Pucuk dicinta ulam pun tiba. Begitulah mungkin peribahasa yang tepat untuk
menggambarkan perjalanan saya menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sebelum saya melanjutkan kisah saya, saya hendak memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Putera Dewa Haryono, biasa juga dipanggil Putera. Saya berasal dari
Denpasar, Bali. Sebelum diterima di Program Sarjana Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia saya menempuh pendidikan di SMA Negeri 4 Denpasar. Menjadi dokter
adalah impian saya sejak kecil, namun saya sungguh tidak menyangka bahwa pada akhirnya
saya dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berbagai tahap telah saya
lalui sebelum pada akhirnya saya dapat duduk dan menulis tulisan ini untuk dibagikan kepada
pembaca sekalian.
Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia muncul bukan di
saat saya sedang berpikir untuk menentukan kuliah saya. Ide itu muncul saat saya sedang
berlibur bersama keluarga. Sebagai seseorang yang berasal dari luar Pulau Jawa memikirkan
liburan ke Jakarta dan Jawa Barat adalah berkunjung ke berbagai mall dan tempat-tempat
serupa. Hingga suatu hari sepupu saya mengajak kami sekeluarga mengunjungi almamaternya
yaitu kampus Universitas Indonesia di Depok. Saya kemudian berpikir bahwa di samping
Universitas Indonesia memiliki fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, belajar hidup mandiri di
tempat yang baru akan melatih saya untuk hidup mandiri. Selain itu berkuliah di tempat yang
baru akan membantu saya untuk memupuk berbagai softskill yang mungkin tidak saya dapatkan
jika saya tidak merantau. Saya kemudian menceritakan keinginan saya ini kepada kedua orang
tua saya dan orang tua saya pun menyetujui keinginan saya.
Setelah keinginan saya disetujui oleh orang tua saya, saya mulai menempatkan
Universitas Indonesia menjadi target saya. Tersadar bahwa diterima di perguruan tinggi favorit
seperti Universitas Indonesia memerlukan lebih dari sekadar nilai yang tinggi, saya berusaha
untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi agar terus mengalami peningkatan dari semester
pertama hingga semester keenam di Sekolah Menengah Atas. Selain berusaha untuk meraih
nilai yang baik di kelas, saya juga berusaha mengumpulkan piagam-piagam perlombaan.
Selama masa SMA, saya mendalami fisika. Mempertahankan target diterima di fakultas
kedokteran sambil mendalami fisika bukanlah hal yang mudah. Saya menerima banyak
pertanyaan dari rekan-rekan saya di sekolah yang menyayangkan pilihan saya atas kedokteran.
Namun saya tetap pada pilihan saya untuk menjadi dokter. Saya meyakini bahwa semua
rumpun ilmu pengetahuan alam berkaitan satu sama lain dan suatu saat nanti ilmu fisika yang
saya dalami juga akan berhubungan dengan dunia kedokteran yang akan saya dalami di
kemudian hari.
Pada saat saya duduk di kelas sebelas, di saat saya sedang menargetkan diri untuk
diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) hadirlah pilihan bagi saya untuk mengikuti Kelas Khusus
Internasional melalui talentscouting. Saya berpandangan bahwa melalui program ini saya dapat
memiliki pengalaman dalam ranah yang lebih luas dalam usia yang masih tergolong muda.
Dalam hal ini adalah pengalaman menjalani penelitian dan praktik di luar negeri. Terlebih lagi
Indonesia telah memasuki periode Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana tenaga kerja dengan
kemampuan dan pengalaman internasional akan sangat dihargai. Saya kembali meminta
persetujuan dari kedua orang tua saya setelah menelusuri lebih dalam mengenai apa itu Kelas
Khusus Internasional. Saya bersyukur karena kedua orang tua saya pun kembali menyetujui hal
tersebut. Beliau bahkan sangat mendukung saya untuk mengikuti kelas tersebut. Saya kemudian
membuat target saya lebih spesifik, karena untuk diterima di Kelas Khusus Internasional
memerlukan beberapa syarat tambahan.
