lupa memasrahkan diri kepada Allah yang Maha Mengetahui atas apa yang terbaik untuk kita. Sekuat apapun usaha yang kita kerahkan tidak akan berhasil jika Allah SWT tidak mengizinkan.

Komentar

  1. cerita shania mengharukan ya seperti biasaqm warbyasa

    BalasHapus
  2. Wah keren! Sekarang, yuk berjuang bareng-bareng!!!

    BalasHapus
  3. waaa kereen selamata jadi teman seperjuangan!

    BalasHapus
  4. shan selamat menempuh hidup baru di FKUI ya !

    BalasHapus
  5. Tetap semangat dan berjuang shan

    BalasHapus
  6. Tetap semangat dan berjuang shan

    BalasHapus
  7. Muh. Andi Iqbal M.16 Agustus 2016 pukul 00.24

    Congrats Shania!!

    BalasHapus
  8. DHIYA SURYA TARINA16 Agustus 2016 pukul 00.50

    semangat terus ya shan!!!! we're all here for you!

    BalasHapus
  9. semoga dapat mencapai harapannya, jangan mudah nyerah shann👌

    BalasHapus

Posting Komentar