Memasuki awal tahun 2016, surat PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar)
dari Universitas Indonesia belum tiba di sekolah saya, hal ini mendorong saya untuk bertanya
dan mengumpulkan informasi dari kakak kelas saya yang telah diterima di Kelas Khusus
Internasional di tahun sebelumnya. Untuk bersiaga menghadapi surat yang sewaktu-waktu tiba,
saya berinisiatif untuk mengambil tes bahasa Inggris lebih awal. Saya mengambil tes IELTS
(International English Language Testing System) pada tanggal 23 Januari 2016. Setelah
menunggu beberapa minggu, hasil tes saya keluar dan surat PPKB pun tiba di sekolah saya.
Saya mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan seperti piagam, legalisir rapor, hasil tes
IELTS, pas foto, dan berbagai keperluan lainnya yang tertera dalam surat tersebut. Berkas-
berkas tersebut kemudian diunggah ke laman PPKB UI. Bertepatan dengan keperluan saya
untuk mengunggah berkas, koneksi internet di rumah saya mengalami kendala. Hal ini
mengharuskan saya untuk pergi ke tempat lain dan mencari koneksi internet. Saya senang telah
menemukan koneksi internet hingga saya menjumpai adanya kapasitas ukuran maksimal
dokumen yang dapat diunggah dan berkas-berkas saya memiliki ukuran data yang terlampau
besar. Hal ini membuat saya harus memutar akal untuk dapat mengunggah berkas-berkas saya.
Akhirnya saya menemukan suatu laman di internet yang dapat memperkecil ukuran data hingga
ke ukuran yang saya inginkan. Saya pun menggunakan aplikasi tersebut walaupun memakan
waktu yang sangat lama. Ketika hari sudah malam dan pengunggahan berkas belum juga
dimulai karena saya harus memperkecil ukuran data berkas-berkas, saya memutuskan untuk
melanjutkan pengunggahan berkas saya keesokan harinya. Keesokan harinya saya berkunjung
ke tempat yang berbeda karena koneksi internet di rumah saya belum juga membaik, setelah
terhubung dengan internet, saya melanjutkan proses untuk memperkecil ukuran berkas saya
yang juga memakan waktu yang lama. Kemudian proses tersebut akhirnya selesai dan saya
dapat mengunggah dokumen tersebut ke laman PPKB UI. Setelah itu saya pergi ke bank untuk
mengisi pembayaran pendaftaran. Saya merasa cukup lega dapat menyelesaikan rangkaian
proses pengunggahan berkas.
Beberapa bulan kemudian saya masih menunggu kabar akan jalur talentscouting yang
saya tempuh. Saya bahkan telah memutuskan untuk tidak mengambil jalur SNMPTN karena
saya takut apabila saya mengambil keduanya akan menimbulkan masalah administrasi di
kemudian hari. Hal ini membuat saya merasa khawatir karena saya telah melepas salah satu
peluang saya untuk diterima di Universitas Indonesia. Beberapa hari sebelum pengumuman
SNMPTN saya mendapat panggilan telepon dari Universitas Indonesia untuk menghadiri tes
kepribadian di kampus Salemba dan wawancara bahasa Inggris di kampus Depok di hari yang
berbeda. Saya cukup merasa tegang saat akan menjalani tes-tes tersebut. Saya dapat menjalani
tes dengan cukup percaya diri, namun saya merasa takut akan adanya kemungkinan tidak
diterima.
Setelah mengikuti rangkaian tes saya pulang ke Bali sambil berharap akan diterima di
Kelas Khusus Internasional. Sambil berharap akan kemungkinan terburuk saya tetap belajar
untuk menghadapi SIMAK UI dan SBMPTN apabila saya tidak diterima di Kelas Khusus
Internasional. Pada tanggal 16 Mei 2016 saya menunggu keluarnya pengumuman pada pukul
15.00 WIB yang berarti 16.00 WITA untuk saya yang berada di Bali. Saya tengah belajar untuk
menghadapi SBMPTN pada saat itu, kemudian saya meluangkan waktu saya untuk membuka
laman PPKB UI dan melihat hasil pengumuman. Saya sangat gembira dan terkejut karena saya
melihat ucapan selamat bahwa saya diterima di Kelas Khusus Internasional Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada bagian atas di laman tersebut. Saya kemudian berdoa dan bersyukur
karena Tuhan mengabulkan keinginan saya. Saya segera memberitahu orang tua saya dan
beliau juga sangat bersyukur akan hal ini.
Dalam laman PPKB UI tersebut diterangkan juga berkas-berkas yang harus saya bawa
saat verifikasi rapor tanggal 29 Mei 2016 dan pendaftaran ulang tanggal 30 Mei 2016. Saya
mengumpulkan berkas-berkas tersebut dan tiba di Depok beberapa hari sebelum verifikasi. Saat
melakulan proses verifikasi saya menghadapi kendala karena rapor saya masih menggunakan
skala empat sedangkan yang diinginkan oleh panitia adalah rapor berskala seratus. Saya
sempat merasa kebingungan karena pada saat itu hari sudah sore dan SMA tempat saya
bersekolah sudah tutup. Saya segera menghubungi sekolah saya keesokan harinya dan saya
bersyukur karena ternyata berkas rapor konversi dapat dikirim hari itu juga, sehingga saya dapat
melanjutkan proses pendaftaran ulang tanpa kendala. Pada hari itu saya merasa sangat gembira
karena akhirnya saya mendapat jadwal Kegiatan Awal Mahasiswa Baru dan secara resmi telah
diterima di Kelas Khusus Internasional Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tentang tips yang hendak saya bagikan dalam melalui penerimaan mahasiswa baru
Universitas Indonesia khususnya talentscouting antara lain mempersiapkan tes bahasa Inggris
jauh-jauh hari bahkan beberapa bulan sebelum pendaftaran dibuka. Semester dua kelas dua
belas memerlukan banyak hal untuk diperhatikan seperti Ujian Sekolah, Ujian Nasional, dan lain-
lain. Sehingga akan sangat baik apabila tes bahasa Inggris dilakukan jauh-jauh hari agar tidak
tumpang tindih dengan hal lain yang memerlukan atensi khusus. Selain itu, rapor skala seratus
hendaknya dipersiapkan beberapa minggu sebelum verifikasi rapor. Hal ini bertujuan untuk
mempelancar proses verifikasi rapor dan pendaftaran ulang. Setelah itu jangan lupa untuk tetap
memperhatikan pelajaran dengan baik di kelas. Ikutilah proses belajar di kelas dengan baik
sedini mungkin karena akan sangat berguna di kelas dua belas. Yang terakhir adalah senantiasa
mempersiapkan rencana cadangan apabila rencana utama mengalami kegagalan. Rencana
cadangan yang saya ambil adalah mempersiapkan diri untuk SIMAK UI dan SBMPTN. Belajar
untuk keduanya jangan dimulai saat semester dua kelas dua belas, melainkan dicicil sejak
beberapa tahun sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena tingkat kesulitan soal-soal
tersebut di atas soal-soal yang biasa dihadapi di sekolah. Rencana cadangan berperan penting,
tetapi saya bersyukur karena rencana utamalah yang kemudian terlaksana.
Sebagai penutup saya hendak menyampaikan motivasi bagi pembaca sekalian. Saya
selalu berpegang pada pedoman hidup ora et labora yang berarti doakan apa yang dikerjakan
dan kerjakan apa yang didoakan. Ketika keinginan kita telah tercapai janganlah lupa untuk
bersyukur dan berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu. Berbagai tahapan
yang saya hadapi ini membuat saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena saya telah dibawa
sejauh ini sehingga bisa berkuliah di universitas ternama di negeri ini. Saya berharap ke
depannya dapat menjadi lebih dari seorang dokter. Saya berharap dapat membantu banyak
orang melalui profesi yang saya lakukan nantinya. Tetapi untuk mengawali itu semua saya ingin
memulainya dari diri saya dan keluarga saya sendiri. Saya berharap dapat menghidupi keluarga
saya dan menjamin kesehatan mereka. Untuk kampus, saya berharap Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dapat menjadi semakin baik di dunia pada umumnya dan tetap yang
terbaik di Indonesia pada khususnya dalam melayani masyarakat untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat Indonesia ke depannya dan mencetak lebih banyak dokter-dokter yang
berkualitas. Karena UI adalah untuk Indonesia. Terima kasih karena telah meluangkan waktu
untuk membaca.
menggambarkan perjalanan saya menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Sebelum saya melanjutkan kisah saya, saya hendak memperkenalkan diri terlebih
dahulu. Nama saya Putera Dewa Haryono, biasa juga dipanggil Putera. Saya berasal dari
Denpasar, Bali. Sebelum diterima di Program Sarjana Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia saya menempuh pendidikan di SMA Negeri 4 Denpasar. Menjadi dokter
adalah impian saya sejak kecil, namun saya sungguh tidak menyangka bahwa pada akhirnya
saya dapat diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Berbagai tahap telah saya
lalui sebelum pada akhirnya saya dapat duduk dan menulis tulisan ini untuk dibagikan kepada
pembaca sekalian.
Keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia muncul bukan di
saat saya sedang berpikir untuk menentukan kuliah saya. Ide itu muncul saat saya sedang
berlibur bersama keluarga. Sebagai seseorang yang berasal dari luar Pulau Jawa memikirkan
liburan ke Jakarta dan Jawa Barat adalah berkunjung ke berbagai mall dan tempat-tempat
serupa. Hingga suatu hari sepupu saya mengajak kami sekeluarga mengunjungi almamaternya
yaitu kampus Universitas Indonesia di Depok. Saya kemudian berpikir bahwa di samping
Universitas Indonesia memiliki fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, belajar hidup mandiri di
tempat yang baru akan melatih saya untuk hidup mandiri. Selain itu berkuliah di tempat yang
baru akan membantu saya untuk memupuk berbagai softskill yang mungkin tidak saya dapatkan
jika saya tidak merantau. Saya kemudian menceritakan keinginan saya ini kepada kedua orang
tua saya dan orang tua saya pun menyetujui keinginan saya.
Setelah keinginan saya disetujui oleh orang tua saya, saya mulai menempatkan
Universitas Indonesia menjadi target saya. Tersadar bahwa diterima di perguruan tinggi favorit
seperti Universitas Indonesia memerlukan lebih dari sekadar nilai yang tinggi, saya berusaha
untuk meraih nilai-nilai yang lebih tinggi agar terus mengalami peningkatan dari semester
pertama hingga semester keenam di Sekolah Menengah Atas. Selain berusaha untuk meraih
nilai yang baik di kelas, saya juga berusaha mengumpulkan piagam-piagam perlombaan.
Selama masa SMA, saya mendalami fisika. Mempertahankan target diterima di fakultas
kedokteran sambil mendalami fisika bukanlah hal yang mudah. Saya menerima banyak
pertanyaan dari rekan-rekan saya di sekolah yang menyayangkan pilihan saya atas kedokteran.
Namun saya tetap pada pilihan saya untuk menjadi dokter. Saya meyakini bahwa semua
rumpun ilmu pengetahuan alam berkaitan satu sama lain dan suatu saat nanti ilmu fisika yang
saya dalami juga akan berhubungan dengan dunia kedokteran yang akan saya dalami di
kemudian hari.
Pada saat saya duduk di kelas sebelas, di saat saya sedang menargetkan diri untuk
diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia melalui Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) hadirlah pilihan bagi saya untuk mengikuti Kelas Khusus
Internasional melalui talentscouting. Saya berpandangan bahwa melalui program ini saya dapat
memiliki pengalaman dalam ranah yang lebih luas dalam usia yang masih tergolong muda.
Dalam hal ini adalah pengalaman menjalani penelitian dan praktik di luar negeri. Terlebih lagi
Indonesia telah memasuki periode Masyarakat Ekonomi ASEAN, dimana tenaga kerja dengan
kemampuan dan pengalaman internasional akan sangat dihargai. Saya kembali meminta
persetujuan dari kedua orang tua saya setelah menelusuri lebih dalam mengenai apa itu Kelas
Khusus Internasional. Saya bersyukur karena kedua orang tua saya pun kembali menyetujui hal
tersebut. Beliau bahkan sangat mendukung saya untuk mengikuti kelas tersebut. Saya kemudian
membuat target saya lebih spesifik, karena untuk diterima di Kelas Khusus Internasional
memerlukan beberapa syarat tambahan.
Memasuki awal tahun 2016, surat PPKB (Prestasi dan Pemerataan Kesempatan Belajar)
dari Universitas Indonesia belum tiba di sekolah saya, hal ini mendorong saya untuk bertanya
dan mengumpulkan informasi dari kakak kelas saya yang telah diterima di Kelas Khusus
Internasional di tahun sebelumnya. Untuk bersiaga menghadapi surat yang sewaktu-waktu tiba,
saya berinisiatif untuk mengambil tes bahasa Inggris lebih awal. Saya mengambil tes IELTS
(International English Language Testing System) pada tanggal 23 Januari 2016. Setelah
menunggu beberapa minggu, hasil tes saya keluar dan surat PPKB pun tiba di sekolah saya.
Saya mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan seperti piagam, legalisir rapor, hasil tes
IELTS, pas foto, dan berbagai keperluan lainnya yang tertera dalam surat tersebut. Berkas-
berkas tersebut kemudian diunggah ke laman PPKB UI. Bertepatan dengan keperluan saya
untuk mengunggah berkas, koneksi internet di rumah saya mengalami kendala. Hal ini
mengharuskan saya untuk pergi ke tempat lain dan mencari koneksi internet. Saya senang telah
menemukan koneksi internet hingga saya menjumpai adanya kapasitas ukuran maksimal
dokumen yang dapat diunggah dan berkas-berkas saya memiliki ukuran data yang terlampau
besar. Hal ini membuat saya harus memutar akal untuk dapat mengunggah berkas-berkas saya.
Akhirnya saya menemukan suatu laman di internet yang dapat memperkecil ukuran data hingga
ke ukuran yang saya inginkan. Saya pun menggunakan aplikasi tersebut walaupun memakan
waktu yang sangat lama. Ketika hari sudah malam dan pengunggahan berkas belum juga
dimulai karena saya harus memperkecil ukuran data berkas-berkas, saya memutuskan untuk
melanjutkan pengunggahan berkas saya keesokan harinya. Keesokan harinya saya berkunjung
ke tempat yang berbeda karena koneksi internet di rumah saya belum juga membaik, setelah
terhubung dengan internet, saya melanjutkan proses untuk memperkecil ukuran berkas saya
yang juga memakan waktu yang lama. Kemudian proses tersebut akhirnya selesai dan saya
dapat mengunggah dokumen tersebut ke laman PPKB UI. Setelah itu saya pergi ke bank untuk
mengisi pembayaran pendaftaran. Saya merasa cukup lega dapat menyelesaikan rangkaian
proses pengunggahan berkas.
Beberapa bulan kemudian saya masih menunggu kabar akan jalur talentscouting yang
saya tempuh. Saya bahkan telah memutuskan untuk tidak mengambil jalur SNMPTN karena
saya takut apabila saya mengambil keduanya akan menimbulkan masalah administrasi di
kemudian hari. Hal ini membuat saya merasa khawatir karena saya telah melepas salah satu
peluang saya untuk diterima di Universitas Indonesia. Beberapa hari sebelum pengumuman
SNMPTN saya mendapat panggilan telepon dari Universitas Indonesia untuk menghadiri tes
kepribadian di kampus Salemba dan wawancara bahasa Inggris di kampus Depok di hari yang
berbeda. Saya cukup merasa tegang saat akan menjalani tes-tes tersebut. Saya dapat menjalani
tes dengan cukup percaya diri, namun saya merasa takut akan adanya kemungkinan tidak
diterima.
Setelah mengikuti rangkaian tes saya pulang ke Bali sambil berharap akan diterima di
Kelas Khusus Internasional. Sambil berharap akan kemungkinan terburuk saya tetap belajar
untuk menghadapi SIMAK UI dan SBMPTN apabila saya tidak diterima di Kelas Khusus
Internasional. Pada tanggal 16 Mei 2016 saya menunggu keluarnya pengumuman pada pukul
15.00 WIB yang berarti 16.00 WITA untuk saya yang berada di Bali. Saya tengah belajar untuk
menghadapi SBMPTN pada saat itu, kemudian saya meluangkan waktu saya untuk membuka
laman PPKB UI dan melihat hasil pengumuman. Saya sangat gembira dan terkejut karena saya
melihat ucapan selamat bahwa saya diterima di Kelas Khusus Internasional Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada bagian atas di laman tersebut. Saya kemudian berdoa dan bersyukur
karena Tuhan mengabulkan keinginan saya. Saya segera memberitahu orang tua saya dan
beliau juga sangat bersyukur akan hal ini.
Dalam laman PPKB UI tersebut diterangkan juga berkas-berkas yang harus saya bawa
saat verifikasi rapor tanggal 29 Mei 2016 dan pendaftaran ulang tanggal 30 Mei 2016. Saya
mengumpulkan berkas-berkas tersebut dan tiba di Depok beberapa hari sebelum verifikasi. Saat
melakulan proses verifikasi saya menghadapi kendala karena rapor saya masih menggunakan
skala empat sedangkan yang diinginkan oleh panitia adalah rapor berskala seratus. Saya
sempat merasa kebingungan karena pada saat itu hari sudah sore dan SMA tempat saya
bersekolah sudah tutup. Saya segera menghubungi sekolah saya keesokan harinya dan saya
bersyukur karena ternyata berkas rapor konversi dapat dikirim hari itu juga, sehingga saya dapat
melanjutkan proses pendaftaran ulang tanpa kendala. Pada hari itu saya merasa sangat gembira
karena akhirnya saya mendapat jadwal Kegiatan Awal Mahasiswa Baru dan secara resmi telah
diterima di Kelas Khusus Internasional Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tentang tips yang hendak saya bagikan dalam melalui penerimaan mahasiswa baru
Universitas Indonesia khususnya talentscouting antara lain mempersiapkan tes bahasa Inggris
jauh-jauh hari bahkan beberapa bulan sebelum pendaftaran dibuka. Semester dua kelas dua
belas memerlukan banyak hal untuk diperhatikan seperti Ujian Sekolah, Ujian Nasional, dan lain-
lain. Sehingga akan sangat baik apabila tes bahasa Inggris dilakukan jauh-jauh hari agar tidak
tumpang tindih dengan hal lain yang memerlukan atensi khusus. Selain itu, rapor skala seratus
hendaknya dipersiapkan beberapa minggu sebelum verifikasi rapor. Hal ini bertujuan untuk
mempelancar proses verifikasi rapor dan pendaftaran ulang. Setelah itu jangan lupa untuk tetap
memperhatikan pelajaran dengan baik di kelas. Ikutilah proses belajar di kelas dengan baik
sedini mungkin karena akan sangat berguna di kelas dua belas. Yang terakhir adalah senantiasa
mempersiapkan rencana cadangan apabila rencana utama mengalami kegagalan. Rencana
cadangan yang saya ambil adalah mempersiapkan diri untuk SIMAK UI dan SBMPTN. Belajar
untuk keduanya jangan dimulai saat semester dua kelas dua belas, melainkan dicicil sejak
beberapa tahun sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena tingkat kesulitan soal-soal
tersebut di atas soal-soal yang biasa dihadapi di sekolah. Rencana cadangan berperan penting,
tetapi saya bersyukur karena rencana utamalah yang kemudian terlaksana.
Sebagai penutup saya hendak menyampaikan motivasi bagi pembaca sekalian. Saya
selalu berpegang pada pedoman hidup ora et labora yang berarti doakan apa yang dikerjakan
dan kerjakan apa yang didoakan. Ketika keinginan kita telah tercapai janganlah lupa untuk
bersyukur dan berterima kasih kepada semua orang yang telah membantu. Berbagai tahapan
yang saya hadapi ini membuat saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena saya telah dibawa
sejauh ini sehingga bisa berkuliah di universitas ternama di negeri ini. Saya berharap ke
depannya dapat menjadi lebih dari seorang dokter. Saya berharap dapat membantu banyak
orang melalui profesi yang saya lakukan nantinya. Tetapi untuk mengawali itu semua saya ingin
memulainya dari diri saya dan keluarga saya sendiri. Saya berharap dapat menghidupi keluarga
saya dan menjamin kesehatan mereka. Untuk kampus, saya berharap Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia dapat menjadi semakin baik di dunia pada umumnya dan tetap yang
terbaik di Indonesia pada khususnya dalam melayani masyarakat untuk meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat Indonesia ke depannya dan mencetak lebih banyak dokter-dokter yang
berkualitas. Karena UI adalah untuk Indonesia. Terima kasih karena telah meluangkan waktu
untuk membaca.
selamat ya! semoga sukses menjadi dokter!
BalasHapusSemangat terus Boy! Keren perjuangannya! Sukses terus menjadi dokter!!!
BalasHapusselamat boy! semangat terus untuk menggapai cita-cita
BalasHapusAnak rantau banget nih ya,salutt!semangat terus ya boyy :)
BalasHapusKamu dari jauh, dari bali ke jawa wakak temenku pergi dari jawa ke bali
BalasHapusAku juga suka fisika heheh kapan2 belajar bareng
saat udah di luar negri jangan lupa kembali
Sama-sama jadi dokter ya
Selamat, Boy! Sukses yaa jadi bapak dokternya!
BalasHapusselamat ya boy! Keren banget deh
BalasHapusBoy keren smangat trus boy
BalasHapusKereen nih nak bali semangat teruss boy
BalasHapus